Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Kita Hanya seperti Kupu-Kupu Kertas

Kita Hanya seperti Kupu-Kupu Kertas
Ilustrasi | Pexels.com/Miguel Á. Padriñán

Ini hari yang begitu menyesakkan! Katamu sambil menggaruk-garuk kepala yang mungkin saja tak gatal. Aku terdiam. Ya, benar-benar terdiam dengan kehidupan yang sedang menyerang ini!

Pernahkah kau melihat senja di langit yang begitu indah? Tanyamu seketika itu. Aku pun menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak. Aku tertunduk, sedangkan kau malah tersenyum yang mungkin saja semua itu menandakan suatu kemenangan dalam hidupmu.

Problema yang aku hadapi menjadikan suatu kehidupan yang sering tumpang tindih lalu terasa tenggelam dalam lautan asmara. Kemudian, aku merasakan bahwa hal duniawi menjadi agak seret karena semua yang diinginkan itu malah menjauh dari kehidupan ini.

Namun, hal-hal yang amat sulit itu seperti tak terasa dari benakmu. Kemudian, aku melihat lagi wajahmu dengan seksama lalu menafsirkan bahwa hidupmu seperti tuan putri yang tinggalnya di istana. Hmm. Semua hal itu begitu jauh, kataku yang mencoba membandingkan hidupku dan hidupmu di malam  dingin ini!

Jika saja, melukiskan keindahan dirimu bisa mengubah segalanya—kita benar-benar bisa bersatu dalam alunan cinta—mungkin aku akan melukismu dengan penuh gairah. Namun, Hal semacam itu seperti dongeng-dongeng yang sering terdengar ketika aku kecil dulu, yakni halu.

Masih di malam hari, kita duduk di minimarket dengan lingkungan yang seadanya. Aku mengerutkan kening, sedangkan kau terlihat aneh ketika menatapku. Aku memalingkan muka, sedangkan kau malah berkata, kenapa seperti itu?

Hmm. Perkataan semacam itu menjadikanku sulit untuk membalas. Aku menggeleng-gelengkan kepala, sedangkan kau malah menghampiriku dengan tatapan yang terasa sangat serius.

Kita ini manusia-manusia yang penuh cinta! Tiba-tiba saja kau mengeluarkan suara semacam gitu. Apakah cinta itu menyulitkan? Tanyaku yang mungkin saja membuat kau tersentak kaget.

Kau pun malah terdiam lalu duduk lagi di sampingku ini, sedangkan kedua matamu seperti sedang mencari jawaban untuk pertanyaan itu.

Kita ini hanyalah seperti kupu-kupu kertas yang terbang lalu bisa hancur juga terkena air! Aku pun berkata semacam itu yang mungkin saja terasa bergetar dalam benakmu. 

Kemudian, aku pun benar-benar melihat wajah cantikmu sehingga kau tampak merah jambu. Hmm. Mungkin saja, momen semacam itu membuatmu salah tingkah.

Andaikan kau harus tahu! Sudah dari hari-hari kemarin, aku ingin merasakan momen seperti ini—berdua bersamamu dengan merasakan alunan asmara yang membakar hatiku. Bahkan, momen ini menjadi salah satu momen yang amat ingin aku lukiskan di kanvas kosong berbentuk kenangan!(*)


2024

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN