Postingan Terbaru
Aku Lelah, Kecewa, dan Air Mata
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Ilustrasi | Pexels.com/Ron Lach |
Aku lelah, kataku pelan yang mungkin terdengar samar-samar oleh banyak orang. Bahkan, dalam kehidupan ini seperti tak menenentu; arah mana yang harus aku tuju dan kerjakan. Aku terdiam di sudut angka enam. Aku termenung di sudut angka tujuh. Kemudian, aku benar-benar tenggelam di sudut angka sepuluh.
Entahlah! Perasaan apa yang sedang menyerang batin ini sehingga terasa sulit untuk bangkit. Kemudian, kata bangkit itu hanyalah sebatas kata dan sulit untuk bisa dilakukan. Aku menangis di sudut angka 13 lalu aku pun terdiam lagi di angka 15 yang waktu pun sudah terasa suram untuk bisa dilewati.
Air mata. Ya, air mata menjadikan kehidupan ini selalu kekurangan. Bahkan, aku mencoba untuk melihat ke depan, tapi masih saja sulit untuk bisa menafsirkan, apakah sebegitu indahnya dunia ini? Entahlah! Lagi dan lagi, aku benar-benar merasakan bahwa kehidupan ini seperti kincir angin yang sudah rusak dan tak bisa berputar lagi.
Aku kecewa! Kataku pelan lagi yang mungkin saja sekarang ini terdengar oleh orang-orang karena ada juga yang melirik diri ini. Kemudian, aku menundukkan kepala seperti orang yang salah dan mencoba untuk terus menahan rasa kecewa ini agar tidak keluar ke permukaan.
Dalam bayang-bayang yang sunyi, kehidupan ini tampak hitam dan tak ada cahaya sama sekali yang bisa meneranginya. Aku terjebak di lubang yang sama, ucapku dalam hati. Setelah itu, aku menggeleng-gelengkan kepala dan masih untung dada ini masih naik turun saja dengan normal.
Perasaan kecewa ini sangat sulit untuk bisa dihapuskan walaupun dengan penghapus yang paling malah. Aku benar-benar sangat kecewa dengan kehidupan yang seperti orang meminum air lalu dikeluarkan lagi. Aku sangat kecewa dengan semua ini dan ingin sekali membentak yang berada di sekitarku ini, tapi hati malah sering berkata lain. Entahlah!
Sekarang, aku hanya mematung di sudut angka 19 yang waktu pun sudah terlihat hitam. Kemudian, hanya ada setengah bulan yang tampak menghiasinya, sedangkan bintang-bintang malah pergi yang entah ke mana. Aku mengerutkan kening dan mencoba menafsirkan kembali bahwa kehidupan ini untuk apa? Apa gunanya hidup ini kalau dirundung kesedihan mulu? Apa?
Pertanyaan semacam itu menjadikan sebuah tamparan yang berada di dalam hati karena aku pun belum bisa menjawabnya. Bahkan, aku pun malah terpaku tak berdaya dengan serangan yang masuk ke dalam hidup ini; susah; sedih dan air mata selalu membasahi wajah.
Kadang, aku benar-benar tak kuat dengan semua ini, dengan semua ujian yang diturunkan-Nya. Aku benar-benar tak kuat! Namun, harus bagaimana lagi sebuah ujian ini harus bisa diterima dengan lapang dada dan mungkin saja sesudah ini akan ada kebaikan atau keindahan untukku. Entahlah!
Air mata ini menggambarkan bahwa aku ini sedang tak baik-baik saja. Bahkan, hati ini harus terus-menerus mengucapkan sabar dengan jangka waktu yang sudah lama. Aku harus sabar, kataku lagi lalu mengusap-ngusap dada ini.
Perjalanan memang tak bisa ditebak, tapi senantiasa diperjuangkan. Namun, ada salah satu yang lebih besar dari semua itu ialah kalau perjuangan itu harus dibarengi dengan senjata yang ampuh. Senjata itu bisa senantiasa dengan memanjatkan doa kepada Sang Maha Kuasa. Semoga aku bisa membalikkan keadaan ini!(*)
2023
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar