Postingan Terbaru

Di Balik Pesona, Tersembunyi Hati yang Tak Tergoyahkan oleh Kata-Kata Puitis!

Gambar
Ilustrasi | Pixabay W anita cantik dengan segala pesona yang dimilikinya, seringkali menjadi pusat perhatian. Namun, di balik kecantikan yang tampak ke permukaan itu, ada kedalaman jiwa yang tak mudah tergoda oleh rangkaian kata-kata puitis. Sebab, kecantikan sejati seorang wanita pun bukan hanya terletak pada wajahnya, tapi terletak pada hati dan pikirannya yang tak terhingga. Kata-kata puitis mungkin bisa menawan telinga, tapi tak akan pernah cukup untuk menaklukkan hati seorang wanita yang bijak. Baginya, kata-kata hanya akan berarti jika disertai dengan tindakan yang tulus. Maka, wanita cantik dengan segala kecerdasannya, mampu membedakan antara kata-kata manis dan kata-kata yang penuh makna. Kemudian, kecantikan fisik hanya permukaan, sementara ketulusan adalah kunci yang mampu menyentuh jiwa. Sebagaimana bunga yang mekar di taman, wanita cantik membutuhkan perawatan yang lebih dari sekadar perhatian sesaat. Ia pun mencari kedalaman, bukan sekadar keindahan semu yang cepat...

Matahari yang Berada di Tangan

Matahari yang Berada di Tangan
Ilustrasi | Pexels.com/Arthur Ogleznev

Ada sesuatu hal yang mengganjal dalam kehidupan ini di antara maju ataupun mundur. Kemudian, aku pun malah benar-benar semakin tenggelam dan ada sesuatu hal yang menempel dalam tangan ini, yakni matahari. Entahlah! Entahlah, semua ini tanda apa? Aku pun kurang mengetahui dengan pasti. Namun, salah satu yang aku rasakan juga ialah sakit; panas yang menjalar.

Dalam lamunan, matahari semakin enak saja memanasi tangan ini hingga aku sulit untuk melakukan apa pun. Hmm. Apakah seperti ini orang yang tak punya tangan? Tak bisa apa-apa! Bahkan, untuk mengambil minuman pun sungguh sulit. Aku pun mematung sebentar lalu berdiri dan mengayunkan kaki untuk pergi ke tempat yang dingin nan sejuk. 

Momen yang tak pernah teringinkan olehku ini malah menyerang di saat hati gundah gulana. Bahkan, serangan ini seperti bom atom yang tiba-tiba dijatuhkan di atas; aku lemah tak berdaya. Kemudian, dalam waktu yang cukup terasa singkat ini, matahari pun semakin menjalar hingga mengisi sempurna kedua tangan ini.

Semua ini karena apa? Tanyaku dalam hati dengan semakin memberontak saja. Kemudian, aku pun sudah sampai di tempat yang dingin nan sejuk dan tanpa ba-bi-bu lagi aku berdiri mematung untuk merasakan apakah berpengaruh untuk matahari ini. Aku pun merasakan dan benar-benar merasakan bahwa matahari ini mulai sedikit demi sedikit hilang. Namun, kehilangan itu harus dibayar dengan tubuhku yang harus senantiasa terdiam selalu. Hmm.

Aku tak bisa seperti ini terus! Kataku dalam hati yang sangat marah. Kemudian, aku mencoba lagi untuk menggerakan tangan, tapi semua itu hanya kaku dan keras saja; tak bisa; sulit. Bahkan, mencoba lagi untuk menggerakan tubuh, tapi malah yang didapat tangan ini panas lagi.



Hal semacam ini menjadi sebuah problem yang terasa dalam tubuh ini. Aku melihat bahwa matahari ini sangat cerah hingga kedua mata ini sangat silau. Aku terlena dalam kegaduhan seperti hati ini tertusuk-tusuk jarum yang tajam. Kemudian, dalam lamunan pun aku merenungi dan terus memutarkan otak agar bisa berpikir tentang semua ini!

Matahari pun semakin panas saja menempel di tangan ini hingga terlihat sangat nyaman. Aku benar-benar sudah tak kuat lagi dengan semua ini. Kemudian, aku mencoba mengayunkan kaki untuk memasukkan tangan ini ke dalam air yang berada di bak. Hmm. Langkah ini terasa gontai dan lemah hingga akhirnya aku pun harus secara perlahan-lahan untuk bisa mencapai bak yang berada di dalam kamar mandi.

Aku harus bagaimana? Tanyaku yang terucap pelan hingga air mata ini benar-benar jatuh membasahi wajah. Aku pun menggeleng-gelengkan kepala dan terasa ingin menyerah dengan serangan yang dilakukan oleh matahari ini. Kemudian, dalam kamar mandi pun aku duduk dan tubuhku mulai lemas hingga suasana pun sudah tak karuan.



Matahari yang menjalar ke seluruh tangan ini semakin membabi-buta saja hingga tanganku terlihat sangat merah seperti terbakar. Aku pun menangis di dalam kamar mandi. Aku pun sudah menyerah dengan serangan yang dilakukan oleh matahari ini. Aku pun lemah dengan kehidupan yang sulit ditebak ini!

Di dalam kamar mandi, aku benar-benar merenungi bahwa tangan yang semula kuat pun bisa lemah tak berdaya dengan hitungan menit saja. Kemudian, hal semacam itu seperti menampar diri ini bahwa hidup pun jangan terlalu mendewakan fisik karena sudah lemah pun tak ada yang bisa membantu. Aku sungguh-sungguh menyesal karena selalu mendewakan fisik dalam kehidupan yang berat ini!(*) 


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Mengenal Tari Topeng Cirebon, Sejarah, Jenis, dan Filosofi yang Terkandung dari Keindahannya, Silakan Disimak!

Batu Hitam yang Terluka

Kue Kontol Sapi, Makanan Unik Khas Cilegon