Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Lelaki Pemburu Cinta (Bag-9)

Lelaki Pemburu Cinta (Bag-9)


Alika yang baru saja muncul kembali dalam kehidupan ini sudah seperti hantu saja, karena muncul secara tiba-tiba. Aku pun menggeleng-gelengkan kepala karena batin ini malah memberontak untuk bisa menghindari Alika. Kemudian dalam sunyi nan dinginnya malam, aku memandang sekitar depan rumah dan sangat terlihat masih ada mobil yang berlalu-lalang. 

Aku sangat menyadari bahwa kehidupan itu satu kali, jadi mana mungkin cinta yang dulu pernah timbul bisa hidup kembali. Aku sendiri sangat tak ingin bahwa hal semacam itu muncul dalam hati ini. Kemudian, aku pun mulai untuk menghapus setiap lembaran-lembaran yang pernah terlukis bersama Alika seketika masa sekolah dulu. 

Cinta. Ya, cinta membuat aku begini sehingga mencoba selalu sadar bahwa perasaan pun harus bisa dilepas demi cinta yang baru datang; Ayu. Oleh karena itu, setiap detik per menit atau sekarang ini, aku sering memikirkan wanita yang pertama kali berkenalan di mini market itu. 

"Sedang apa, A?" tanya Ibu yang mengagetkanku di sela-sela lamunan di malam hari. 

"Apa?" Aku pun mengerutkan kening. 

"Sedang apa?" 

"Sedang menikmati angin malam saja. Hehe," jawabku yang sedikit berbohong itu. 

Ibu pun hanya terdiam, sedangkan Bapak masih terlihat sibuk saja dengan mainannya, yaitu angklung. Kemudian, aku sendiri berdiri dan mengayunkan kaki untuk ke depan gerbang rumah sambil tangan ini membawa sebuah novel kesukaanku. 

"Mau ke mana, A?" Ibu pun terasa sedikit spontan mengeluarkan pertanyaan semacam itu. 

"Mau ke depan, Bu," jawabku santai lalu melanjutkan kembali untuk berjalan ke depan gerbang rumah. 

Kehidupan ini terasa sangat penuh dinamika yang mana ada naik dan turun saja perihal hati. Ya, aku mengakui bahwa sewaktu zaman sekolah, aku menyukai Alika walaupun semua itu hanya bisa dipendam saja. Akan tetapi, cinta itu masih sama saja soal hati jadi tak bisa dibodohi. Oleh karena itu, cinta pun akan bisa menumbuhkan seseorang ke arah lebih baik maupun sebaliknya. 

Dalam keheningan malam, aku mencoba mengukir kisah yang baru lagi, yakni tentang Ayu. Kemudian, aku menahan saliva dan menundukkan kepala sebentar untuk mencari kata-kata yang pantas untuk nanti diungkapkan kepada Alika sewaktu bertemu. Setiap kata, setiap rangkaian kata, setiap rangkaian kata yang sudah menjadi kalimat tanya itu aku simpan dalam pikiran ini agar nanti bisa segera dilemparkan kepada Ayu. 


***


Merasakan pekerjaan yang terasa berat ini sudah membuatku seperti robot yang hanya patuh kepada pemiliknya. Kemudian, aku pun terdiam sebentar di dalam mobil Nissan Grand Livina milik atas nama Ayu Ningrum. Bahkan, momen semacam ini aku jadikan sebuah istirahat yang sembunyi-sembunyi dari atasan, karena akan terasa malu kalau semua ini terlihat oleh mata telanjangnya. 

Aku sangat bersyukur bahwa pekerjaan yang memerlukan waktu lama ini, sudah selesai lagi dan tinggal uji coba saja di jalanan langsung. Namun, dalam hal uji coba itu aku lebih mempercayakan kepada bagian tim yang khusus melakukan uji kelaikan jalan setelah mobil diperbaiki. Aku benar-benar tak nafsu untuk melakukan uji coba itu dikarenakan sangat lelah dan pikiran pun terasa terkuras memikirkan pekerjaan ini. 

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanya salah satu temanku yang berdiri di depan ini. 

"Alhamdulilah, selesai!" jawabku mantap lalu membereskan semua peralatan yang berada di atas boks.

"Hampir seminggu, ya, ngerjain itu?" 

"Iya, hampir seminggu dan terasa bosan juga ngerjain pekerjaan itu." Aku pun mengusap wajah lalu mengerutkan kening seperti orang yang bingung saja.

Pekerjaan yang melelahkan, tapi aku pun sangat penasaran dengan si empunya mobil tersebut, apakah benar Ayu Ningrum yang aku kenal? Atau Ayu, Ayu yang lain? Pertanyaan itu menjadikan sebuah ganjalan yang berada di dalam pikiran ini dan ingin segera dikeluarkan dengan mengetahui jawabannya. 

Setelah mobil aku serahkan untuk diuji coba, maka pikiran ini agak sedikit longgar karena tak terbagi lagi menjadi beberapa cabang. Kemudian, aku pun bisa menikmati dan lebih fokus lagi untuk mengejar cinta yang diharapkan, yaitu dari cintanya Ayu untukku. 


***


Waktu bertemu lagi dengan Ayu, aku tampak merasakan salah tingkah karena mau ini atau itu pun terasa grogi. Kemudian, Ayu pun hanya tersenyum dan mungkin saja dia memahami bahwa seorang lelaki yang berada di hadapannya itu sedang grogi. Bahkan, dia pun malah melihat ke langit yang mungkin saja mencari tanda-tanda angin untuk bisa lebih jelas menafsirkan aku ini. 

"Ada apa denganmu, sih?" tanya Ayu yang terlihat penasaran itu. 

Masih di taman kota, aku menikmati momen berduaan bersama Ayu. Namun, hati ini malah tak bisa apa-apa! Aku pun sedikit malu untuk melemparkan pertanyaan yang semula sudah dipersiapkan. Bahkan, ada juga hal yang lebih serius, aku hanya bisa menikmati indahnya; cantiknya; tutur katanya dari wanita yang diharapkan hati ini, Ayu Ningrum. 

Jika, saja bisa digambarkan dalam kanvas kosong maka keindahan Ayu Ningrum itu tak ada duanya. Oleh karena itu, aku ingin segera bisa membuat semua itu dalam lukisan yang sudah dipersiapkan di rumah. Namun, lagi dan lagi persoalan waktulah yang membuatku harus bisa menahan dan bersabar bahwa keindahan itu tak bisa dipaksakan. 

Aku sangat menyadari bahwa keindahan-keindahan akan muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu, jalan salah satunya ialah nikmatilah perjalanan dan prosesnya. Dan mungkin saja, hari ini, aku belum bisa melukiskan keindahan yang Ayu miliki itu dikarenakan ada hal lain untuk bisa dirasakan terlebih dahulu, yakni cinta. 

Cinta yang membuatku begini dan semua itu menjadikan sebuah harapan untuk hidup lebih baik lagi. Aku bertemu Ayu di mini market dan mungkin saja semua itu adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan. Kemudian, aku merenung dan mencoba lagi untuk menafsirkan secara dalam bahwa cinta itu memang sangat indah untuk dirasakan.

"Bagaimana malam ini, indah, kan?" Sebuah pertanyaan dari Ayu itu menerobos masuk ke dalam telinga ini. 

Aku memandangnya lalu memberanikan menjawab, "Ya, sangat indah seperti wajahmu yang ingin aku lihat selalu." 

Ayu pun menunduk dan mungkin saja dia malu telah mendengar perakataan itu dariku. Namun, entahlah! Entahlah, aku sendiri sangat tak bisa untuk menahan rasa yang sudah ingin segera bisa dikeluarkan ini, yakni cinta. Kemudian, cinta ini mulai aku siapkan secara matang-matang untuk wanita yang sudah bisa mendobrak hati ini.


....

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN