Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Lelaki Pemburu Cinta (Bag-8)

Lelaki Pemburu Cinta (Bag-8)


Momen yang paling indah itu ketika bisa menatap keindahan yang Tuhan ciptakan. Kemudian, aku menatap wajah Ayu dengan mata yang telanjang. Bahkan, Ayu sendiri terlihat malu-malu dan ada merah di pipi manisnya itu. Hal semacam itu menjadikan sebuah realita yang terasa oleh hati ini dan mungkin saja akan sulit untuk dilupakan.

Keindahan-keindahan itu menjadikan sebuah semangat lagi untukku agar bisa mengenal lebih jauh tentang Ayu. Kemudian, aku terdiam sebentar di sudut ruangan dan mencoba untuk menenangkan pikiran agar bisa terkontrol kembali. Ya, sebelumnya, aku merasakan bahwa pikiran ini selalu mengingat Ayu jadi hal semacam itu terasa tak terkontrol dengan baik.

Bahkan, aku malah selalu mengingat terus wanita yang pertama kali bertemu di mini market itu. Kemudian, aku harus bagaimana? Kadang, pertanyaan semacam itu muncul dalam hati lalu menjalar ke dalam pikiran ini. Aku terdiam lagi sambil tangan kanan mengetuk-ngetuk kepala ini yang sudah seperti orang bingung saja.

Masih di dalam ruangan kamar yang berukuran lima kali lima meter, aku mencoba untuk menenangkan pikiran agar bisa selalu terbuka lagi. Kemudian, aku pun memandang langit-langit kamar yang tampak bersih dan cukup jelas bahwa terlihat juga bayangan Ayu menempel di sana. Aku bingung. Bingung karena di segala tempat terdapat bayangan Ayu yang selalu terlihat!

Selang beberapa menit, aku ayunkan kaki ini untuk keluar kamar lalu menuju ke beranda rumah sambil pikiran ini berpikir, apakah aku harus menemui Ayu lagi? Pikiran semacam itu menjadikan sebuah pemikiran yang tampak ke permukaan.

"Mau ke mana, A?" tanya Ibu yang sedang duduk di tengah rumah sambil menonton televisi.

"Mau keluar aja," jawabku singkat sambil berjalan terus ke beranda rumah.

Sesampainya di beranda rumah, seperti biasanya aku duduk di kursi yang tersedia di sana. Kemudian, mata ini memandang ke depan yang terasa segar karena banyak daun-daun yang terlihat hijau. Oh, aku sendiri sangat bersyukur karena tempatku ini masih asri sehingga masih banyak tanaman atau tumbuhan yang terlihat hijau. Oleh karena itu, sangat indah rasanya aku menikmati keindahan yang Tuhan ciptakan ini.

Kedua mata ini pun menjadi terbuka di antara hijaunya tumbuhan atau tanaman yang terlihat. Bahkan, hati ini pun mendadak semakin berbunga-bunga saja untuk mengingat Ayu, sang wanita yang menarik perhatian ini. Aku tenggelam. Aku tenggelam dalam keindahan yang ditampilkan oleh Ayu selama ini. Kemudian, aku berdiri di beranda rumah dan berpikir bahwa sudah saatnya aku bisa mengenal lebih jauh lagi tentang Ayu ini.


***


Sewaktu malam, ponselku berbunyi lagi dan terlihat ada gelembung pesan dari Alika. Duh, aku pun langsung saja mempunyai pemikiran negatif terkait pesan itu. Ah, apa mungkin pesan itu hanyalah pesan untuk meminta tolong? Atau hanya basa-basi yang tak penting? Aku pun menjadi sangat malas untuk membuka pesan yang dikirimkan oleh Alika itu.

Satu pesan yang aku tak baca, ternyata membuat Alika mungkin menjadi penasaran bahwa kenapa pesannya tak kubaca. Akhirnya, dia mengirimkan pesan lagi dengan secara beruntun sehingga terlihat dari ponselku bahwa ada sepuluh pesan atas nama Alika. Kemudian, aku pun menggeleng-gelengkan kepala tanda sulit dimengerti semua ini. Bahkan, tangan ini masih malas saja untuk bisa membuka lalu membaca pesan-pesan yang dikirimkan Alika itu.

Dalam kemalasan tersebut, ponsel pun kumatikan dan langsung keluar rumah untuk bisa menemui Ayu di tempat kerjanya. Kemudian, sudah seperti hari-hari kemarin bahwa cuaca malam pun sangat mendukung. Bahkan, aku sangat menyukai malam ini yang penuh dengan bintang dan bulan juga sangat sempurna tampil ke permukaan. Aku pun sangat termukau dengan pemandangan yang dilihat ini.

Alika. Wanita yang dulu pernah kucintai, tapi tak pernah menjadi suatu pacar yang diinginkan. Kemudian, sekarang malah  muncul kembali dalam hidup ini, aku pun hanya bisa mencoba untuk melupakan cinta yang dulu pernah ada di dalam hati ini. Bahkan, perlahan-lahan pun sudah kucoba untuk dilupakan tentang semua itu dengan cara untuk terus-menerus mengejar cintanya Ayu.

Keadaan luar rumah pun tampak ramai dengan kendaraan yang masih saja seperti ular merayap di jalanan. Aku pun menggeleng-gelengkan kepala karena sudah tak seperti biasanya bahwa kotaku ini ramai. Mungkin juga dikarenakan malam Minggu yang berarti malam yang panjang sehingga orang-orang pun pada keluar rumah. Aku pun masih santai mengendarai kendaraan roda dua yang bermesin ini sambil sesekali pikiran ini melayang-melayang memikirkan Ayu.

Ya, Ayu sedang apa di dalam konter? Sedang bersama siapa saja di dalam konter? Pertanyaan semacam itu sering bermunculan di dalam hati yang menjalar ke dalam pikiran ini. Aku pun malah tersenyum ketika mengendarai motor ini yang sebentar lagi sampai ke tempat kerjanya Ayu. Kemudian, aku pun mulai memikirkan kata per kata yang nantinya akan dilemparkan kepada Ayu dan semua itu bisa berbentuk kalimat tanya atau gombalan ringan khas lelaki yang sedang jatuh cinta. Entahlah, tunggu saja nanti!

Indahnya! Hmmm, sudah terlihat dengan jelas bahwa tempat kerjanya Ayu yang di depannya dihiasi oleh balon-balon khas dari berbagai merek ponsel. Kemudian, aku pun memberhentikan kendaraan sebentar lalu mengontrol perasaan agar tak terlihat gugup ataupun dag-dig-dug yang keras. Dalam pandangan yang terlihat di dalam konter itu sepertinya Ayu sedang duduk sambil memainkan ponsel miliknya.

Aku pun perlahan-lahan untuk memutuskan masuk ke dalam konter itu dengan kendaraan yang sudah terpakir di depan. Kemudian, Ayu pun tampak terkejut ketika dia melirik ke arahku dengan mata yang telanjangnya, sedangkan aku hanya bisa tersenyum tipis saja sambil menahan agar diri ini tidak grogi saat berhadapan dengannya.


....

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca