Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Lelaki Pemburu Cinta (Bag-4)

Lelaki Pemburu Cinta (Bag-4)


Sudah kutancapkan rasa cinta ini untuk Ayu. Jika, dia bisa menerimaku apa adanya, tak akan kucurangi sedikit pun. Selembar kertas kosong pun aku sobekan dari buku tulis. Niatku ingin menuliskan sebuah puisi yang indah untuknya. Biar, dia bisa meleleh ketika sedang membacanya. 

Kertas kosong itu kuisikan dengan rangkaian kata-kata yang indah. Hati ini berharap, semoga dia bisa menyukainya apa yang aku ungkapkan lewat sebuah puisi. Pena pun mulai kugoyangkan dengan akal terus memutar untuk mencari diksi-diksi yang pas dan indah agar bisa menaklukan hatinya. 


Untuk Dirimu


kau begitu indah

cantik

berhijab

menggetarkan jiwa ini

membangkitkan semangat

kau berhasil mendobrak hati


andaikan kau ada di sini

pasti hidup indah akan tercipta

untuk jiwa ini


kau bagaikan bulan 

menyinari diriku setiap malam

dari kehampaan

kau bagaikan matahari

menyinari diriku setiap siang

dari kegalauan 


ingin sekali kita bersatu

saling menjaga

saling mengingatkan

saling membantu

di sini; menjadi sepasang yang indah.


Baim Atmajaya, 15.52 WIB


Setelah menuliskan sebuah puisi itu, aku masukan ke dalam amplop berwarna merah jambu. Walaupun, dia belum tahu dengan rasa yang ada di hati ini. Namun, aku sangat percaya diri dengan semua yang akan dilakukan ini. 

Entah besok atau lusa, puisi itu akan aku berikan kepada Ayu. Setiap malam, aku siapkan semua kata-kata supaya jiwa ini tidak gugup saat berhadapan dengannya. Apakah ini bodoh atau apa? Tentu, aku sendiri juga tidak memahami dengan rasa yang terus bergejolak di hati ini. Seorang wanita berhijab yang dulu pertama kenalan di mini market itu, sekarang sudah benar-benar membuat pikiran ini selalu mengingatnya terus-menerus.


***


Udara pagi sangat terasa olehku, halaman rumah pun tampak banyak daun-daun cengkih yang berguguran. Terlihat, Ibu sedang menyapukan halaman sambil mencabut rumput yang tumbuh di sela-sela batako. Tak terasa semakin hari, jiwa ini terus ingin bertemu dengan Ayu. Namun, rasa itu harus disimpan dulu supaya tidak mengganggu pekerjaanku setiap harinya. 

Tinggal di kaki gunung Ciremai yang udaranya sangat dingin di pagi hari. Kemudian, aku selalu bersyukur dengan keadaan kotaku ini yang masih terbilang asri. Sawah-sawah masih banyak dan ladang pertanian pun masih menjadi andalan warga-warganya untuk menyambung kehidupan di saban harinya.

Sekarang, rasa cinta yang muncul kembali dari hatiku berada di tanah Sunda, Majalengka. Sungguh, sangat bahagia jika itu bisa terwujud yang mana aku akan semakin suka dengan kota ini. Majalengka sudah memberikan semuanya kepadaku: agama, pendidikan, pekerjaan, dan tentunya juga tempat lahirku ke dunia dimulai dari tempat ini.

Matahari yang mulai muncul ke peraduannya, jarum jam pun sudah menunjukkan ke angka tujuh. Tak lupa aku memanaskan mesin kendaraan roda empat yang terparkir di halaman rumah. Niat untuk berangkat bekerja, tetapi tiba-tiba saja suara getaran ponsel yang berada di saku celana terasa oleh anggota tubuhku. 

'Assalamualaikum, A.' Satu pesan yang aku baca dari nama pengirim Alika. 

Ada apa lagi? Pagi-pagi dia mengirim satu pesan kepadaku. Apa dia mau minta tolong lagi kepadaku? Ah, sungguh membuat hatiku penasaran saja dengan satu pesan itu. 

'Waalaikumsallam, Neng. Aya naon?(Waalaikumsallam, Neng. Ada apa?)' Aku pun membalasnya dengan melemparkan pertanyaan kepadanya. 

Menunggu selama sepuluh menit. Namun, balasan dia pun tak kunjung aku terima. Apa mungkin dia hanya menyapa saja dengan salam? Tidak ada yang perlu dibicarakan dan semua itu bisa saja dia hanya untuk mengetes aku saja dengan mengirim salam. Sungguh, dia masih sama seperti dulu yang datang tak diundang dan pulang pun tak diantar. 


***


Pekerjaan untuk hari ini, sungguh sangat berat untuk aku lalui. Bekerja di salah satu perusahaan bengkel otomotif, tentu bukan keinginan diriku. Namun, aku terpaksa dan hanya bisa bersyukur saja dengan ini semua.

Banyak sekali mobil yang berada di tempat parkir bengkel, terlihat sangat jelas ada yang rusak parah dan biasa saja. Akan tetapi, rasa malas ini kenapa menghampiriku? Melihat mobil-mobil yang berjejeran itu membuat kepalaku pening saja. 

Terpaksa aku harus melewati hari yang begitu sulit ini. Sinar matahari pun mulai masuk ke dalam bengkel yang aku tempati. Bunyi-bunyi peralatan bengkel yang digunakan oleh para mekanik, sungguh menerobos ke telingaku. Alhasil, kepala semakin pening saja dengan mendengar itu semua. Namun, ini demi profesionalitas semuanya akan tetap aku jalani. 

Sial! Hari ini, aku mendapatkan mobil yang tidak disukai. Menjadi mekanik itu memang harus menguasai semua jenis-jenis kerusakan dimulai dari servis berkala sampai yang rusak parah, turun mesin. Namun untuk hari ini, aku tidak suka dengan jenis pekerjaan yang diberikan oleh atasan; dengan memberikan mobil yang harus turun mesin. Aku kesal! Sebal! Pusing dengan pekerjaan itu, pasti akan menguras waktu terlalu lama. Sungguh, nasib yang buruk diterimaku hari ini. 

Sedikit demi sedikit mesin mobil Nissan Grand Livina aku bongkar, dengan rasa kacau memikirkan Ayu yang terus berputar-putar di otakku. Aku sungguh resah dengan setangkai mawar merah yang sudah dipersiapkan. Apakah sudah layu? Pertanyaan itu mendadak meloncat dari otakku.

Kemudian, sedang fokusnya aku membongkar sebuah mesin yang menempel di mobil. Tiba-tiba saja, aku mendengar suara yang berasal dari speaker bengkel. Dan di situ ada yang memanggil namaku untuk menghadap langsung ke atasan bengkel. Sungguh, kacau perasaan ini. Tumben banget atasan memanggil diriku, apakah karena dia melihat gerak-gerikku di hari ini yang tidak ada semangatnya? Kuayunkan kaki menuju ruangan pimpinan bengkel, hatiku tak memedulikan apa yang akan terjadi di sana. 

Setelah sampai di ruangan pimpinan bengkel, aku hanya diberikan sebuah berkas dan buku mobil untuk diisi jenis pekerjaan apa saja yang dilakukan. Lembaran-lembaran buku itu aku buka secara perlahan dan jiwa ini merasa tersentak. Saat baru saja membuka lembaran awal, kubaca di sana dengan nama pemilik mobil Ayu Ningrum. Apakah ini mobilnya Ayu Ningrum yang menjadi target cintaku itu? Hatiku pun jadi bertanya-tanya. 


....

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN