Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Lelaki Pemburu Cinta (Bag-3)

Lelaki Pemburu Cinta (Bag-3)


Sungguh, sangat sulit sekali buatku. Tentu saja, ini pilihan yang sulit untuk menolak permintaan Alika. Memang, ada rasa dingin ketika hujan datang. Namun, secara perlahan-lahan semua rasa itu akan aku tahan. Langkah pun diayunkan menuju kendaraan roda dua bermesin yang sudah ada di luar rumah. Berharap, hujan segera reda agar aku bisa pergi ke konter dalam keadaan tidak hujan.

Namun, keadaan hujan ini semakin deras membasahi halaman rumah. Oleh karena itu, tak cukup untuk menunggu saja sampai reda. Aku pun memutuskan untuk berjalan ke konter dengan air hujan yang terus membasahi helm. Sangat sial! Jalanan yang aku lewati, sungguh sangat miris. Air yang ada di solokan pun muntah, terlihat tak kuat untuk mengalirkannya secara lancar. 

Mengendarai motor dengan sangat hati-hati, membuat perjalanan ke konter pun terasa lama. Namun, hati ini sangat kaget ketika melihat ada wanita berhijab yang sedang berdiri di halte bus. Seorang wanita yang terlihat sedang menggendong ransel sambil tangannya memegang ponsel. Namun, aku hanya bisa melihat sekilas saja. Jadi, tidak jelas itu siapa. Apakah dia Ayu Ningrum? Memang, ciri-cirinya sangat mirip dengan dia. Namun, aku tak bisa memastikan itu semua. 

Kuberhenti sejenak di samping jalan untuk menengok ke belakang. Apakah benar, dia Ayu Ningrum? Namun, kesialan menimpa diriku. Tiba-tiba saja, satu kendaraan roda empat berwarna putih melaju kencang, sampai air yang ada di jalan pun membasahi celana jas hujan. Sial! Aku menggelengkan kepala, sambil menahan emosi yang memuncak kepada sopir mobil berwarna putih itu. Apalah daya, jika dikejar pun tak akan ada gunanya! 

Mungkin, itu bukan Ayu yang selalu terbayangkan oleh pikiranku. Motor pun langsung aku nyalakan kembali untuk berjalan menuju konter. Hujan semakin deras, petir pun menjadi irama yang menakutkan di telinga ini.


***


Setelah sampai di konter, hatiku menjadi tidak karuan dan jantung pun berdetak sangat kencang. Seorang wanita berhijab yang berkenalan di mini market itu, sekarang dia sedang duduk di konter. Apa ini kebetulan? Untuk ketemu Ayu selalu di tempat perbelanjaan. 

Dari kejauhan, Ayu melemparkan senyum kepadaku. Uh, sungguh sangat mendobrak hati ini yang sedang dirundung kegalauan. Aku pun balik melemparkan senyum kepadanya. Dari pas awal aku masuk ke konter, dia sudah melihat ke arahku. Mungkin saja, dia sedang mengingat-ingat seseorang. Namun, aku berjalan masuk untuk membeli satu voucher kuota suruhan Alika. Tak percaya hati ini bisa bertemu dengan Ayu di konter yang aku kunjungi. Seorang wanita yang sangat aku ingin ketahui itu, sekarang ada di tempat yang sama. 

"Kang!" Ayu pun memanggilku sambil duduk di kursi pembeli. 

Aku pun menoleh, lalu melemparkan senyum kepadanya dan berkata, "Iya, Ayu Ningrum, ya?" 

"Iya, kita pernah ketemu, kan?" tanya Ayu sambil melihat kepadaku. 

"Kalau nggak salah kemarin di mini market, ya?" 

Dia pun hanya mengangguk. 

"Kamu, sedang apa di sini?" tanyaku yang sudah berada di hadapannya. 

"Aku kan kerja di sini, Kang." 

"Jadi, kamu, kerja di sini. Asik, dong! Kita bisa bertemu setiap hari," kataku sambil memandang wajahnya. Dia pun menunduk. Mungkin, malu karena aku lihatin terus. 

"Hu'um."

"Jadi, boleh kan kalau aku menemui kamu setiap hari?" 

"Boleh saja, asal harus bawa sesuatu," katanya sambil sedikit tertawa. 

"Tenang saja, ntar aku bawa hati ini untuk dirimu!" Aku pun membalas dengan sebuah rayuan untuknya, sambil menempelkan tangan kanan di dadaku.

"Ciee, gombal!" celetuknya sambil memalingkan wajah. 

Sebuah rayuan aku lemparkan. Namun, kenapa rasa ini semakin menjadi-jadi untuknya. Rasa keingintahuan lebih dekat tentang dirinya pun tidak bisa aku bendung. Sungguh, sangat terlalu sekali. Jika, cinta ini muncul secara cepat untuknya. Ini tidak bisa dipercaya, tetapi bagaimanapun seorang Alika masih sedikit ada tempat di ruang isi hatiku. Jika, memikirkan masalah hati, aku pun jadi pusing tujuh keliling. 


***


Setelah bergelut dengan dinginnya hujan yang menerobos tubuh ini. Sekarang, aku sudah berada di rumah dengan keadaan selamat. Sebuah ponsel yang terletak di meja pun aku ambil, sambil tangan kiriku menggenggam voucher kuota. Tak perlu lama, aku membuka langsung kunci ponsel itu, lalu mencari nama kontak Alika. Kemudian, aku kirim kode voucher kuota 1GB yang dia perlukan. 

'A, hatur nuhun, nya!' Sebuah gelembung pesan terlihat di layar ponselku.

'Emang, sudah nyampé, ya?' Aku pun membalasnya dengan pertanyaan. 

'Sudah, A. Hatur nuhun pisan.' 

'Sekarang, masih di RS, ya?' 

'Iya, A. Nih, lagi mau makan dulu. Tadi, sepupu bawa makanan.' 

'Oh, ya udah. Sana makan dulu! Assalamualaikum' Aku pun menutup percakapan via chat tersebut. 

Andaikan dia tahu? Rasa cinta kepadanya itu masih ada. Namun, aku tahu cinta ini tak akan bisa pernah menyatu. Derajat kita jauh beda. Aku hanya bisa menolong dan selalu ada untuknya—Alika. 

Biarlah, rasa cinta kepada Alika ini aku pendam. Aku tak ingin menyakiti perasaan dia. Mungkin, aku bisa dibilang pengecut dalam hal cinta, tetapi semua ini pilihan terbaik yang diambil. Sekarang, aku ingin bisa move-on darinya dengan mencoba mendekati Ayu Ningrum. Seorang wanita yang tidak beda jauh darinya, mempunyai kecantikan, dan terlihat memiliki akhlak yang baik. 

Sedikit demi sedikit, rasa cinta kepada Alika akan kucoba salurkan kepada Ayu Ningrum. Berharap juga, dia bisa membalasnya dengan rasa yang sama kepadaku. Aku akan sangat senang, jika semua cinta kepada Ayu bisa terwujud. Walaupun, semua itu tak akan mudah, tetapi aku akan berjuang, untuk mendapatkan seorang wanita yang sudah membuat hidup ini semangat lagi, yaitu dia bernama Ayu Ningrum.


....


Catatan kaki:

  • hatur nuhun: terima kasih
  • nyampé: sampai
  • pisan: banget
  • nya: ya

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN