Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Menyelisik Lokananta, Saksi Sejarah dan Studio Rekaman Tertua di Indonesia

Menyelisik Lokananta, Saksi Sejarah dan Studio Rekaman Tertua di Indonesia
Foto: Lokananta | Instagram @lokantabloc

MUSIK. Musik pun mempunyai perjalanan yang panjang di Indonesia. Bahkan, perkembangan musik di tanah air pun tak lepas dari satu nama, yakni Lokananta. 

Ya, Lokananta merupakan tempat bersejarah sekaligus studio rekaman tertua di Indonesia yang terletak di Jalan Ahmad Yani Nomor 379, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. 

Bangunan ini berdiri di atas lahan seluas 21.150 meter persegi, lalu Lokananta didirikan pada 29 Oktober 1956 oleh Raden Maladi, Kepala Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI), bersama Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero. 

Mengutip dari laman Portal Informasi Indonesia bahwa Lokananta pun dalam bahasa Sansakerta berarti gamelan dari khayangan yang bersuara merdu. 

Awalnya, tempat ini dibangun untuk merekam materi siaran dalam bentuk piringan hitam untuk disiarkan oleh 26 stasiun RRI di seluruh Indonesia.

Bahkan, menurut Gading Pramu Wijaya, pada 1958, dalam Lokananta Arsip Sejarah Musik Indonesia, pihak RRI mulai menjual produksi piringan hitam yang berupa lagu-lagu daerah ke masyarakat umum dengan merek dagang Lokananta. 



Perjalanan pun terus berlanjut yang kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 215 tahun 1961, studio Lokananta diubah statusnya menjadi perusahaan negara dengan nama baru PN Lokananta. 

Kemudian, bidang usahanya pun diperluas menjadi label rekaman yang berfokus pada karya lagu daerah dan pertunjukan seni serta penerbitan buku dan majalah. 

Dalam perkembangan zaman, Lokananta ini pun ikut mengalami pasang surut kemajuan musik di tanah air. Bahkan pada 1972, produksi audio mulai beralih dari piringan hitam ke kaset dan sejak 1983 pun membentuk unit penggandaan film dalam format pita magnetik Betamax dan VHS. 

Harus bisa diketahui sebelumnya bahwa pada dekade 1970-an hingga 1980-an, Lokananta ini berjaya sebagai sentra produksi rekaman audio kaset dan penggandaan film terbesar di Indonesia. 

Berjalannya waktu, pada tahun 1999 pun menjadi momentum senjakala bagi Lokananta. Lebih tepatnya ketika makin banyak rekaman audio dilakukan dalam format CD dan kaset mulai ditinggalkan. 

Kemudian sejak 2004, perusahaan rekaman ini diambil alih oleh Perum Percentakan Negeri RI, nama barunya pun menjadi PNRI Cabang Surakarta-Lokananta. 


Apa saja yang ada di Lokananta? 


Menjawab pertanyaan semacam itu bahwa Lokananta bukan sekadar studio rekaman saja. Akan tetapi, Lokananta adalah sebuah lorong waktu musik Indonesia dari zaman ke zaman. 

Kemudian, dalam bangunan utama Lokananta pun tersimpan koleksi 53.000 piringan hitam yang tersimpan di rak-rak besi di ruang berpendingin udara yang diatur khusus suhunya. 

Adapun, masih ada 5.670 rekaman lagu daerah serta pidato-pidato pembakar semangat dari Presiden Soekarno. Bahkan, tersimpan juga master suara asli Soekarno ketika membacakan Proklamasi dan master rekaman lagu kebangsaan Indonesia Raya yang pertama kali dinyanyikan. 

Tidak hanya itu saja! Namun, tempat ini pun mempunyai ruang rekaman terluas di Indonesia, yakni 14x31 meter atau hampir dua kali ukuran lapangan bulu tangkis. 



Kemudian, studio yang diresmikan pada 1985 itu memiliki sistem audio yang terbilang sangat baik dengan tata akustik canggih. Ada juga pelantang suara merek ternama, yakni JBL dengan teknologi terbaik satu-satunya di dunia. 

Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta bahwa pertama kali memasuki gedung utama, maka akan dimanjakan oleh sejumlah pita master rekaman dengan berbagai ukuran yang menggantung di dinding.

Selanjutnya ada juga ruang pertama yang harus disinggahi kalau ke tempat ini, ialah ruang tempat menyimpan gamelan bernama Kiai Sri Kuncoro Mulyo, gamelan ini pun dibuat pada zaman Pangeran Diponegoro yang sudah ada sejak 1920.

Ruang berikutnya pun tak kalah ciamik saja! Sebab, ruang berikutnya adalah ruang koleksi mesin-mesin yang pernah digunakan di Lokananta. 

Mesin-mesin itu di antaranya mesin duplikasi kaset audio, VHS, mesin pemotong pita kaset, pemutar piringan hitam, dan sebagainya yang mayoritas diproduksi tahun 1960-an sampai 1990-an.

Tempat ini pun sama halnya seperti studio rekaman pada umumnya, yakni ruang kedap suara. Kemudian, di dalamnya terdapat alat-alat rekaman lawas, termasuk konsol musik yang hanya ada dua di dunia, satu di Lokananta dan satu lagi di London.(*)

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca