Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Menyelisik Asal-Usul Kue Bandros Gurih Khas Bandung, Sudah Eksis dari Tahun 1950-an, Simak Selengkapnya!

Menyelisik Asal-Usul Kue Bandros Gurih Khas Bandung, Sudah Eksis dari Tahun 1950-an, Simak Selengkapnya!
Foto: Kue Bandros | Instagram @sundabagja

Banyak jajanan di Kota Bandung yang cukup terkenal hingga saat ini. Bahkan, budaya jajanan di Kota Bandung ini bisa dikatakan sudah sangat melekat dalam masyarakat dari sejak tahun 1900-an. 

Ada satu jenis kudapan juga yang sangat menarik untuk bisa ditelisik hingga mendalam. Kemudian, kudapan itu ialah kue bandros, kue yang memiliki tekstur garing di luar dan lembut di dalam.

Harus bisa diketahui bahwa kue ini sangat nikmat karena ada tambahan parutan kelapa saat digigit. Kemudian, jangan ditanya lagi kalau masalah aroma karena aroma kue ini harum sehingga bisa menggoda untuk mencicipinya. 

Menilik lebih dalam lagi bahwa asal-usul dari kue bandros ini dimulai sejak adanya pengaruh pemerintah Hindia-Belanda yang pada tahun 1900-an sewaktu memperkenalkan penggunaan tepung terigu di Kota Bandung dan Priangan. 

Oleh karena itu, karena adanya pangan yang berbahan dasar terigu itu hanya dapat dikonsumsi oleh para bangsawan dan para masyarakat yang kaya raya. 

Perjalanan itu semakin maju saja sehingga muncullah gagasan pembuatan kue bandros untuk masyarakat kelas bawah sehingga dapat menikmati kue dengan harga terjangkau dari bahan baku beras. 

Memang, sudah bisa diketahui bahwa bahan baku beras ini adalah sumber utama makanan pokok di masyarakat Sunda yang berada di Jawa Barat. 

Hal semacam itu pun bisa menjadi suatu upaya untuk meringankan masyarakat dalam mengonsumsi tepung terigu dan beras yang cukup mahal, maka muncullah ide untuk membuat kue bandros. 

Kue bandros pun dikenal dengan ukuran yang kecil-kecil dari bahan dasar tepung beras dan beras ketan dengan penambahan kelapa parut, garam, gula pasir, minyak kelapa, terutama untuk sarapan maka makanan ini sangat cocok. 



Maka dari itu, makanan ini pun menjadi kudapan pada zaman dulu yang hanya beredar dijual pagi hari karena lebih nikmat jika ditemani dengan air minum teh hangat. 


Kue bandros ini dijual di mana saja? 


Keberadaan kue ini sangat melekat di masyarakat dengan keberadaan tukang keliling di sekitar pasar, pusat keramaian, bahkan di sekitar pemukiman masyarakat sejak tahun 1950-an. 

Mengutip dari laman Portal Berita UPI bahwa para pelopor Asosiasi Kafe dan Restoran (AKAR) Chef R.Wawan G. Martasasmita dan Chef Dedie Soekartin yang juga merupakan dosen senior Program Studi Manajemen Industri Katering Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia memaparkan, pada tahun 1950-an keberadaan penjual kue bandros sudah memasyarakat di Kota Bandung. 

Kemudian, para praktisi kuliner tersebut menyatakan, para penjual menjual dengan menggunakan tanggungan dan juga sudah ada yang didorong menggunakan gerobak. 

Menilik ke belakang lagi bahwa pada masa lalu, para penjual bandros tidak memiliki tempat menjual yang tetap. Oleh karena itu, mereka biasa berkeliling saat menjual kue tersebut dari kampung ke kampung dan perumahan warga Kota Bandung. 

Dalam perjalanannya waktu bahwa penjualan kue bandros pun sering dilakukan dua shift, yakni dijual sejak subuh hingga siang hari. 

Kemudian, para penjual pun pulang untuk istirahat dan menjual kembali dagangannya hingga sore hari. Maka, kue bandros pun bukanlah kudapan yang dijual pada malam hari. 

Dahulu pun cara pembuatannya dengan proses pembakaran menggunakan cetakan yang terbuat dari tembaga dan berbahan bakar kayu serta pemoles minyak pada cetakannya menggunakan sabut kelapa. 


Perbedaan kue bandros dengan kue yang berbentuk sama! 


Dalam hal semacam ini, mungkin saja banyak orang yang mempertanyakan, apa perbedaan kue bandros dengan kue pancong (Jakarta), pukis, gending (Purwadadi), dan rangi (Karawang)? 



Jika, melihat dari penggunaan cetakan kue bahwa semua itu menggunakan cetakan sama dari tembaga di masa lalu dan di masa sekarang. 

Namun, hal semacam itu pun tidak membuat kue bandros sama dengan jenis kue yang berada di daerah lain. Harus bisa dipahami bahwa kue bandros yang otentik di Kota Bandung itu pada dasarnya berbahan tepung beras dan memiliki rasa asin. 

Maka, hal itu sangat berbeda dengan kue pancong dan pukis yang terbuat dari tepung terigu dan memiliki rasa manis. Kemudian, berbeda juga dengan rangi yang berbahan bakunya terbuat dari tepung aci yang dibubuhi saus dari cairan gula merah yang kental. 

Namun sekarang, perkembangan pun dilakukan terhadap kue bandros di Kota Bandung dengan melakukan aneka rasa saat ini. Kemudian, inovasi itu dilakukan dengan penambahan bahan baku oncom, telur, tuna, sosis, kornet dengan kepedasan berbeda, dan berbagai cokelat. 

Kue bandros ini pun menjadi salah satu jajanan yang masih eksis hingga kini. Bahkan, makanan tradisional ini bisa menjadi ajang untuk bernostalgia bagi para penikmatnya.(*)

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca