Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Mengenal Jurnalisme Data, Manfaat, dan Alur Kerjanya, Yuklah Kepoin!

Mengenal Jurnalisme Data, Manfaat, dan Alur Kerjanya, Yuklah Kepoin!
Ilustrasi | Pexels.com/Fauxels

Dalam perkembangan zaman yang terus berjalan bahwa jurnalisme data menjadi istilah populer di waktu sekarang ini. Kemudian, mungkin banyak yang masih bertanya-tanya, jurnalisme data itu apa, sih?

Jurnalisme data secara umumnya ialah jurnalistik yang menggunakan data dari sekumpulan data besar atau proses penggunaan data untuk menyampaikan berita.

Namun, dalam hal semacam ini menurut Peneliti Katadata Insight Center (KIC), Adek Media Roza, menuliskan bahwa ada perbedaan pendapat untuk pengertian ini.

Pertama, ada yang menyebutkan bahwa jurnalisme data adalah pemanfaatan big data sebagai material pembuatan berita. Kedua, ada yang menyebutkan jurnalisme data adalah penggunaan piranti lunak tertentu untuk memproses dan memvisualisasikan data.

Oleh karena itu, hal semacam itu bisa disimpulkan bahwa jurnalisme data adalah kerja pers yang mengandalkan kekuatan data dan didukung teknologi terkini.

Harus bisa dipahami juga bahwa jurnalisme data pun dapat membantu jurnalis untuk menceritakan kisah yang kompleks melalui infografik yang menarik.

Kemudian, hal semacam itu dapat membantu menjelaskan bagaimana sebuah cerita berhubungan dengan seseorang. Bahkan, hal semacam itu pun dapat membuka proses pengumpulan berita itu sendiri.

Sebab, The Guardian pun melakukannya dengan sukses dalam berbagi data, konteks, dan pertanyaan dengan Datablog mereka.

Hal yang paling penting juga bahwa data pun bisa menjadi sumber jurnalisme data atau bisa menjadi alat yang digunakan untuk menyampaikan cerita.


Apa manfaat dari jurnalisme data?

Jurnalisme data bila ditelaah lebih lanjut, tentu mengandung banyak manfaat dalam segi pemberitaan. Kemudian, mengutip dari The Writers College Times manfaat jurnalisme data itu sebagai berikut:

1. Menggunakan data bisa menciptakan berita yang lebih kaya

Harus bisa dipahami bahwa melalui data, jurnalis pun dapat menganalisis dinamika situasi yang kompleks, seperti debat politik, kerusuhan, dan membantu semua orang untuk melihat kemungkinan solusi atas masalah yang kompleks.



2. Berita lebih jelas dan banyak fakta

Hal semacam ini pun bisa menjadikan wartawan tidak harus mengandalkan kutipan dari narasumber yang cenderung mengingkari segala sesuatu saat berada di bawah tekanan.

Kemudian, dalam hal ini bisa mengungkapkan betapa abstraknya, seperti pengangguran memengaruhi orang berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendidikan.

3. Pelaporan berita menjadi lebih efisien

Hal ini bisa tergambarkan bahwa reporter sering mengumpulkan informasi dari sumber yang sama berulang kali: Survei sensus, laporan polisi, laporan kesehatan, dan laporan lainnya.

Oleh karena itu, memperoleh dan mengatur informasi ini dapat dibuat jauh lebih efisien, bahkan otomatis sepenuhnya dengan memasukkan data di balik laporan.

4. Dapat digunakan untuk mengubah yang abstrak menjadi mudah untuk dipahami

Maksud dari poin ini ialah seperti orang dapat membuat kalkulator yang dipersonalisasi untuk membantu orang untuk membuat keputusan saat membeli mobil, rumah, memutuskan jalur pendidikan atau profesional.


Bagaimana perkembangan jurnalisme data?

Mengutip dari jurnal Tren dan Fenomena Jurnalisme Data pada Media Online di Indonesia yang ditulis oleh I Komang Agus Widiantara, menuliskan bahwa laporan jurnalistik dengan menggunakan data bukanlah hal baru.

Sebab, Simon Rogers, mantan jurnalis data The Guardian pun menyebut perawat Inggris, Florence Nightingale juga sebagai jurnalis data.

Kemudian, Nightingale yang betugas dalam perang Inggris di Krimea—dulu Uni Soviet, sekarang Ukraina—merilis data jumlah kematian tentara Inggris dalam perang itu pada 1858.

Selanjutnya, pada 2000-an bahwa terminologi "jurnalisme data" ini mulai berkembang untuk merujuk proses liputan berita berdasarkan statistik.

Bahkan, data inilah yang kemudian disajikan ke audiens melalui beragam bentuk seperti infografik, gambar, teks, video, peta atau bentuk apa pun yang sesuai dengan narasi data.

Lebih dalam lagi bahwa jurnalisme data pun adalah warisan dua praktik jurnalisme yang lebih tua: Infografik dan pelaporan dibantu komputer (Computer Assisted Reporting/CAR).

Praktik semacam itu pun dapat dikaitkan dengan perubahan teknologi lainnya, seperti adopsi komputer di newsroom, peningkatan akses terhadap sumber dan arsip elektronik, data terbuka, dan pengembangan World Wide Web (WWW).


Bagaimana alur kerja jurnalisme data?

Jurnalisme data juga memiliki alur kerja yang harus dilalui sebelum benar-benar dipublikasikan. Pertama, kumpulan data yang menyediakan banyak informasi bagi topik berita yang sudah dirancang di newsroom.

Kedua, kumpulan data yang berfungsi sebagai titik awal keseluruhan berita. Setelah data tersebut diperoleh maka tim data pun akan menganalisanya yang berdasarkan pertanyaan sehingga bisa dijelaskan dalam berita.



Bahkan, beberapa media pun menggunakan crowdsourcing dalam memproses data. Maka, jika diperlukan juga satu set data bisa disilangkan dengan set data lainnya untuk membuat data baru dari kumpulan data yang ada.

Setelah analisis tersebut maka dibuat visualisasi dan grafik, baik oleh tim data atau bersama dengan departemen lain di dalam organisasi berita.

Kemudian, langkah selanjutnya ialah hasil analisis data tersebut bisa dipublikasikan bersamaan dengan berita berbasis data, baik secara bersamaan maupun setelah alur berita dimulai.

Adapun alur kerja tersebut dapat dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut:
  1. Mengidentifikasi inti berita dan peran potensial data dalam berita.
  2. Mengidentifikasi dan mendapatkan kumpulan data yang tepat untuk menanggapi pertanyaan jurnalis.
  3. Memodifikasi data agar siap untuk dianalisis (misal memperbaiki kesalahan pada kumpulan data).
  4. Menganalisis data dengan alat yang tepat dan menyandingkan satu kata dengan data lain jika relevan.
  5. Memproduksi berita; teks; visualisasi; elemen interaktif.
  6. Penerbitan kumpulan data yang digunakan.
  7. Mengajak pembaca untuk berpatisipasi dengan menggunakan kembali data, mengomentari dan berbagi cerita melalui aplikasi di media sosial, serta mengirimkan lebih banyak konten melalui aplikasi media sosial.

Maka, harus bisa diingat bahwa proses jurnalisme data yang dikembangkan oleh berbagai media pun hampir sama, dimulai dengan berburu dan mengumpulkan data.

Kemudian, melakukan analisis untuk menjadikan data lebih terstruktur, serta mengolah dan mempresentasikannya dalam bentuk karya jurnalisme.(*)

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN