Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Kehidupan Mike (29)

Kehidupan Mike (29)


; Mencurahkan Kerinduan di Sebuah Resto


Ada sesuatu hal yang berubah drastis dari dalam diri Mike, yakni semangatnya muncul kembali. Bahkan, kegalauan yang dulu selalu menghantui itu mulai sedikit demi sedikit hilang tak bertepi.

Mike menikmati ketika pertemuan dengan kekasihnya, Sinta di salah satu resto yang berada di Jalan KH Abdul Fatah. Kemudian dalam momen itu, Mike mengungkapkan kerinduan yang mendalam. Ya, kerinduan yang sudah lama ingin dicurahkan itu berhasil keluar dengan sempurna menempel pada diri Sinta. 

Wanita yang dicintainya itu tersenyum lalu ada guratan merah di pipinya, mungkin saja sedang malu ataupun terharu karena merasakan sangat dirindukan oleh seseorang yang dicintainya. Dalam suasana yang mulai agak sepi karena waktu pun sudah menunjukkan sebentar lagi pukul 18.00 sehingga hanya tinggal beberapa orang saja di resto itu. 

"Sayang, pernahkan kau melihat bulan yang merindukan bintang untuk bisa menemaninya?" tanya Mike yang tepat sekali matanya memandang wajah Sinta. 

"Belum, emang kenapa? Aku pun baru dengar, kok, bulan bisa merindukan bintang?" Sinta pun malah bertanya balik dan wajahnya pun terlihat penasaran. 

"Bentar, ya! Kita habiskan dulu makanannya, entar aku ceritakan semuanya," ucap Mike ketika tangan kanannya memegang sendok sewaktu makan. 

"Hmm." Sinta malah menatap dan langsung melanjutkan lagi untuk makan makanan yang dipesannya, yakni nasi ayam geprek spesial. 

Dalam momen di tempat itu pun Mike memahami bahwa keindahan itu tak selalu yang mewah-mewah saja. Namun, dengan makan di resto ayam geprek pun bisa menghasilkan keindahan yang nyata. Mike menatap Sinta, lalu Sinta pun tertunduk. Mike menganggukkan kepala bahwa cinta itu tak selalu memberikan yang mewah, tapi ketulusanlah yang akan menjadi keindahan untuk sebuah hubungan. 

Lima belas menit kemudian, Mike dan Sinta selesai makan lalu mereka pun saling tatap-tatapan. Mike tersenyum karena hal semacam itu baru terasa lagi oleh dirinya; rasa cinta. Bahkan, lelaki yang berwajah ganteng itu malah menjadi sulit untuk berkata-kata dan seperti ada bekas kedongdong yang mengganjal di tenggorokannya. 

"Kenapa diam aja, Yang?" tanya Sinta dengan penasaran. 

"Enggak," jawab Mike lalu tersenyum.

"Katanya, tadi mau menceritakan bulan dan bintang itu," kata Sinta datar.

"Iya, entar aku ceritakan di rumah kamu. Sekarang, kita pulang dulu, ya?" 

"Oke, siap, Bos," jawab Sinta lalu tertawa kecil. 

Setelah obrolan singkat itu, Mike dan Sinta memutuskan untuk masuk ke dalam mobil yang berwarna merah. Kemudian, tak lama dari bicara ini itu, Mike langsung menyalakan mobilnya dengan AC pun langsung menyala, dingin. 

Di dalam mobil itu, Sinta malah kembali bertanya, "Berarti kita pulang saja, ya?" 

"Huum. Kita pulang, entar aku anterin kamu sampai masuk ke dalam rumah." 

"Oke, deh." 

Setelah mesin mobil itu sudah terasa panas oleh Mike, langsung saja kekasihnya Sinta itu menginjak pedal gas yang menyebabkan ban pun berpusing-pusing di jalanan. Duh, Mike pun sangat merasakan keindahan ketika alunan lagu dari Iwan Fals terngiang-ngiang di telinganya. 

Entahlah, lelaki itu walaupun tak tahu betul judul lagu yang didengarnya dari radio FM mobil, tapi hatinya merasakan bahwa lagu itu sangat mesra banget untuk sang kekasih. Kemudian, perjalanan ke arah rumah Sinta pun terasa sepi karena mungkin juga orang-orang sudah masuk ke dalam rumahnya, sehingga waktu magrib pun mereka fokus untuk beribadah. 

"Sayang, boleh tak aku bertanya?" Tiba-tiba saja Sinta mengeluarkan kata-kata semacam itu. 

"Apa?" Mike ingin memastikan bahwa pertanyaan itu benar-benar keluar dari mulut kekasihnya. 

"Aku ingin bertanya!" Sinta pun menatap wajah Mike. 

"Ntar saja, ya, kalau sudah sampai rumahmu bertanyanya," kata Mike sambil fokus melihat ke depan. 

Perjalanan waktu pun terus berjalan dan semua itu seperti ban mobil yang terus berputar di jalanan. Kemudian, Mike pun memikirkan langkah masa depannya bersama Sinta yang ingin segera bisa meminangnya menjadi pasangan hidup. Bahkan, ketika perjalanan ke rumah, seakan-akan pertanyaan itu terlihat di depannya dan ingin segera dibacakan di hadapan Sinta dengan jelas. 

Ada hal yang menyesuaikan dalam kehidupan antara cinta dan keseriusan sehingga kedua itu bisa menjadi satu kesatuan untuk menjalani hubungan. Namun, hal-hal semacam itu pun masih saja belum terasa sempurna oleh Mike sehingga ia belum percaya diri untuk mengatakan hal yang lebih serius kepada Sinta. 

Keinginan itu baru muncul di hati lalu mengalir ke pikiran, tapi masih sulit untuk diucapkan. Kemudian, Mike masih saja serius menatap jalanan sehingga mobil yang dikendarainya pun berjalan lancar tanpa ada halangan. 

Dua puluh menit kemudian, Mike dan Sinta pun sampai di depan rumah yang bercat abu; rumah orang tuanya Sinta. Kemudian, kedua manusia itu langsung turun dari mobil. Mike pun menghirup napas panjang lalu mengeluarkannya secara perlahan-lahan. Mike pun mencoba untuk tenang kalau ketika nanti bertemu dengan ayahnya Sinta yang mempunyai awak besar. 

"Ayo masuk, Yang!" ajak Sinta sambil memegang tangan kanan Mike. 

"Bentar, di dalam rumah, ada siapa saja?" tanya Mike yang ingin memastikan bahwa di dalam rumah itu ada orangnya, biar tak menciptakan fitnah untuk ke depannya. 

"Ada orang tuaku, dong!" 

"Kalau begitu, ayo kita masuk, ya." 

"Siap, Bos." Lagi-lagi Sinta menjawab dengan perkataan itu lalu tertawa kecil. 

Sampai di dalam rumah, Mike melihat ayahnya Sinta yang sedang duduk menonton sepak bola di depan televisi. Kemudian, Mike pun langsung mendekati dan salam dengan penuh kehangatan. 

Dalam kehangatan malam, bahwa kehidupan itu sulit untuk ditebak. Oleh karena itu, Mike pun merasakan bahwa kehidupan dulu dan sekarang sungguh berbeda. Bahkan, hal semacam itu sudah seperti air yang bisa saja berbeda-beda, yang mana ada air kopi, air susu, dan air bening. Maka, kehidupan pun bisa saja seperti gambaran yang ditampilkan oleh air tersebut. 

Sewaktu di dekat ayahnya Sinta, Mike langsung dipersilakan untuk duduk di kursi yang berada di depan televisi. Kemudian, tanpa ba-bi-bu lagi ayahnya Sinta bertanya, "Udah dari mana dengan Sinta?" 

"Udah dari resto, Pak," jawab Mike dengan nada yang terdengar sopan. 

"Oh, gitu, ya?"

"Iya, Pak. Terus langsung ke sini." Mike pun menginformasikan bahwa tidak ke mana-mana lagi setelah dari resto itu. 

Sinta pun yang sedari Mike mendekati ayahnya itu, ia langsung masuk ke dalam kamarnya. Mungkin saja, mau bersih-bersih ataupun lainnya. Namun, Mike pun masih saja merasa kaku kalau sedang berdua dengan ayahnya Sinta. Ya, mau memulai obrolan pun takut salah.


....

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca