Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Bagaimana Efek Keterlibatan Pembaca dan Audiens untuk Penulisan Skenario? Simak Jawabannya di Sini!

Bagaimana Efek Keterlibatan Pembaca dan Audiens untuk Penulisan Skenario? Simak Jawabannya di Sini!
Ilustrasi | Pexels.com/Ron Lach

Penulis naskah atau skenario bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk dari kreatif menulis. Kemudian, hal semacam itu pun ada perbedaanya dengan menulis fiksi maupun nonfiksi, sebab menulis naskah itu harus bisa membangun cerita yang lebih kompleks. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa naskah atau skenario adalah rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan demi adegan yang tertulis secara terperinci. 

Namun, dalam hal penulisan naskah, apakah pembaca serta audiens bisa sangat memengaruhi untuk keberlangsungan cerita itu bisa berhasil? 

Menurut Ruth Atkinson, Editor Cerita & Konsultan Naskah, menuliskan bahwa skrip adalah untuk pembaca, lalu sebuah film adalah untuk penonton. 

Kemudian, dalam hal semacam itu pun sudah tampak jelas, bukan? Bahkan, bisa dimengerti bahwa kalau tak ada skrip maka tidak dapat memiliki film. 

Namun, bisa sebaliknya dari hal semacam itu bahwa keterlibatan penulis dengan skrip itu sangat berbeda dari keterlibatan penulis dengan film. 

Kenapa hal semacam itu terjadi? Bisa ditelaah lebih dalam lagi bahwa skenario adalah dokumen tertulis yang menceritakan kisah melalui rangkaian kata-kata. 



Hal semacam itu pun dilakukan sedemikian rupa sehingga pembaca memvisualisasikan film tersebut dalam mata batinnya. 

Harus bisa dipahami juga bahwa sebuah naskah adalah cetak biru untuk sebuah cerita yang akan diceritakan secara visual. Oleh karena itu, pada akhirnya pun semua itu adalah sebuah tulisan. 

Maka, keterlibatan pembaca dengan naskah pun bisa dikatakan sangat mirip dengan membaca sebuah novel. Namun, mungkin saja perbedaanya ialah sebuah film di sisi lain bersifat mendalam dan imersif. 

Menilik lebih dalam lagi bahwa sebuah film memiliki manfaat aktor, dunia visual, musik, dan efek khusus. Maka, elemen-elemen itu pun bisa membantu menceritakan kisah dengan cara yang tidak biasa oleh kata-kata. 

Jika, melihat kepada hal semacam itu maka bisa dipahami bahwa keterlibatan audiens pun jauh lebih fokus dan penuh. Kemudian, kalau seperti itu maka arti bagi penulis itu apa, sih? 

Menurut Ruth bahwa penulis itu harus berarti memilih kata-kata mereka dengan sangat hati-hati ketika memikirkan bagaimana tanggapan pembaca. 

Oleh karena itu, bisa diartikan lebih jelas lagi bahwa pertama-tama, penulis pun harus bisa melibatkan pembaca sepenuhnya dan menceritakan sebuah kisah yang akan membuat mereka terpikat ke halaman terakhir. 

Menurut laman Scriptmag, inilah caranya yang bisa dilakukan oleh penulis untuk hal semacam itu, yakni sebagai berikut: 

  • Segera rebut pembaca dengan cepat menggunakan cara masuk ke inti cerita. Oleh karena itu, penonton pun bisa terlihat dengan film sejak dimulai melalui musik, urutan pembuka, dan dunia visual cerita yang unik. 
  • Pikat pembaca secara emosional. Hal semacam ini bisa melibatkan sisi emosional di layar ketika pertama kali melihatnya. Kemudian, cara semacam ini pun bisa dengan menetapkan tujuan yang jelas, misalnya, protagonis dan kebutuhan yang mendasar mereka. 
  • Bangun dunia cerita dengan jelas. Sudah bisa diketahui bahwa dalam sebuah film maka keunikan dunia cerita disampaikan dalam setiap bingkainya. Kemudian, hal ini dikomunikasikan melalui kostum, desain set, dan musik. 
  • Gunakan dialog eksplisit, seperti eksposisi dengan bijaksana. Hal ini bisa di layar, latar belakang karakter, dunia batin, konflik, dan hubungan dapat dikomunikasikan dengan berbagai cara, terutama melalui penampilan. Maka dari itu, informasi subtekstual ini pun harus dibuat dengan jelas di halaman agar tidak terlewatkan. 
  • Membangun hubungan visual antara karakter melalui tindakan mereka, misalnya, jika menulis karya romansa maka harus melibatkan lawan fisik, sebab hubungan tersebut akan muncul di depan dan di tengah layar. 
  • Menyampaikan urutan tindakan secara ringkas. Kemudian, urutan semacam ini pun adalah tindakan di halaman yang jarang sesuai dengan versi layarnya. Bahkan, hampir tidak mungkin untuk menyampaikan kegembiraan dan tontonan rangkaian aksi yang dipicu adrenalin tanpa memanfaatkan aksi, efek khusus dan visual, efek suara, musik, dan pertunjukan. 

Maka dari itu, bisa ditarik kesimpulannya bahwa ada hal lain yang perlu dipikirkan di sini, yakni pembaca/eksekutif sedang membaca skenario untuk pekerjaan. 



Kemudian, tidak hanya itu saja! Akan tetapi, mereka pun tidak hanya memiliki setumpuk skrip untuk dibaca, email untuk dijawab, dan panggilan untuk dijawab.

Namun, mereka pun mengevaluasi karya tersebut dengan sangat spesifik. Kemudian, semacam ini pun bisa berarti pembaca dan audiens datang pada materi dari perspektif yang sama sekali berbeda dan terlihat dengan cara yang sangat berbeda. 

Oleh karena itu, jika naskah ingin berhasil dan berakhir menjadi film. Maka, hal semacam itu pun harus bisa melibatkan para pembaca sepenuhnya.(*)

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN