Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Apakah Benar Tempe Sudah Ada Sejak Abad ke-16? Simak Sejarah dan Khasiatnya!

Apakah Benar Tempe Sudah Ada Sejak Abad ke-16? Simak Sejarah dan Khasiatnya!
Foto: Tempe | Instagram @lusiaa_w

TEMPE. Tempe menjadi salah satu makanan yang mudah ditemui di pasaran. Kemudian, cita rasa tempe pun sangat nikmat dan bisa dijadikan lauk untuk makan bersama nasi hangat. Kemudian, tempe itu lahir atau dikenal sejak kapan, sih? 

Menilik ke belakang lagi bahwa ada ketidakjelasan kapan pembuatan tempe ini dimulai. Namun, makanan tradisional ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. 

Melansir dari laman Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih bahwa pada abad ke-16 telah ditemukan kata tempe, misalnya, dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. 

Kemudian, dalam catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa. 

Kata "tempe" pun diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno, sebab pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Nah, tempe segar pun berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. 

Tidak hanya itu saja! Namun, terdapat juga rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah Kamus bahasa Jawa-Belanda. 

Sumber lain pun mengatakan bahwa pembuatan tempe berawal dari era Tanam Paksa di Jawa. Kemudian, pada saat itu masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi, dan kedelai sebagai sumber pangan. 



Menilik lebih dalam lagi bahwa ada juga pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. 

Hal semacam itu berlanjut kepada teknik pembuatan tempe yang menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air. 

Seperti yang dituliskan oleh laman Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih bahwa tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda. 

Bahkan pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda) melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang Tempe. Kemudian, perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia. 


Apa saja khasiat dan kandungan gizi tempe? 


Harus bisa diketahui bahwa tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain).

Tidak hanya itu saja! Namun, tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung hipertensi, dan lain-lain. 

Adapun komposisi gizi tempe, baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan kedelai. 

Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh jika dibandingkan dengan yang terdapat dalam kedelai. 

Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia) sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur. 

Maka dari itu, jika dibandingkan dengan kedelai, tempe sendiri pun mendapatkan beberapa keuntungan. Kemudian, secara kimiawi hal semacam ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya. 



Melansir dari laman Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih bahwa ada beberapa penelitian pun menunjukkan zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. 

Hal semacam ini pun telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Oleh karena itu, dengan pemberian tempe maka pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk pun akan meningkat. 

Kemudian, diare pun menjadi sembuh dalam waktu yang singkat. Tidak hanya itu saja! Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). 

Menyelisik lebih dalam lagi bahwa mutu gizi tempe yang tinggi pun memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian.

Kemudian, hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. 

Oleh karena itu, sepotong tempe goreng (50 gram) pun sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 gram nasi. Kemudian, bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3 sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.(*)

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN