Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Wanita yang Menangis di Taman Kota

Wanita yang Menangis di Taman Kota


Ada seorang wanita di taman kota yang duduk termenung terus hingga terlihat gusar dan wajahnya dipenuhi air mata. Saya memandangnya begitu cermat dengan hati yang terbuka. Bahkan, air mata wanita itu terus mengucur hingga menciptakan danau di wajahnya. Saya bingung dalam momen itu karena sangat bingung harus melakukan apa untuk bisa menenangkan wanita itu.

Saya terdiam di depan wanita itu, sedangkan kedua mata ini masih saja mengeja setiap gerak yang dilihatnya. Kemudian, wanita itu malah menangis lebih kencang hingga banyak orang yang melihatnya. Saya pun mengerutkan kening karena orang-orang itu malah menuduh yang tidak-tidak kepada diri ini. 

"Ini kenapa menangis?" tanya orang yang berbadan gendut, "ini ulah, kamu?" tambahnya bertanya lagi dengan nada keras.

Saya menggeleng-gelengkan kepala tanda tak mengerti dengan pertanyaan itu karena sangat sulit untuk diterima. 

"Kenapa diam saja, kamu?" tanya orang yang berkulit cokelat dengan kedua matanya melotot tajam. 

Orang-orang itu malah menuduh saya yang tidak-tidak. Saya pun semakin mengerutkan kening lalu mengharapkan bahwa wanita itu bisa berbicara dengan jujur.



Hal semacam itu selalu menjadi sebuah peristiwa yang tiba-tiba menyerang diri ini. Saya terdiam. Saya mengharapkan sebuah arti yang sesungguhnya kenapa wanita di taman kota itu menangis. Bahkan, tangisan itu seperti menggambarkan penuh rasa kesakitan. Namun, entahlah! Saya belum bisa memastikan kenapa wanita itu menangis.

"Kenapa wanita ini menangis?!" tanya orang berambut ikal lagi dengan menekan. 

"Hmmm." Saya pun menghela napas lalu mencoba untuk agak menjauh dari wanita itu.

Kemudian, orang-orang yang berada di sekitaran itu malah pada menatap saya dengan tatapan terlihat tajam. Bahkan, kedua mata mereka pun terlihat ingin meloncat-loncat untuk menampar saya.

Setelah tiga puluh menit kemudian, wanita taman kota itu mulai membuka suara walaupun terdengar sangat pelan. Namun, suara-suara itu berhasil membuat orang-orang tak memperhatikan saya lagi. Saya pun langsung mengelus dada dan hati pun mulai terasa lega karena tak lagi dituduh dengan hal yang tidak-tidak.

Saya menahan semua rasa yang sedang bergelayut manja di dalam hati ini. Bahkan, saya pun sangat sulit untuk memahami wanita yang menangis itu. Kemudian, jiwa ini mendadak seperti terganjal dan sulit untuk melangkah dalam kegelapan di langit yang berwarna hitam. 

Dalam suasana yang masih dikerubungi oleh banyak orang, wanita berambut hitam itu sedikit demi sedikit mulai bersuara. Mulai menceritakan kehidupannya. Mulai mendeskripsikan hal yang membuatnya menangis. Sampai, orang-orang itu terdiam lalu menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

Sejam kemudian, saya benar-benar seperti mendapatkan durian runtuh yang tidak disangka karena orang-orang itu tak memandang lagi diri ini dengan tatapan penuh kecurigaan. Saya pun merasa lega. Bahkan, saya pun mencoba mendekati lagi wanita yang menangis itu lalu bertanya, "Kenapa menangis?" 

Wanita itu melirik saya lalu tidak lama kemudian menundukkan kepala yang mungkin saja malu ataupun lainnya. Dalam momen itu, saya hanya menggeleng-gelengkan kepala, sedangkan orang berbaju merah yang berada di sekitaran malah melayangkan pertanyaan, "Iya, kamu kenapa menangis di sini? Ada apa denganmu?"



"Entahlah!" Wanita itu hanya mengeluarkan satu kata saja. 

"Apakah dikecewakan oleh lelaki?" Saya pun bertanya lagi tanpa ragu. 

Wanita itu hanya menggeleng-gelengkan kepala yang mungkin saja tanda tidak.

Saya pun menjadi bingung untuk menafsirkan kenapa wanita yang duduk di taman kota itu menangis. Bahkan, ketika ditanya, jawaban wanita itu hanya menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian, saya lirik orang-orang yang ada di situ dan sama saja wajah mereka pun seperti menampilkan kebingungan terkait wanita menangis itu.

Apa mungkin hal semacam itu adalah problem yang sulit untuk diceritakan? Apa mungkin semua itu hanya bisa dirasakan saja? Mungkin saja, jawabannya bisa iya ataupun tidak. Namun, saya sendiri masih sulit untuk menafsirkan setiap air mata yang membasahi wajah cantiknya itu.

Dua puluh menit kemudian, orang-orang mulai meninggalkan taman kota, sedangkan saya masih saja duduk di dekat wanita itu. Entahlah! Rasa apa yang sedang berkecamuk dalam hati ini! Namun, saya pun merasa tak tega jikalau meninggalkan seorang wanita malam-malam duduk sendirian di taman kota sambil menangis. 

Kemudian, saya memutuskan untuk menunggunya. Bahkan, menemaninya di taman kota dengan sabar agar wanita yang menangis itu bisa terbuka untuk menceritakan semua permasalahannya kepada saya.(*)


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca