Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Seperti Lelaki Tuna Asmara

Seperti Lelaki Tuna Asmara


"Di antara sayang dan cinta, manakah yang akan kamu pilih?" tanya Samuel yang berada di dekat ini. 

Saya terdiam dan berpikir bahwa pertanyaan apa itu? Bahkan, seharusnya pertanyaan semacam itu tak pernah keluar dari seseorang manusia yang berakal. Kemudian, saya pun menggeleng-gelengkan kepala terkait pertanyaan semacam itu.

Mana mungkin antara sayang dan cinta itu takbisa menyatu? Bahkan, hal yang paling remeh pun akan menimbulkan kecintaan sehingga bisa menjadi bibit kesayangan. Saya masih merenung dan belum menjawab pertanyaan yang Samuel lemparkan itu. 

Kemudian, malam semakin merangkak naik saja, sedangkan Samuel masih terlihat menunggu sambil mengisap rokok yang menempel pada kedua jari tangannya. Saya pun berdiri dan mencoba agak menjauh dari Samuel, tapi lelaki itu malah kembali bertanya, "Mau ke mana kamu ini?"

Saya pun memalingkan muka lalu tersenyum dan menjawab, "Mau berdiri saja di sini!" 

Di antara malam yang udaranya menerobos celah-celah kemeja ini, saya benar-benar masih tak habis pikir dengan pertanyaan yang dilemparkan oleh Samuel itu. Saya mengerutkan dahi lalu dada ini semakin naik turun saja, sedangkan pikiran ini pun melayang-melayang ke mana-mana. 



"Jadi, apa jawabanmu terkait pertanyaan tadi?" tanya Samuel lagi yang sudah percis berada di belakang saya. 

"Entahlah! Kamu, takada kerjaaan saja, pertanyaan macem gitu ditanyakan," jawab saya agak sinis.

"Pernahkah kamu merasakan kedua hal itu?" Samuel pun malah bertanya kembali. 

Saya langsung menatap wajahnya sambil menggeleng-gelengkan kepala lagi tanda takmengerti kenapa pertanyaan semacam itu ditanyakan kembali. Pertanyaan yang tak berbobot, hati saya pun berkata seperti itu. Kemudian, saya pun mengayunkan kaki kembali untuk duduk di kursi beranda rumah.

Dalam momen seperti itu, Samuel terlihat kecewa. Bahkan, lelaki yang umurnya sekitaran 21 tahun itu mengerutkan kening seperti orang yang bingung. Saya pun hanya bisa memandangnya sambil berpikir, apakah lelaki ini sedang mencari jati diri?

Di beranda rumah, saya duduk bersandar pada kursi sambil sesekali memeremkan mata dan mencoba menafsirkan dalam hati pertanyaan yang dilemparkan oleh Samuel itu. Kemudian, saya menafsirkan bahwa cinta dan kesayangan itu akan menjadi sesuatu keindahan yang nyata kalau kedua itu bisa disatukan. Sebab, kedua itu pun datang dan bisa timbul dari hati yang tulus tanpa paksaan seorang pun.

"Jadi, gimana jawabannya?" 

Deg! 

Saya pun terperanjat kaget karena tak merasa bahwa Samuel sudah berada di dekat ini.

"Untuk mendapatkan jawaban tentang pertanyaan itu ada pada dirimu sendiri," jawab saya santai sambil menunjuk dada Samuel. 

"Maksudnya gimana?" tanya Samuel terlihat penasaran. 



"Kamu, harus mengerti dulu arti cinta. Apakah kamu sudah pernah mencintai atau dicintai?" 

"Aku belum pernah mencintai maupun dicintai," kata Samuel tampak jujur. 

"Nah, makanya kamu harus mengenal itu dulu jadi nantinya bisa mendapatkan jawaban pertanyaan itu dari dirimu sendiri," ucap saya lalu Samuel pun terlihat membenarkan posisi duduknya.

"Seperti itu, ya?" 

Saya pun menganggukkan kepala lalu Samuel tak mengeluarkan kata lagi sedikit pun. Kemudian, Samuel pun terlihat sedang memikirkan kata-kata yang tadi saya ucapkan itu. Bahkan, tangan kanan lelaki itu pun malah mengetuk-ngetuk kepala seperti orang yang sedang berpikir berat. 

Beberapa menit kemudian, suasana di beranda rumah pun terasa sunyi; takada suara; takada keramaian. Bahkan, saya dan Samuel pun saling berdiam diri di waktu malam yang semakin merangkak saja. Saya pun merenungkan kembali bahwa cinta dan sayang itu bisa dihasilkan dengan pasangan yang setulus hati. Namun, Samuel malah terlihat belum bisa menafsirkan kedua hal itu dan mungkin saja lelaki ini adalah lelaki tuna asmara.(*)


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN