Postingan Terbaru
Seperti Lelaki Tuna Asmara
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Di antara sayang dan cinta, manakah yang akan kamu pilih?" tanya Samuel yang berada di dekat ini.
Saya terdiam dan berpikir bahwa pertanyaan apa itu? Bahkan, seharusnya pertanyaan semacam itu tak pernah keluar dari seseorang manusia yang berakal. Kemudian, saya pun menggeleng-gelengkan kepala terkait pertanyaan semacam itu.
Mana mungkin antara sayang dan cinta itu takbisa menyatu? Bahkan, hal yang paling remeh pun akan menimbulkan kecintaan sehingga bisa menjadi bibit kesayangan. Saya masih merenung dan belum menjawab pertanyaan yang Samuel lemparkan itu.
Kemudian, malam semakin merangkak naik saja, sedangkan Samuel masih terlihat menunggu sambil mengisap rokok yang menempel pada kedua jari tangannya. Saya pun berdiri dan mencoba agak menjauh dari Samuel, tapi lelaki itu malah kembali bertanya, "Mau ke mana kamu ini?"
Saya pun memalingkan muka lalu tersenyum dan menjawab, "Mau berdiri saja di sini!"
Di antara malam yang udaranya menerobos celah-celah kemeja ini, saya benar-benar masih tak habis pikir dengan pertanyaan yang dilemparkan oleh Samuel itu. Saya mengerutkan dahi lalu dada ini semakin naik turun saja, sedangkan pikiran ini pun melayang-melayang ke mana-mana.
- Baca Juga: Si Cantik Bermata Emas
"Jadi, apa jawabanmu terkait pertanyaan tadi?" tanya Samuel lagi yang sudah percis berada di belakang saya.
"Entahlah! Kamu, takada kerjaaan saja, pertanyaan macem gitu ditanyakan," jawab saya agak sinis.
"Pernahkah kamu merasakan kedua hal itu?" Samuel pun malah bertanya kembali.
Saya langsung menatap wajahnya sambil menggeleng-gelengkan kepala lagi tanda takmengerti kenapa pertanyaan semacam itu ditanyakan kembali. Pertanyaan yang tak berbobot, hati saya pun berkata seperti itu. Kemudian, saya pun mengayunkan kaki kembali untuk duduk di kursi beranda rumah.
Dalam momen seperti itu, Samuel terlihat kecewa. Bahkan, lelaki yang umurnya sekitaran 21 tahun itu mengerutkan kening seperti orang yang bingung. Saya pun hanya bisa memandangnya sambil berpikir, apakah lelaki ini sedang mencari jati diri?
Di beranda rumah, saya duduk bersandar pada kursi sambil sesekali memeremkan mata dan mencoba menafsirkan dalam hati pertanyaan yang dilemparkan oleh Samuel itu. Kemudian, saya menafsirkan bahwa cinta dan kesayangan itu akan menjadi sesuatu keindahan yang nyata kalau kedua itu bisa disatukan. Sebab, kedua itu pun datang dan bisa timbul dari hati yang tulus tanpa paksaan seorang pun.
"Jadi, gimana jawabannya?"
Deg!
Saya pun terperanjat kaget karena tak merasa bahwa Samuel sudah berada di dekat ini.
"Untuk mendapatkan jawaban tentang pertanyaan itu ada pada dirimu sendiri," jawab saya santai sambil menunjuk dada Samuel.
"Maksudnya gimana?" tanya Samuel terlihat penasaran.
- Baca Juga: Ranting-Ranting yang Patah
"Kamu, harus mengerti dulu arti cinta. Apakah kamu sudah pernah mencintai atau dicintai?"
"Aku belum pernah mencintai maupun dicintai," kata Samuel tampak jujur.
"Nah, makanya kamu harus mengenal itu dulu jadi nantinya bisa mendapatkan jawaban pertanyaan itu dari dirimu sendiri," ucap saya lalu Samuel pun terlihat membenarkan posisi duduknya.
"Seperti itu, ya?"
Saya pun menganggukkan kepala lalu Samuel tak mengeluarkan kata lagi sedikit pun. Kemudian, Samuel pun terlihat sedang memikirkan kata-kata yang tadi saya ucapkan itu. Bahkan, tangan kanan lelaki itu pun malah mengetuk-ngetuk kepala seperti orang yang sedang berpikir berat.
Beberapa menit kemudian, suasana di beranda rumah pun terasa sunyi; takada suara; takada keramaian. Bahkan, saya dan Samuel pun saling berdiam diri di waktu malam yang semakin merangkak saja. Saya pun merenungkan kembali bahwa cinta dan sayang itu bisa dihasilkan dengan pasangan yang setulus hati. Namun, Samuel malah terlihat belum bisa menafsirkan kedua hal itu dan mungkin saja lelaki ini adalah lelaki tuna asmara.(*)
2023
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar