Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Berselimut Kata-Kata

Berselimut Kata-Kata


Malam ini, benar-benar diselimuti kata-kata yang tampak rapi menutupi seluruh tubuh. Saya pun nyaman menikmati semua ini karena seperti pangeran yang diistimewakan. Kata-kata itu sedikit demi sedikit masuk ke dalam kerongkongan lalu mengalir ke dalam hati ini. Saya pun terdiam ketika menikmati momen yang langka itu.

Mungkin, banyak orang yang pernah menjadi seperti pangeran! Namun, mungkin saja orang-orang itu tak pernah merasakan betapa indahnya kalau kata-kata bisa berdiam diri di dalam hati. Saya memeremkan mata ketika kata-kata itu masuk lalu menarik napas yang panjang sambil mengepalkan tangan. 

Uh, pelan-pelan saja, kata saya pelan lalu kata-kata itu mulai mengatur tempo dan satu per satu berhasil masuk ke dalam hati. Uh, kosong banget, kata-kata itu malah berbicara dan saya pun merasakan perkataan itu menerobos pikiran. 

Kemudian, pikiran ini malah melayang-layang yang entah mau mencari apa. Dalam keheningan itu, kata-kata menjadi sebuah kehangatan yang nyata untuk jiwa ini. Saya pun tenggelam dan merasa nyaman karena tak seperti biasanya kata-kata yang menyerang ini malah menjadi hangat.



Berselimut kata-kata di bawah langit yang berwarna hitam lalu berhasil masuk semuanya ke dalam hati. Kemudian, kata-kata itu berhasil mengisi semua isi ruang hati ini dengan penuh. Saya merasa sesak. Saya pun merasakan sesak oleh kata-kata yang manis bak pangeran.

Apakah seperti ini yang dinamakan cinta? Pikiran ini malah bertanya-tanya hingga saya berbaring di ranjang yang terbuat dari kayu jati. Kemudian, saya pun menggeleng-gelengkan kepala dan sangat sulit untuk mendeskripsikan kata-kata yang mengisi hati ini.

Kami menyukai hatimu! Teriak kata-kata itu yang mengisi dalam hati ini. Kemudian, saya hanya bisa terdiam karena kata-kata itu mengalir hingga menendang-nendang pikiran ini. Saya malah menjadi ruwet memikirkan, apakah kata-kata menyelimuti jiwa ini sebuah tanda bahwa hati ini harus ada yang mengisi? Entahlah!



Kata-kata itu jika diibaratkan air maka air itu seperti sedang mengisi gelas kosong. Kemudian, air itu seperti mau tumpah karena gelas kosong pun berhasil terisi penuh. Saya pun benar-benar mengerutkan dahi, sedangkan tubuh ini masih berbaring dengan mendengarkan kata-kata itu yang saling berbisik-bisik tentang kekosongan hati ini.

Saya merasa tersentuh karena berselimut kata-kata ini malah menjadi cinta yang mulai muncul kembali. Kemudian, entahlah! Saya pun kurang mengerti, kenapa kata-kata ini malah semakin mengalir ke dalam pikiran? Sampai, saya pun takbisa apa-apa karena kata-kata yang menyelimuti tubuh ini punya maksud dan tujuannya sendiri. Saya memegang kepala. Saya pun hanya bisa menerima saja setiap gebrakan kata-kata yang meyuruh pikiran ini sudah saatnya untuk memikirkan seorang wanita.(*)


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN