Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Senja dan Rasa Kantuk yang Menyerang

Senja dan Rasa Kantuk yang Menyerang
Ilustrasi | Pexels.com/Quintin Gellar


Mataku sudah terasa tak kuat lagi dalam menjalankan aktivitas yang padat ini, sedangkan pekerjaan yang menumpuk di meja pun masih belum tersentuh. Aku terasa lemah di kala senja mulai nampak ke permukaan. Bahkan, aku sangat sulit mendeskripsikan hal-hal yang tergambar dari hati ini.

"Senja terlihat berbeda di hari ini," kataku di ruang kerja yang berukuran tiga kali empat meter ini.

Sontak saja, kata-kataku itu seperti terdengar oleh Alika yang sedang duduk di kursi depanku. Bahkan, wanita yang berkerudung putih itu tersenyum lalu bertanya, "Emang, kenapa kalau berbeda?"

"Tak apa-apa, lah," jawabku lalu tersenyum juga. 

Namun setelah itu, mataku semakin terasa tak kuat saja dan ingin segera untuk istirahat. Alika pun melihatku dengan tatapan yang seperti penasaran, sedangkan aku mulai terkantuk-kantuk hingga wanita itu malah mentertawakanku dengan jelas.

Sungguh, rasa kantuk ini seperti mulai menjalar dan sulit untuk bisa ditahan lagi. Detik demi detik, kantuk ini mulai nyaman dan sulit terlepas dari kehidupanku. Hmmm, aku harus istirahat dulu sepertinya, pikirku di kala senja masih terlihat berbeda di hari ini.



"Terus?" tanya Alika begitu saja. 

"Terus apanya?" Aku pun balik tanya. 

"Tadi, kan kamu berkata tak apa-apa. Makanya, aku tanya, terus kalau tak apa-apa itu bagaimana?" 

"Iya, nggak gimana-gimana, dong!"

Dalam pikiran yang melayang-melayang bahwa kehidupanku tak sama seperti robot. Bahkan, jauh dari kata sempurna! Jikalau, robot itu terlihat kuat kalau sedang bekerja maka hal itu pun malah kebalikannya dariku. 

"Pernahkah kau, melihat senja yang cantik?" tanya Alika lagi yang sudah berada tepat di sampingku. 

"Pernah," jawabku singkat. 

"Di mana?" 

"Di antara ruang-ruang sunyi yang sedang merasuki kalbu," jawabku dengan nada pelan. 

"Apa?" 

"Ya, seperti itulah."

Perbedaan yang jelas terpampang di permukaan sana, aku pun mulai menghitung seberapa banyak waktu yang dikeluarkan untuk melihat senja itu. Kemudian, kedua mata ini mulai menyapu setiap inci yang ada di depannya. Bahkan, pikiranku mulai berpikir bahwa senja itu mungkin menggambarkan lelaki yang sedang bersedih ataupun lainnya. Entahlah!

Namun dari balik itu, rasa kantukku mulai sulit untuk bisa ditahan lagi. Kemudian, kumulai mengedip-ngedipkan mata untuk menahan kantuk; kumulai berjalan ke sana-kemari seperti setrikaan untuk menahan rasa kantuk. Bahkan, Alika yang berada di dekatku pun terlihat merasa aneh dengan kelakuanku ini.



Senja dan kantuk itu sepertinya tak sinkron dengan kehidupan ini karena keduanya tak begitu indah untukku. Aku merasa kacau. Bahkan, wajahku pun sudah tak beraturan dan ingin sekali memindahkan mata ke mulut dan mulut ke hidung lalu hidung ke mata agar semakin lengkap perbedaan ini. Namun, entahlah!

"Bagaimana, masih mengantuk, ya?" tanya Alika yang terlihat polos. 

"Hmmm." 

Alika pun tertawa dan sedikit meledek dengan perkataan bahwa aku ini sering begadang makanya rasa kantuk itu menyerangku. Kemudian, aku pun mengerutkan kening lalu memutar tubuh tepat mengarah kepada Alika, sedangkan wanita itu tampak menunduk lalu terlihat ketakutan. 

"Hmmm." 

Aku pun langsung memalingkan tubuh kembali lalu kedua mata ini tepat melihat senja yang mulai tenggelam dari permukaan. Aku pun sedikit berharap dan bahagia karena senja mulai sedikit demi sedikit akan menghilang dari permukaan. Kemudian, harapan itu pun masih saja berbeda dengan rasa kantuk yang selagi menyerang jiwaku ini. Rasa kantuk malah menjadi sebuah perbedaan yang nyata bahwa aku pun harus segera istirahat agar bisa menyelesaikan serangan dari semua itu.(*)


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca