Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Matahari yang Mengisi dalam Kepala

Matahari yang Mengisi dalam Kepala
Ilustrasi | Pexels.com/Chunry

Telah lama, matahari itu masuk ke dalam kepala Dika sampai lelaki yang berusia 27 tahun itu sering mengeluh. Namun, ada hal lain juga yang bisa ditangkap bahwa matahari itu sangat berguna untuk memanaskan pikiran di kala sunyi dan sejuk sedang melanda. 

Dika termenung di sudut rumah sakit lalu kedua matanya menatap ke arah jam enam, sedangkan banyak orang juga yang berlalu-lalang. Bahkan, lelaki itu sampai menduga-duga setiap orang yang lewat di depannya itu sedang sakit A ataupun B ataupun lainnya.

Pergolakan batin yang semakin meningkat dirasakan oleh Dika sehingga matahari itu seperti membakar isi dalam kepalanya, panas. Kemudian, kedua tangan lelaki berbadan tegap itu memegang kepalanya dan sudah seperti tak kuat lagi untuk menahan semua rasanya. 

"Aaa ...!" teriak Dika, sontak saja orang-orang yang berada di dekatnya langsung melirik ke wajahnya.

Dika pun tak mengerti tentang semua ini sehingga matahari yang berada di langit itu malah masuk ke dalam kepalanya. Sungguh, ia tak memahami semua yang dialaminya. Bahkan sesekali, ia ingin bisa mengeluarkan matahari itu keluar dari dalam kepalanya, lalu membanjurnya pakai air agar senantiasa menciptakan kebakaran yang nyata.

"Kenapa tadi berteriak?" tanya Nike sambil tangan kanannya menepuk pundak Dika.

Dika mengerutkan kening, ia seperti orang yang linglung ketika mendapatkan pertanyaan itu. Kemudian, lelaki itu menggeleng-gelengkan kepala tanpa mengeluarkan sepatah kata pun kepada Nike.

"Kenapa tak mau cerita, ya?" tanya Nike yang wajahnya tampak penasaran. 

Lagi dan lagi, Dika menggeleng-gelengkan kepala tanpa menjawab sedikit pun.

"Okelah, kalau kamu tak mau cerita," ujar Nike dengan datarnya. 



Di dalam rumah sakit, Dika menahan apa yang sedang terjadi kepadanya. Bahkan, matahari yang berada di dalam kepalanya itu semakin memanas saja dan seperti sudah mulai membakar setiap saraf yang berada di dalamnya. 

Dika menunduk sambil memeremkan mata untuk menahan rasa sakit, sedangkan Nike hanya bisa memandang lelaki itu saja. Kemudian, banyak orang pun yang sesekali memperhatikan gerak-gerik Dika dan mungkin saja ada yang bertanya-tanya dalam hatinya, lelaki itu sedang sakit apa?

Problema-problema semacam itu pun terus menghantui Dika hingga akhirnya ia tampak tak berdaya duduk di kursi yang berada di rumah sakit. Nike pun ikutan terdiam lalu kedua matanya menyapu setiap inci yang berada di ruangan tunggu rumah sakit itu. 


***


"Gimana keadaanmu, sudah baikan?" tanya Nike kepada Dika yang sedang duduk di kursi tengah rumahnya.

"Hmmm." 

Kemudian, Nike mengerutkan kening dan mengusap dada karena terus-menerus saja Dika belum berani terbuka kepada dirinya. Bahkan, wanita yang berada di samping Dika itu pun terus mengerutkan kening lalu menggeleng-gelengkan kepala tanda tak mengerti. 

"Kenapa diam terus, sih?" tanya Nike kembali. 

Dika hanya melirik saja lalu menunduk. Lelaki itu sangat malas untuk berbicara panjang lebar, bahkan sekadar menjawab pertanyaan Nike pun tak bisa.

Matahari yang berada di dalam kepala Dika pun semakin hari, semakin panas saja. Bahkan, lelaki itu kadang bersikap di luar nalar; membanjur kepalanya dengan air yang berada di depannya. Sungguh, matahari itu benar-benar membuat Dika tenggelam oleh kepanasan yang melanda dalam kepalanya. 

Entahlah, lelaki berambut gondrong itu belum memahami betul tentang arti hidup jadi matahari pun semakin leluasa berada di dalamnya. Dalam pikiran lelaki itu mencoba membaca, tapi sangat sulit untuk mendeskripsikan semua kata-kata yang sedikit demi sedikit seperti mulai terbakar oleh panasnya matahari.

"Aku mengira kamu itu sedang tak baik-baik saja," ujar Nike mantap. 

"Hmmm."

Dika menatap ke depan, sedangkan Nike mulai meraba-raba hal apa yang sedang terjadi kepada sahabatnya itu hingga akhirnya sulit untuk berbicara. 


***


Wajah Dika pun memerah seperti matahari itu sudah benar-benar menyerang kepalanya. Bahkan, kedua matanya pun tampak berubah warna, ada merah di dalamnya. Kemudian, rambutnya pun mulai rontok seperti rumput-rumput kering yang sudah terbakar. 

"Ada apa denganmu? Kenapa bisa seperti ini?" Sontak saja Nike bertanya ketika baru pertama lagi bertemu Dika, setelah selama seminggu tak mendapatkan kabar dari lelaki itu. 

"Hmmm." 

Nike menggeleng-gelengkan kepala karena ia merasakan bahwa masih saja lelaki itu belum bisa mengeluarkan kata-kata untuk menjawab pertanyaannya.

Namun ketika itu, matahari yang berada di dalam kepala Dika semakin memanas saja hingga lelaki itu merasakan kepalanya serasa mau meledak. 

"Aaa ... aaa ...!" teriak Dika di depan Nike dengan kedua tangannya memegang kepala. 

Nike pun langsung bertanya kembali sambil meraba kepala Dika. Kemudian, wanita berhidung mancung itu langsung terkejut dan sedikit tak percaya bahwa kepala Dika sangat terasa panas di jari-jari mungilnya.

"Kita ke rumah sakit, ya?" tanya Nike yang sudah tak karuan melihat Dika, "kepalamu, panas banget," tambah ia terlihat mengkhawatirkan keadaan lelaki itu.

Akan tetapi, matahari yang berada di dalam kepala Dika itu sudah tak bisa diajak kompromi lagi. Sampai akhirnya, Dika pun menggedor-gedorkan kepalanya ke tembok untuk menghilangkan rasa panas. Namun semua itu, malah menciptakan kesuraman yang baru; kepalanya mulai terlihat benar-benar mau pecah.

"Cukup, Dik ...! Cukup, Dik ...!" teriak Nike untuk mencoba menghentikan Dika yang terus-menerus menggedor-gedorkan kepalanya ke tembok. 

Nike langsung memeluk lelaki itu lalu mencoba menenangkan sahabatnya dengan kata, "Sabar, Dik! Ada apa denganmu? Kenapa bisa seperti ini? Ayo cerita, dong!"

Lelaki itu meneteskan air mata hingga membasahi baju yang dipakai Nike. Kemudian, Nike pun kembali berujar, "Ayo cerita, dong!"

Di lain sisi, Nike pun menahan rasa panas dari kepala Dika yang menempel pada bahunya. Wanita berhidung mancung itu pun merasakan ada yang tak beres dengan Dika!

Selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba saja kepala Dika mengeluarkan cahaya kekuningan hingga akhirnya membuat Nike melepaskan pelukannya. Dika pun tersentak hingga menempel ke tembok dan kepalanya benar-benar mengeluarkan cahaya. Kemudian, mulut lelaki itu pun hanya bisa mengangah saja seperti angka nol.



Kejadian itu pun membuat Nike tersentak tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bahkan, ia sendiri mencubit pipi dan mengedip-ngedipkan matanya untuk sekadar memastikan apakah semua yang dilihatnya itu benar-benar sedang terjadi. 

"Apakah semua ini nyata?" tanya wanita itu pelan.

Kemudian, Nike menatap tajam setiap detik demi detik yang terjadi kepada Dika. Lelaki itu pun tampak lemah dan kadua kakinya tak bisa melawan, sedangkan cahaya yang keluar dari kepalanya semakin tak bisa diredam hingga akhirnya menyorot ke mana-mana.

"Ah, ini tak mungkin," kata Nike pelan ketika melihat rombongan kata-kata berlari-lari keluar dari kepala Dika.

Dika pun benar-benar tak bisa menahannya hingga akhirnya ia tergeletak begitu saja, sedangkan Nike masih memperhatikan kata-kata yang keluar itu. 

"Sungguh sulit dibayangkan semua ini terjadi," ujar Nike pelan lagi.

Dua puluh menit kemudian, Dika langsung tak sadarkan diri efek dari matahari yang benar-benar mengobrak-ngabrik kepalanya. Bahkan, semua kata-kata yang berada di pikirannya pun tunggang-langgang keluar dengan telanjang. 

Akan tetapi di balik sisi lain, Nike terus memperhatikan kata-kata itu yang mulai berkumpul lalu malah masuk satu per satu ke dalam sebuah buku tulis kosong. Entahlah, apa yang akan terjadi, pikir Nike yang sewaktu melihat kejadian itu.

Sepuluh menit kemudian, kata-kata itu berhasil masuk semuanya ke dalam buku tulis kosong. Nike yang melihat semua itu pun mengerutkan kening. Kemudian, batinnya pun bergejolak begitu penasaran dengan efek kata-kata yang masuk ke dalam buku tulis kosong itu akan mengakibatkan apa. 

Saking penasarannya, akhirnya Nike berjalan untuk mengambil buku tulis itu. Kemudian, ia membukanya dengan perlahan-lahan dan di situ pun hatinya tersentak, ketika rombongan kata yang keluar dari kepala Dika itu malah berkumpul menjadikan sebuah cerita pendek. 

"Apa? Semua ini benar?" tanya Nike seperti masih tak percaya bahwa hal yang tadi dilihatnya itu malah berkumpul menjadi cerita pendek.

Kemudian, Nike membaca sekilas cerita pendek yang dihasilkan dari kata-kata itu dengan judul Ratapan Lelaki di Ujung Hidupnya. Uh, judul yang membagongkan, pikir Nike sewaktu itu. Wanita yang berusia 25 tahun itu pun sangat tersentuh ketika membaca isi ceritanya yang kurang lebih menceritakan tentang kesedihan seorang lelaki di ujung hidupnya. Namun, ia sendiri pun masih belum bisa menafsirkan secara pasti isi dari cerita itu seperti apa karena baru dibaca sekilas saja.[]


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN