Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Malika dan Cinta yang Tak Berkelanjutan

Ilustrasi | Pexels.com


Pergolakan batin yang dialami oleh Malika terus-menerus meningkat sehingga ia merasa ada yang tak beres dengan kehidupannya. Malika termenung di sudut kamar yang seukuran empat kali empat meter, sedangkan cecak yang menempel di tembok itu malah terpantau serius menatapnya.

Malam yang kian beranjak, sedangkan udaranya berhasil menembus celah-celah jendela yang menempel di kamar Malika. Wanita itu kedinginan dan sesekali menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya yang saling beradu. Kemudian, tubuhnya sesekali bergetar dan mungkin saja semua itu efek menahan udara dingin yang menyerangnya. 

Malika menjadi seorang wanita tertutup semenjak kehilangan lelaki yang dicintainya. Entahlah, kenapa cinta bisa menghancurkan kehidupan? Namun, entahlah kenapa rasa cinta itu malah menjadikan kesuraman yang terus melanda wanita berhidung mancung dan berambut sebahu itu?

"Neng ... Neng ... Neng ...!" panggil ibunya di belakang pintu kamar Malika yang terkunci itu.

Malika tak mengeluarkan sepatah kata pun dan hanya berpindah tempat untuk duduk di ranjang kamarnya. 

"Neng, buka, dong! Ayo makan!" ajak ibunya sambil mengetuk-ngetuk pintu yang belum terbuka itu. 

Wanita yang berusia 21 tahun itu malah mengeluarkan air mata dan mungkin saja ada rasa sakit yang terus-menerus menyerang jiwanya. Kemudian, air mata itu menetes membasahi bantal yang ia peluknya.

"Neng, ayo makan, dong! Dari kemarin-kemarin, susah makan mulu ...," Ibunya terus-menerus membujuk Malika agar bisa keluar dari kamar dan senantiasa untuk bisa makan bersama di malam hari.

Malika sepertinya masih nyaman dengan kedua mata yang masih mengeluarkan air sampai cecak yang sedari tadi memantaunya pun mulai terlihat menjauh dan tak ingin menggangunya. Malika terisak dengan kenangan yang pernah terlukiskan bersama cintanya. Malika sangat sulit untuk menerima hal-hal yang menyerang jiwanya di saat ini. 


***


Malika terduduk di taman kota yang bunga-bunganya mulai bermekaran dengan tangan kanan memegang sebuah buku. Kemudian, ia memandangi sekitaran taman di kala mengisi waktu menunggu kekasihnya itu. Azka, kekasih Malika selalu telat kalau berjanjian untuk bertemu di taman kota favoritnya itu. Namun, wanita yang berwajah cantik itu masih setia untuk selalu menunggu walaupun Azka suka tak menepati waktu. 



Cinta yang mungkin membuat Malika seperti orang bodoh sehingga ia tak pernah berpikir atau berprasangka kepada kekasihnya itu. Bahkan, wanita yang suka membaca buku itu pun sering memaafkan Azka jikalau kekasihnya itu mempunyai kesalahan di luar nalar. 

Sekitar 35 menit Malika menunggu, akhirnya batang hidung Azka pun terlihat dan langsung saja lelaki itu lagi dan lagi mengeluarkan kata maaf. Malika pun hanya tersenyum dan tak mengeluarkan sepatah kata pun, sedangkan Azka langsung duduk saja di sampingnya. 

Malika mengerutkan dahi lalu bertanya, "Aku nunggu lama loh di sini. Kamu, dari mana saja?"

"Aku baru pulang kerja dan langsung ke sini, loh," jawab Azka dengan santainya. 

Mendengar jawaban seperti itu, Malika pun langsung melihat jam tangan yang dipakainya lalu bertanya, "Jam lima sore baru keluar kantor?" 

"Iya, Sayang. Tadi, banyak kerjaan yang harus aku kerjakan," jawab Azka lagi.

"Tak bohong, kan?" 

"Masa sih bohong sama yang tersayang dan tercintaku ini," ucap Azka sambil mencolek wajah Malika yang ada di sampingnya itu.


***


Momen di taman kota menjadikan momen yang paling dikenang oleh Malika karena di sanalah saksi cinta mereka terukir dengan jelas. Bahkan, Azka yang menurut orang-orang adalah lelaki pemalu dan sangat dingin itu berhasil mengungkapkan cintanya di taman kota.

Sewaktu itu pun Malika sangat bahagia karena cinta pertama yang ia rasakan berhasil mendarat ke dalam hati Azka. Namun, hal semacam itu malah tak disangka-sangka karena cinta yang tulus dari Malika itu malah dibalas dengan penyesakkan. 



Saking berjalannya waktu, taman kota menjadi sebuah saksi bahwa lelaki yang dicintai Malika itu mendaratkan perkataan yang menyakitkan. Malika agak sedikit tak percaya karena mana mungkin cinta yang tulusnya itu malah dibalas dengan kesakitan. Malika bertanya, "Apakah benar yang kamu katakan itu?" 

Sebelumnya Azka bercerita panjang lebar tentang perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya, ia berkata bahwa semua hal itu sangat sulit untuk ditolak. Bahkan, lelaki berusia 24 tahun itu terlihat menahan air matanya ketika menceritakan perjodohannya kepada Malika.

"Sayang, aku dijodohkan oleh orang tuaku," kata Azka dengan nada pelan. 

Sewaktu itu pun Malika langsung menatap tajam kekasihnya lalu mengerutkan dahi. 

"Aku tak mampu untuk menolak perjodohan itu. Aku sangat sulit untuk keluar dari perjodohan itu. Aku ...," katanya kembali. 

"Terus?" tanya Malika dengan wajah yang mulai terlihat suram. 

"Kita akhiri saja hubungan ini, ya? Tapi, tolong jangan pernah marah kepadaku, tolong jangan benci kepadaku, dan tolong jangan ...," kata Azka dengan nada yang sudah tak beraturan.

Deg! 

Malika pun tak bisa menerima perkataan yang keluar langsung dari kekasihnya itu, ia menunduk dan kedua tangannya menutupi wajah. Kemudian, Azka pun terdiam sejenak dengan kedua tangannya yang memegang kepala dan sesekali melihat ke arah Malika dengan tatapan penuh kesalahan.

Malika menangis dan hidupnya terasa hancur karena ada benarnya menurut orang-orang bahwa cinta itu kadang bisa menyakitkan hati. Wanita itu tak berdaya dan sulit untuk mengeluarkan kata apa lagi di samping Azka, sedangkan lelaki yang ada di sampingnya itu terus-menerus mengungkapkan kata maaf! 

Berawal dari itu, air mata Malika mulai keluar dan membasahi wajah cantiknya. Bahkan, air mata kesedihan itu malah menjadi candu hingga akhirnya Malika menjadi seseorang pendiam dan penyendiri di dalam kamar. Cinta yang berawal dari taman kota dan berakhir juga di taman kota menjadi sebuah peristiwa yang mengubah Malika secara keseluruhan dalam kehidupannya.[]


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN