Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Kendaraan Terakhir yang Berada di Awan

Kendaraan Terakhir yang Berada di Awan
Ilustrasi | Pexels.com/Kristina Paukshtite

Setelah lama Malik menunggu apa yang terasa akan muncul ke permukaan, akhirnya semua itu seperti lukisan abstrak dan sulit untuk dipahami oleh pikirannya. Malik masih mencari cara agar bisa memahami apa yang terlukis itu. Bahkan, ia pun sudah memakai segala cara; berkacamata; memakai kaca pembesar. Namun, cara itu pun belum mampu untuk mendeskripsikan lukisan itu dengan jelas dan pasti.

Kendaraan terakhir yang sering disebut-sebut oleh Malik pun tergambar di langit dengan kumpulan-kumpulan awan di dalamnya. Namun, Malik masih sedikit tak percaya kenapa lukisan abstrak yang berada di depannya belum sama sekali terbongkar tentang arti sebenarnya.

"Hal yang begitu membingungkan," kata Malik di depan lukisan abstrak itu. 

"Hah?" tanya Siska yang berada di dekatnya.

"Coba pahami menurutmu, Sis," ujar Malik dengan mantap. 

Siska mengerutkan dahi lalu memandang lukisan abstrak itu dengan tatapan tajam. 

Awalnya, lukisan abstrak itu dilukis oleh Malik ketika ia sendiri sedang gundah gulana; kehilangan kekasih tercinta yang tak mungkin lagi bisa bertemu. Hal semacam itulah yang menginisiasi Malik untuk melukis di kanvas kosong dengan cat seadanya. Kemudian, sebuah titik-titik pun ia kumpulkan menjadi sebuah lukisan abstrak di kanvas itu. 

"Jadi, ini artinya apa?" tanya Siska sambil menunjuk lukisan yang masih berada di ruangan lukis rumah Malik. 

"Tafsirkan saja menurutmu," jawab Malik santai.

Wanita berambut sebahu dan berhidung mancung itu pun hanya menggeleng-gelengkan kepala saja, sedangkan Malik langsung duduk di kursi yang berada di ruangan itu. 



Malik mengingat kembali bahwa ada juga awan yang menciptakan kendaraan terakhir dan ia pun menikmati momen ketika melihat semua itu. Bahkan, hatinya malah tersentak dan ingin melukiskan momen yang begitu sulit untuk dilupakan itu.

Hal-hal semacam itu terus bergentayangan sehingga Malik sangat sulit untuk lepas dari momen-momen yang menurutnya indah. Ia berpikir dan bertanya, mana mungkin ada kendaraan terakhir yang berada di awan? Namun, pemikiran dan pertanyaan itu pun langsung dijawab oleh pemandangan yang nyata terlihat oleh kedua mata telanjangnya.

Siska yang sedari tadi terus menerka-nerka lukisan abstrak yang dilukis oleh Malik itu pun masih belum bisa memahami arti lukisan tersebut. Kemudian, Malik pun tersenyum ketika melihat tingkah Siska yang begitu penasaran dengan lukisan yang ia lukisnya itu.

"Kenapa sih, kamu terlihat penasaran dengan lukisan itu?" tanya Malik sambil duduk di kursi. 

"Aku ingin memecahkan teka-teki yang berada di dalamnya," jawab Siska dengan rasa optimisnya. 

Malik masih merasakan bahwa gambar kendaraan terakhir itu sangat berbeda dengan lukisan abstrak yang berada di depannya. Ia menerka-nerka dan mencoba untuk berpikir terkait apa saja yang membedakannya. Bahkan, pikirannya pun sudah berputar-putar seperti roda mobil yang sedang berjalan di jalanan. 

"Itu lukisan abstrak jadi tak usah dipecahkan teka-teki yang ada di dalamnya," kata Malik, sedangkan Siska langsung memalingkan muka untuk menatap ke arah lelaki yang sedang duduk itu. 

"Ah, masa, sih?" 

"Ya, terserah dirimu saja, lah," ujar Malik.

Kendaraan terakhir seharusnya menjadi salah satu lukisan yang dilukis oleh Malik ketika itu. Namun, entahlah rasa gundah gulananya malah mendaratkan lelaki berbadan tegap itu untuk melukis abstrak. Ia terpaku di kursi dengan tatapan mengarah ke depan. Kemudian, kedua tangannya malah menggaruk-garuk kepala yang tak gatal, sedangkan wajahnya sudah tak beraturan. 

"Pernahkah kamu, melihat kendaraan terakhir yang berada di awan?" tanya Malik kepada wanita bermata sipit itu. 

"Tak, emang kenapa?" Siska balik tanya. 

"Tak ada apa-apa," jawab Malik sedikit berbohong. 

Kemudian, Malik pun merasa hanya ia sendirilah yang melihat bahwa ada kendaraan terakhir menempel di awan. Ia menyadari betul bahwa semua itu adalah lukisan yang indah dan ingin dituangkan ke kanvas kosong dengan cat seadanya.



Di ruangan lukis yang berukuran empat kali empat meter, Malik meratapi bahwa kendaraan terakhir itu adalah sebuah tanda untuk bisa dipahami dalam kehidupannya. Bahkan, ia sendiri memikirkan, apakah kendaraan terakhir itu adalah sebuah cambuk agar hidup itu harus mempersiapkan kendaraan apa yang nantinya akan dipakai untuk masa depan? Entahlah!

"Hei, kenapa bengong?!" tanya Siska yang tiba-tiba saja menepuk pundak Malik.

Sontak saja Malik pun terkejut ketika itu dan ia pun langsung menempelkan tangan kanan ke dadanya sambil balik bertanya, "Apa?"

"Kenapa bengong terus?" 

"Aku lagi memikirkan kendaraan terakhir yang berada di awan," jawab Malik santai. 

"Hmm ...."

Siska terlihat begitu tak percaya dengan jawaban yang dilotarkan oleh Malik. Bahkan, wanita yang sedari tadi berada di ruangan lukis itu pun langsung duduk saja di kursi samping Malik tanpa mengeluarkan tanya lagi.

Setelah berpikir panjang, akhirnya Malik pun berhasil juga menemui apa maksud dari lukisan kendaraan terakhir yang berada di awan. Ia pun mencoba untuk menafsirkan bahwa kendaraan terakhir itu seperti filosofi kehidupan. Kemudian, ia berpikir bahwa kendaraan itu seperti bekal atau alat untuk mencapai kebahagiaan masa depan. Oleh karena itu, kendaraan terakhir itu ialah sebuah alat apa yang harus dipersiapkan untuk perjalanan terakhir di dunia.

Pergolakan batin pun dirasakan oleh Malik dan terus bermunculan ketika berhasil memahami apa maksud lukisan yang berada di awan itu. Namun di lain sisi, ia pun belum puas dengan lukisan abstrak yang dilukisnya karena masih belum bisa dipahami oleh orang lain, terutama oleh Siska.[]


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN