Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Kata-Kata Manis yang Dilawan

Kata-Kata Manis yang Dilawan
Ilustrasi | Pexels.com/Jacob Sierra


Akhirnya, semua yang ditakutkan itu terjadi! Kata-kata menampar hingga aku pun terdiam dan merenungi apa yang telah tertulis; tertanam dan serasa salah lalu menyesal dalam keadaan.

"Pernahkah kau melihat orang besar? Pernahkah kau melihat orang sukses?" tanya seseorang yang berada di dekat ini.

Aku hanya tertunduk menyesalkan kata-kata itu bisa tertanam dan sangat menginginkan waktu itu bisa diputar kembali dan mengawali lagi untuk memilih kata per kata secara cermat. 

Namun, hal semacam itu pun menjadikan sebuah problema bahwa kata-kata itu sudah terlanjur tertanam dan aku pun hanya bisa pasrah atas serangan yang terjadi ke dalam pikiran ini.

"Semua hal yang tertulis itu bisa menjadi sebuah pembelajaran," kata seseorang lagi yang berada di dekatku.

Kata-kata itu benar-benar meresap hingga merusak sanubariku, sampai akhirnya aku pun tak bisa melawannya. Mengobrak-ngabrik. Menenggelamkan semua semangat yang ada di hati. Mengeluarkan rasa optimis yang dulu bersemayam dalam jiwa.



Dalam hitungan waktu, kata-kata itu malah menjadi raja bak penyampaiannya sangat manis untuk dinikmati, bak penyampaiannya sangat enak untuk didengar, dan penyampaiannya bak pengharapan yang diciptakan. 

Namun, semua itu hanyalah dusta! Dusta dari seorang raja yang memelintir kata-katanya. Aku pun terdiam, sedangkan raja malah ongkang-ongkang kaki sambil melemparkan senyum menawan ke mana-mana. 

Duh, sial! Aku pun dibohongi oleh penyampaian yang terasa manis hingga mampu menciptakan harapan palsu di dalam hati ini. Duh, sial! Semua hal yang sebelumnya dimiliki olehku ini malah hilang tak bertepi. Semua itu gara-gara penyampaian manis dari sang raja yang berhasil mengobrak-ngabrik dalam hatiku.

"Ambil saja hikmahnya dari kejadian yang pernah terlewati itu," ucap seseorang yang berada di dekatku lagi. 

Hah? Mana mungkin aku bisa menerima semua kehilangan yang dulu pernah dimiliki? Entahlah, semua itu seperti roda yang terus berputar pada porosnya, semuanya akan kembali lagi kepada titik semula.

Andaikan waktu bisa diputar kembali, aku tak ingin mendengar kata-kata atau bertemu dengan kata-kata yang berhasil menyengsarakan diri ini. Menyesal. Marah. Kecewa. Semua rasa yang tertanam di dalam hatiku malah kepingan-kepingan amarah dan sangat sulit untuk bisa diredam oleh perkataan dusta dari sang raja lagi.



"Kata-kata yang pernah menyerang dirimu itu jangan sampai meracuni dirimu dengan pasti," ujar seseorang yang berada di dekatku lagi.

Waktu pun terus berputar di dunia ini, kata-kata itu ingin aku tendang dan dirusak agar semua penyampaian manis dari sang raja bisa cepat hilang. Aku ingin menyendiri menciptakan kebahagiaan yang tampak nyata. Merdeka. 

Kemudian, kata-kata itu mulai kurogoh dengan tangan kanan terbuka dan masuk ke dalam hati, serta langsung kukeluarkan dengan mata terpejam-pejam. Kata-kata itu sudah berada tepat di depan mata ini lalu kubalut dengan kain putih yang bertuliskan tinta emas dengan tulisan 'Pergilah Kata-Kata Dusta!'.

Kata-kata yang dibalut oleh kain putih itu tampak menjerit-jerit dan mungkin saja tak kuat menerima perlakuan yang aku lakukan kepadanya. Sang raja menangis di balik sudut lain, sedangkan aku mulai mengumpulkan lagi kepingan-kepingan yang telah hilang dari efek serangan perkataan manis itu.

Sekarang, aku mulai mengatur irama lagi kehidupan tanpa kata-kata manis dari sang raja; tenang; lebih mengedepankan keinginan daripada suatu target yang harus dicapai. Bahkan, hati ini mulai tertanam kembali rasa semangat yang pernah hilang untuk menjadi orang besar dengan segala perhitungannya.[]


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca