Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Hal Itu, Kini Telah Kembali

Hal Itu, Kini Telah Kembali
Ilustrasi | Pexels.com/Benjamin Farren


Hampir seminggu lamanya, aku menunggu hal yang pernah hilang. Akhirnya, kembali juga bak bunga yang mulai tumbuh lagi. Mataku sangat menyukai karena tampak indah untuk dipandangnya. Hatiku pun sangat menyukai karena berhasil menyembuhkan luka yang berada di dalamnya.

Hal-hal yang pernah hilang itu, kini kembali dengan wajah baru dan penuh warna. Bahkan, aku sendiri tak ingin lagi mengulang langkah yang pernah menenggelamkan semua itu. Biarlah, kecewa yang dulu tercipta itu menjadi sebuah pembelajaran yang bisa saja dipelajari untuk masa depan.

Kini telah kembali, kabar baik yang aku terima itu bak simponi keindahan; menciptakan suara menenteramkan kalbu. Ada benarnya menurut orang-orang yang berjubah hitam itu bahwa kesabaran akan dibalas dengan keindahan. Hal semacam itulah yang terasa oleh batin ini hingga menciptakan semangat lagi untuk hidup.

Jika, melihat angin! Hal yang pernah hilang itu pun bisa dikatakan seperti angin sehingga diembuskan itu malah menyebar ke mana-mana. Namun, bisa kembali lagi untuk menjadi angin-angin kesegaran. Penomena yang langka itu pun sangat dirasakan dan tampil ke permukaan.



Aku masih mengingat juga bahwa kehilangan itu adalah ujian yang bisa saja menyerap kalbu hingga tak berdaya. Kemudian, kalbu itu sudah tak bisa dipakai untuk memilah kebaikan ataupun keburukan bagi kehidupan yang nyata. Namun, masih untung! Hal semacam itu tak menyerangku dengan kejam dan memborbardir sehingga kehidupan ini senantiasa bisa diperbaiki untuk mengarah ke arah yang benar.

Apa yang pernah hilang itu kini telah kembali, kataku di bawah langit hitam, sedangkan bulan masih mengintip ke arah orang-orang yang masih mencari makan.



Di antara bayang-bayang yang sunyi, kutapaki lagi langkah demi langkah kehidupan nyata ini. Bahkan, hal yang kembali itu begitu tertanam dalam diri dan menjadi suatu tolok ukur untuk terus melangkah. Di antara kehidupan, pasti ada gejolak yang menyerang dari segala arah; kesakitan; kesedihan; kesuraman dan semua rasa-rasa lain yang menyerangnya.

Pergolakan batin terus merajalela, bahkan rasanya seperti membombardir kehidupan. Namun, langkah demi langkah ini seperti sebuah jalan yang kadang lurus dan berbelok. Kemudian, jikalau angin bisa kembali dengan angin-angin kesegaran. Mungkin, kehilangan yang telah kembali ini bisa terus menciptakan kebahagiaan.

Aku tak ingin mengulangi langkah yang mengecewakan lagi, kataku sembari duduk dan menikmati malam dengan udara dinginnya. Bahkan, harapan-harapan pun dilangitkan agar bisa menyebar menjadi sebuah titik-titik ketenteraman untuk hari yang akan datang.(*)


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN