Postingan Terbaru
Di Balik Suatu Malam untuk Cinta
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Ilustrasi | Pexels.com/Cottonbro Studio |
Sewaktu bulan yang terlihat separuh, Cinta menuliskan catatan tentang hatinya dalam bentuk sebuah karya cerita pendek nan indah. Ia menikmati ketika momen kata-kata yang berada di dalam pikirannya itu sudah seperti jalan tol, lancar tertuang ke dalam bentuk cerita pendek.
Cerita pendek yang ditulis oleh Cinta itu berjudul Kasih yang Berada di Balik Seribu Pintu. Kemudian, wanita yang berparas ayu khas gadis Sunda itu sangat lihai mendeskripsikan setiap tempat yang ditulisnya. Bahkan, dimulai dari tempat restoran hingga sekolah yang mana tempat ia belajar dan bertemu dengan kekasihnya.
Awalnya, ia tak paham dengan dunia tulis-menulis, terutama cerita pendek. Namun, gadis itu belajar secara otodidak yang bersumber dari media elektronik hingga akhirnya paham dengan sedikit demi sedikit. Kemudian, gadis yang masih berusia 18 tahun itu mulai menuliskan kisah-kisahnya ke dalam bentuk cerpen.
Tak ayal juga, wanita yang berhidung mancung dan bermata sipit itu mengunggah karyanya ke dalam media sosial pribadinya, terutama Facebook. Dalam hal semacam itu, tentu ia pun mendapatkan ragam komentar dari warganet seputaran yang ditulisnya.
Ia tak mempercayai bahwa karya yang ditulisnya itu mendapatkan atensi dari warganet. Bahkan, ia pun tak menyangka bahwa sebuah dunia menulis yang dipelajari secara otodidak itu mulai terlihat hasilnya.
- Baca Juga: Malika dan Cinta yang Tak Berkelanjutan
Momen-momen itu menjadikan gadis cantik itu semakin semangat saja untuk berkarya dan mulai memfilter karya apa saja yang akan diunggah di media sosial pribadinya. Kemudian, ia bahagia karena sebuah catatan tentang hatinya pun berhasil dituangkan ke dalam cerita pendek, tanpa sepengetahuan orang lain bahwa itu adalah cerita tentang kegalauan hatinya.
***
"Karyamu bagus, Neng," puji Rifki, kekasih Cinta ketika sehabis membaca cerita pendek yang berjudul Lelaki Maut yang Menenggelamkan Cinta.
"Ah, masa, sih?" tanya Cinta sambil mengerutkan dahinya, "jangan memujiku seperti itulah!" tambahnya sambil menepuk pundak kekasihnya itu.
"Beneran, Neng. Aku mah tak bisa kalau disuruh membuat seperti itu," ucap Rifki datar.
"Hmmm. Emang, siapa juga yang mau menyuruh kamu membuat cerita pendek?" tanya Cinta lalu ketawa.
"Entahlah!"
Beranda rumah pun menjadi syahdu ketika bayang-bayang sepi bergelayut manja di malam hari, sedangkan bulan pun tampak terlihat tanpa bintang-bintang yang sering menjadi temannya. Rifki tertunduk mencari sebuah cara agar malam ini bisa terasa spesial untuk Cinta, sedangkan gadis cantik itu masih sibuk dengan ponselnya saja.
"Neng, sedang apa sih, dari tadi main HP terus?" tanya Rifki dengan wajah yang tampak penasaran.
"Nulis, A," jawab Cinta santai.
Rifki pun tak bisa lagi berkata-kata seperti ada batu yang mengganjal tenggorokannya. Kemudian, lelaki berusia 19 tahun itu berdiri dan berjalan ke samping tiang penyangga beranda rumah dengan tangan kanan membawa secangkir kopi.
Rifki merasakan bahwa malam kali ini, sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya yang mana pikirannya tak terisi oleh kata-kata hasil tulisan Cinta. Namun malam kali ini, Ia meratapi bahwa cerita pendek yang ditulis Cinta itu benar-benar masuk ke dalam hatinya. Entahlah, ia pun sangat sulit untuk menafsirkan hal semacam itu, kenapa bisa masuk ke dalam jiwanya?
"Kenapa berdiri di sana, A?" tanya Cinta, lalu ia pun berhenti untuk melanjutkan tulisannya.
"Lagi meratapi saja," jawab Rifki, lalu tersenyum.
"Cieee, bahasanya tinggi amet, pakai meratapi-meratapi segala," kata Cinta, lalu berjalan mendekati Rifki.
Malam yang tak begitu buruk bagi kedua insan itu sehingga percikan-percikan asmara pun semakin bergelora dirasakan oleh Cinta maupun Rifki sendiri. Cinta yang biasanya tertutup untuk berbicara di depan kekasihnya itu, lambat laun mulai membuka percakapan-percakapan di depan Rifki dengan jelas.
- Baca Juga: Kendaraan Terakhir yang Berada di Awan
Hal semacam itu mungkin saja ada benarnya bahwa menurut kebanyakan orang bahwa cinta akan mengubah segalanya. Bahkan, Cinta yang dulunya tertutup untuk berbicara panjang lebar, akhirnya bisa berubah juga. Hal itu menjadikan Rifki tersentak dan sangat bersyukur bahwa dengan berjalannya waktu, cinta yang dirasakannya itu mulai lebih serius lagi.
"Neng, menulis cerita pendek itu sulit, tak?" tanya lelaki yang berambut rapi itu ketika memulai percakapan kembali.
"Lumayan."
"Lumayan?"
"Iya, awalnya sulit, tapi kalau sudah sering, nanti juga akan terbiasa, A," jawab Cinta, tepat berada di samping kekasihnya itu.
"Hmmm."
"Kenapa? Emang, mau coba nulis?"
"Tak, lah. Sulit," jawab Rifki sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Sepasang kekasih yang sama-sama usianya masih muda itu seperti sedang dimabuk asmara. Kemudian, beranda rumah pun menjadi sebuah saksi bahwa cinta mereka semakin terpancar jelas hingga bulan yang dari tadi mengintip pun seperti sudah merestuinya.
Setelah menanyakan perihal semacam itu kepada Cinta, Rifki pun malah menjadi terpaku dan anggota tubuhnya mengeras. Kemudian, lelaki itu pun hanya bisa memandang ke depan saja, sedangkan Cinta malah sibuk kembali dengan ponselnya. Kemudian, gadis cantik itu memutuskan lagi untuk melanjutkan tulisannya yang diharapkan bisa dibaca oleh banyak orang.[]
2023
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar