Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Di Antara Bayang-Bayang yang Sunyi


Mala tertunduk ketika melihat wajahnya yang mulai tak beraturan. Kemudian, bayang-bayang orang lain pun malah tercipta di depan cermin yang telah sedikit retak itu. Mala pun menjerit tak percaya dengan keadaannya yang hancur lalu menangis hingga air matanya membasahi wajah. 

Di depan pintu kamar Mala, ada sesosok orang tua yang menguping. Kemudian, orang tua itu berteriak dengan bertanya, "Neng, ada apa denganmu?!"

Pertanyaan semacam itu hanya dianggap angin lalu saja oleh Mala. Kemudian, wanita itu malah terdiam di pojok kamar dengan kedua tangan mengusap-ngusap rambutnya. Di dalam kamar pun sudah sangat suram lalu pikirannya malah melayang-layang membayangkan lelaki yang telah mengkhianatinya. Lelaki edan! Katanya dengan keras sehingga orang tua Mala pun mendengarnya. Kemudian, sekali lagi orang tua Mala yang berada di depan pintu kamarnya itu pun berteriak sambil bertanya, "Neng, ada apa denganmu?!"

Lagi dan lagi, Mala tak menjawab pertanyaan dari ibunya itu, ia malah semakin membabi buta di dalam kamarnya. Mala menjerit! Mala terlihat sangat marah sehingga wajahnya yang sudah tak beraturan itu semakin kacau saja; matanya berpindah-pindah lalu mulutnya pun sudah tak bisa dikontrol lagi. Keadaan ibunya yang berada di depan pintu kamar pun samakin tak karuan, wanita tua itu pun mencoba menggedor-gedor pintu dengan kata yang keluar, "Mala, buka! Mala, buka!!!"



Seisi rumah pun malah panik ketika mendengar ibunya menggedor-gedor lalu berteriak sehingga datanglah ayahnya Mala dengan santainya bertanya, "Ada apaan, sih, Mah?" 

"Tak tahu, nih! Si Mala, menjerit-jerit di dalam kamar!" 

Ayahnya pun mulai panik ketika mendengar perkataan ibunya Mala itu. Kemudian, lelaki yang berambut perak itu pun langsung mencoba menggedor-gedor sambil bertanya juga. Namun, Mala pun masih tetap saja dengan pendiriannya yang tak mengeluarkan jawaban sepatah kata pun.

Setelah berpikir beberapa menit, akhirnya ayahnya memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Mala. Kemudian, dengan sekuat tenaga ia mendobraknya sampai pintu itu pun jebol dan kedua matanya langsung melihat Mala yang tertunduk lesu di pojokan kamar. Ibunya langsung berlari lalu merangkul anak semata wayangnya itu dan bertanya, "Ada apa denganmu, Neng?" Kemudian, ayahnya berlari juga ke samping Mala dan bertanya, "Kamu, kenapa?"

Mala menangis hingga air matanya membasahi wajah lalu ibunya memeluk dengan pikiran yang terus bertanya-tanya. "Mala sedang sakit hati?" Ibunya tanpa ba-bi-bu lagi bertanya semacam itu. 

Mala pun menganggukkan kepala yang tanda iya, ia begitu hancur. Bahkan, ia pun merasa bahwa kehidupannya sudah keluar dari harapan selamanya itu. Kemudian, sang ayah pun mengusap-ngusap kepala Mala dan mencoba untuk menenangkan anaknya itu.

"Tapi, Yah?" Mala pun akhirnya bersuara dan terdengar serak. 

"Tetap sabar! Mungkin, lelaki itu bukan jodohmu!" Perkataan semacam itulah yang bisa ayahnya katakan, sedangkan ibunya pun berkata, "Jangan sedih, dong! Kan, anak ibu itu selalu kuat!" Kemudian, ia pun langsung mengusap air mata yang membasahi wajah anaknya itu. 



Ayahnya pun mencoba untuk tetap kelihatan kuat di samping Mala walaupun ia sangat marah karena tak kuat melihat anaknya seperti itu. Namun, ia pun tetap tak bisa marah jikalau sedang berada di samping Mala. Ia pendam kemarahan itu sampai di dalam hatinya selalu bergejolak-gejolak meminta ingin segera dikeluarkan.

Mala pun menjadi seseorang di antara bayang-bayang sunyi yang selalu menyerang. Kemudian, ia pun sungguh beruntung mempunyai ibu yang bisa menenangkannya dengan lembut. Sampai-sampai, di dalam kamarnya pun tak terlihat suram lagi dan sedikit demi sedikit kesuraman itu mulai berubah bentuk menjadi ketenangan lagi. Namun, perubahan itu pun tak bisa langsung! Oleh karena itu, Mala pun tetap mencoba bangkit lalu dituntun oleh ibunya agar bisa duduk di kursi yang berada di kamarnya. Setelahnya, ia pun bisa merasakan bahwa wajahnya pun sudah beraturan lagi lalu bisa melihat lagi bahwa kehidupan itu ada masanya. Kemudian, ayahnya pun menyemangatinya dengan berkata, "Nah, seperti itu, dong! Tetap harus kuat!"[]


2022

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN