Postingan Terbaru
Kehidupan Mike (18)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
; Jalan-Jalan Bersama Sinta
Di kota yang terasa sejuk nan indah, Mike mengajak Sinta untuk jalan-jalan mengitari kota. Melihat pemandangan. Melihat daerah perkotaan. Melihat apa yang ada di dalamnya. Mike begitu semangat ketika momen seperti itu berjalan dengan baik bersama Sinta. Kemudian, Sinta pun sudah tak terlihat grogi lagi ketika berduaan bersama Mike. Oleh karena itu, momen-momen seperti itu pun menjadi salah satu keindahan yang nantinya bisa terlukiskan di atas sebuah kenangan.
Tak terasa juga Mike merasakan waktu semakin berubah saja di antara bayang-bayang Sinta yang selalu menghantuinya. Kemudian, wajahnya pun terlihat memancarkan kebahagiaan yang baru sekarang lagi bisa terasakan. Wajah wanita itu seperti cahaya yang menembus batinnya hingga menenggelamkan semua kegalauannya. Mike terdiam, sedangkan Sinta malah bertanya, "Malam ini, terasa indah, ya?"
Malam yang penuh bintang, serta lampu-lampu menghiasi perkotaan. Jalanan pun tampak ramai di kala Mike dan Sinta saling berdekatan. Mike tersenyum ketika pertanyaan Sinta mendarat tepat di dalam pikirannya. Kemudian, ia pun menjawab, "Iya, indah. Seindah wajahmu!" Mike pun langsung menunduk, mungkin ia malu ataupun merasakan hal lainnya.
Di depan toko roti, mereka duduk lalu Sinta malah tersenyum dan ada merah di pipi manisnya. Kemudian, wanita itu mencoba untuk membalikkan wajah, mungkin ia juga malu ketika mendengar perkataan Mike tadi. Namun, entahlah! Malam semakin merangkak naik. Jalanan semakin ramai. Orang-orang banyak yang berseliweran. Sampai-sampai, Sinta pun mendapatkan gombalan yang mendarat tepat di dalam hatinya.
"Maaf, hanya ke tempat inilah, aku bisa mengajakmu jalan-jalan!" Mike berkata di kala lampu merah di jalan dekat toko roti itu menyala.
"Tak apa-apa, santai saja. Aku menyukai tempat yang ramai seperti ini," kata Sinta yang lemah lembut itu hingga membuat hati Mike adem pada saat mendengarnya.
Mike bercerita tentang malam yang dimakan oleh bulan. Mike bercerita tentang orang-orang yang hidup saling berlarian. Mike bercerita tentang suasana hatinya pernah galau. Cerita-cerita yang diciptakan Mike di sela-sela malam bersama Sinta itu menjadikan wanita di sampingnya itu terkagum-kagum. Mungkin, wanita bergamis cokelat itu tak menyangka karena Mike itu pandai bercerita pendek dan kadang juga ia malah tertawa ketika di sela-sela cerita Mike yang menurutnya lucu.
"Kenapa bulan bisa memakan malam?" tanya Sinta yang terlihat polos itu.
Mike sedikit tertawa lalu ia menjawab, "Ya, namanya juga fiksi."
"Oh, oke ... oke ...."
Malam di depan toko roti itu semakin dingin saja, sedangkan para pedagang yang memakai roda selalu berseliweran. Mike pun melihat ada salah satu pedagang yang membuatnya tertarik ingin mencicipi salah satu dagangannya.
"Kamu, mau tak, kue putu?" tanya Mike yang membuat Sinta malah terlihat terkejut.
"Hah?"
"Kue putu yang dijual abang-abang di situ!" Mike menunjuk abang penjual kue putu yang berada di samping toko roti.
"Boleh."
Tak berpikir panjang, Mike langsung berjalan ke arah penjual kue putu, sedangkan Sinta pun malah mengikutinya dari belakang. Di malam itu, suasana pun terasa sungguh berbeda. Mike tenggelam oleh kebahagiaan yang pernah musnah di dalam hidupnya, sedangkan Sinta pun sedikit penasaran terhadap Mike karena dari itulah ia cukup menikmati malam di perkotaan.
Sambil menunggu kue putu jadi, Mike dan Sinta duduk di kursi yang disiapkan oleh abang penjual itu. Kemudian, mereka berdua pun saling melemparkan perkataan yang di mana ada kata lelucon dan lainnya. Wajah Sinta malah terpancar cahaya sehingga batin Mike terasa syahdu. Entahlah, rasa apa yang sedang dirasakan oleh Mike itu? Kemudian, mereka berdua itu malah saling terdiam dan kedua mata masing-masingnya menyapu setiap kendaraan yang lewat di depannya.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya kue putu pun jadi dan harumnya sangat khas. Kemudian, mereka berdua pun kembali lagi ke depan toko roti dengan langkah yang begitu bahagia. Malam pun semakin sejuk dan mungkin angka jam sudah menunjukkan angka sembilan. Namun, keadaan di perkotaan masih saja ramai oleh orang-orang yang mungkin baru pulang dari tempat bermain ataupun lainnya.
"Ayo, kita duduk di sini lagi!" ajak Mike yang sudah berada di depan toko roti.
Sinta tersenyum dan berkata, "Iya."
"Aku ingin lebih dekat lagi denganmu!"
"Dekat?" Sinta malah mengerutkan dahi sepertinya ia tak mengerti dengan perkataan Mike.
"Maksudnya, hati ini ingin lebih dekat lagi dengan hatimu!"
Mendadak saja, suasana menjadi sunyi di kala perkataan Mike itu terucap. Mungkin, Sinta sangat terkejut ketika mendengar perkataan semacam itu. Bahkan, wanita itu malah terlihat sedikit salah tingkah ketika sesudah perkataan itu terucap oleh Mike. Keadaan di depan toko roti, sudah seperti suatu momen yang awalnya tak terbayangkan oleh Sinta. Kemudian, wanita itu pun membalikkan wajah yang sudah terlihat malu itu agar tak terciduk oleh Mike.
"Kenapa membalikkan wajah?"
Sinta malah terdiam dan sulit untuk mengeluarkan kata-kata.
"Oh, oke. Aku minta maaf atas perkataan yang tadi itu," kata Mike pelan, "udah lupain saja yang tadi itu!" tambahnya terucap serak.
Mike terdiam lalu ia merenung mencari kesalahan apa yang telah membuat Sinta terdiam. Kemudian, lelaki itu pun mencoba menebak-nebak di dalam hatinya bahwa perkataan, ingin dekat dengan Sinta itu malah bersifat nyata. Namun, kenapa kata-kata semacam itu malah mengakibatkan suasana di depan toko roti menjadi sunyi dan Sinta pun malah belum mengeluarkan kata-kata sepatah kata pun. Apakah sifat wanita itu, seperti itu? Pertanyaan semacam itu pun malah tampak di dalam pikirannya. Kemudian, ia pun menunggu dan terus menunggu Sinta yang mungkin saja sedang memikirkan perkataan yang tadi diucapkannya itu.
....
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar