Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Buku dan Air Mata


Di antara hitamnya langit, kamu masih saja duduk di kursi yang ada di taman kota. Wajahmu terlihat sedang tak baik-baik saja. Kemudian, kamu membuka buku yang berjudul Origami Hati dengan pelan. Kamu pun tertunduk. Kamu membaca. Kamu meneteskan air mata yang entahlah air mata apa itu namanya. Kemudian, taman kota pun mendadak sepi dan mungkin para orang-orang sudah pada terjaga di rumah masing-masingnya. 

Kamu mendadak berteriak ketika malam sudah semakin menghitam sehingga seorang lelaki pun berjalan ke arahmu. Kemudian, lelaki itu bertanya, "Hei, kenapa berteriak?" 

Kamu pun tertunduk, mungkin sedikit malu ataupun lainnya, sedangkan lelaki itu malah terlihat penasaran. Namun, kamu pun langsung bisa menjawab dengan jawaban, "Tak apa-apa."

"Hah?" Seorang lelaki itu tampak terkaget, "beneran, tak apa-apa?" tambah lelaki itu dengan sedikit bertanya.

"Iya, aku tak apa-apa," jawab dirimu yang terlihat bohong. 

Malam di taman kota semakin dingin saja, kamu masih saja tak beranjak dari kursi itu. Kemudian, seorang lelaki itu malah duduk di sebelahmu dengan tatapan yang terlihat sedih juga dan bertanya, "Nama kamu, siapa?"

Kamu menatap lelaki itu sehingga tepat sekali tampak sejajar lalu menjawab, "Kenapa tanya-tanya nama?" Kamu pun terlihat tak nyaman ketika ada seorang lelaki yang mungkin tak kamu kenal malah mendekati dengan so akrab.



"Pingin tahu dan pingin mengenalmu!"

"Tak usahlah mengenalku lebih jauh!!!" tegasmu dengan tangan kanan masih memegang buku. Kemudian, kamu pun beranjak lalu pergi meninggalkan lelaki itu sendirian di kursi yang ada di taman kota.

Seorang lelaki itu terdiam di kursi yang menghadap ke jalan raya lalu tangan kanannya malah menggaruk-garuk kepala. Lelaki yang berwajah bersih itu terlihat frustrasi karena sudah ditolak mentah-mentah oleh dirimu. Namun, salah satu hal yang mungkin dipelajari oleh lelaki itu ialah kegagalan dan mungkin saja akan terus-menerus mengejar dirimu sampai dapat.

Kamu begitu cantik ketika gamis hitam itu menempel di tubuhmu lalu kerudung pun membalut kepalamu sehingga tampak indah. Kemudian, seorang lelaki itu malah terlihat merenung, sedangkan tangan kanannya sibuk dengan memutar-mutarkan ponsel yang dipegangnya.

Kamu begitu cuek ketika ada seorang lelaki yang mungkin ingin mendekatimu. Namun, jawaban yang dilemparkan oleh dirimu atas pertanyaan seorang lelaki itu menjadi sebuah tanda. Kemudian, lelaki yang mempunyai nama Sahlan itu pun terpaku dan mungkin saja pikirannya sedang melayang-layang untuk mencari akal agar bisa mencoba lagi mendekati dirimu. 


*


Siang semakin panas saja sampai mentari pun menyorot tepat ke arah wajahmu. Namun, kamu masih untung memakai kerudung yang mungkin saja bisa sedikit menahan dari panasnya matahari. Kemudian, kamu yang masih terlihat sedih itu tak bisa lagi menyembunyikan air mata yang jatuh membasahi wajah. Di tempat yang panas, kamu menangis lalu kedua tanganmu menutup wajah.

"Kenapa menangis?" tanya Sahlan yang tiba-tiba lalu kamu pun terlihat kaget. 

"Kenapa menangis?" tanya Sahlan sekali lagi. 

"Tak apa-apa," jawabmu sambil mengusap air mata yang ada di wajah. 

"Hah?" 

"Iya, tak apa-apa," jawabmu sekali lagi lalu membalikkan badan. 



Seorang lelaki itu terdiam lalu mungkin saja Sahlan berpikir bahwa tak mungkin kamu menangis kalau tak ada apa-apa itu. Lelaki itu pun kembali bertanya, "Beneran, tak apa-apa?"

Kamu pun mengeluarkan buku yang mungkin saja buku itu adalah buku kesukaanmu, yaitu buku itu berjudul Origami Hati. Kemudian, kamu pun duduk di kursi yang berada di depan kantor, sedangkan lelaki itu masih berdiri di dekatmu. Namun, mungkin saja pikiran Sahlan malah semakin penasaran terhadap dirimu yang terlihat sedih itu.

"Aku sedang sedih," katamu yang pelan. "Maka, jangan tanya-tanya itu lagi, ya!" tambahmu.

"Kenapa sedih?"

"Usahlah, jangan tanya-tanya itu!" 

Sahlan pun terlihat frustrasi karena setiap pertanyaan yang diberikan kepadamu itu tak semuanya bisa terjawab. Oleh karena itu, Sahlan terdiam dan mungkin saja lelaki itu sedang menebak-nebak penyebab kesedihan yang tampak di dalam dirimu.

Lima belas menit kemudian, Sahlan sedikit terlihat mempunyai pemikiran yang pas untuk dirimu, yaitu mungkin dirimu sedih itu karena cinta. Oleh karena itu, Sahlan terlihat sedikit menahan juga agar pertanyaan untuk dirimu itu tak keluar. Maka, seorang lelaki itu malah duduk di sampingmu saja tanpa bicara sedikit pun dan mungkin saja buku yang kamu pegang itu adalah buku kenangan. Kemudian, Sahlan pun terlihat menahan sesuatu atas perasaan cintanya yang mungkin saja tak ingin terlihat oleh dirimu.[]


2022

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN