Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Tertanam

Tertanam


Sudah tiga tahun lamanya, aku tak pernah lagi bertemu denganmu. Namun, rasa itu masih saja ada di dalam hatiku. Entahlah! Rasa apa yang terus-menerus sulit untuk dilepaskan ini? Bahkan, sudah berbagai cara pun aku lakukan! Namun, masih tetap saja terasa sulit untuk menghilangkan rasa yang tertanam di dalam hati ini.

Setiap malam, aku merenung dan bayanganmu masih saja beputar-putar di otak ini. Bahkan, aku sangat sulit untuk memahami hal yang sedang merasuki tubuh ini. Namun, entahlah dan entahlah! Kenyataan yang aku inginkan pun tak sesuai dengan harapan. Kemudian, aku pun harus bagaimana? 

Seperti malam biasanya, aku duduk di beranda rumah dengan ditemani lagu dari Tony Q Rastafara. Lagu yang dibawakan oleh Tony itu begitu sangat terasa ke dalam hati. Ya, lagu itu berjudul Tertanam hingga aku pun benar-benar merasakan bahwa kamu sudah tertanam di hati ini. 

"Aku melihatmu, sedang tak baik-baik saja," kata Soleh, salah satu temanku yang berada di beranda rumah ini. 

Aku terdiam dan sangat malas untuk mengeluarkan kata-kata. 

"Ada apa denganmu?" tanya Soleh yang tepat berada di sampingku. 

Aku hanya memalingkan wajah saja sehingga mata ini saling beradu. Kemudian, Soleh pun tertunduk, mungkin saja lelaki itu sangat takut dengan tatapan mata ini. 

Beranda rumah pun menjadi sepi. Bahkan, suara jangkrik yang biasanya terdengar di beranda ini malah hilang. Entahlah! Apa yang menyebabkan kehidupanku menjadi sepi? Aku semakin merenung lalu dahi ini mengkerut, sedangkan tangan kanan malah mengetuk-ngetuk kepala. Ya, aku ini sudah seperti orang yang linglung saja. 

Aku mulai berpikir, kehidupan ini serasa percuma kalau tak dibarengi dengan cinta. Ya, percuma saja aku mempunyai materi yang bisa tergolong mampu. Namun, sialnya! Cinta yang aku inginkan itu sangat sulit untuk didapatkan. Bahkan, rasanya sudah mustahil untuk bisa didapatkan karena mendengar kabarmu saja aku tak mampu.

Aku ingin berteriak, aku masih di sini menunggumu! Kemudian, aku pun ingin bertanya sambil berteriak, apakah kamu masih mengingatku? Hal-hal semacam itu pun menjadi salah satu problema yang belum bisa kulakukan dalam kehidupan ini. 

Setelah beberapa menit Soleh terdiam, akhirnya berani lagi untuk menanyakan salah satu hal yang membuat aku terdiam kembali. 

"A, kenapa tak mencari wanita lain?" 

Pertanyaan semacam itu pun bisa dikatakan bahwa pertanyaan paling simpel untuk para lelaki. Namun, rasanya kenapa aku sangat sulit untuk bisa menjawabnya? Kemudian, aku pun melihat sekeliling beranda rumah. Ya, beranda rumah pun dihiasi oleh bunga-bunga yang ada di pot. Namun, bunga pun tak bisa memberikan inspirasi untuk menjawab pertanyaan yang terkesan biasa itu. 

"Aku tahu! Aa, itu punya segalanya!" kata temanku yang terlihat polos itu, "mobil punya, motor punya, rumah punya, dan apalagi yang menghalangi untuk mencari wanita lain?" tambahnya dengan pertanyaan yang semakin menusuk hati saja. 

Tepat di samping Soleh, aku terdiam seperti ada sesuatu yang mengganjal tenggorokanku. Kemudian, aku pun menunduk dan kedua tangan menutupi wajah. Ya, sebenarnya aku pun tak mengerti dengan rasa yang telah kamu tanamkan ini. Aku menyadari betul bahwa rasa cinta sudah tertanam di dalam hati ini hingga sulit untuk dilepaskan.

Terlihat bahwa malam sudah menghitam, sedangkan aku masih saja dengan perasaan yang tak karuan. Alunan lagu yang berjudul Tertanam pun berkali-kali masih saja mengalun merdu terdengar oleh telinga ini. Namun, aku melihat Soleh yang masih saja memainkan korek api yang berada di tangan kanannya. Kemudian, aku pun berdiri dan melihat ke sekitaran yang terasa sunyi dan sejuk serta tak ada seorang pun yang lewat depan rumahku. 

"Lagi ngeliatin apa, A?" tanya Soleh lagi yang terlihat penasaran. 

"Hanya melihat indahnya malam ini saja." 

"Nah, gitu kalau ada yang nanya itu jawab, dong!" Soleh pun berdiri lalu berjalan ke arahku. 

Tepat malam ini, aku merasa memulung kenangan lagi tentang dirimu yang sulit didapatkan! Tentang dirimu yang sulit untuk dimengerti! Tentang dirimu yang masih saja tertanam di dalam hati! Tentang semua hal yang menempel di dalam dirimu pun aku pikirkan! 

Entah, kenapa aku menjadi seperti orang yang bodoh? Memang ada benarnya bahwa kata orang-orang, cinta itu bisa membuat orang jadi tak berguna. Kemudian, ada juga orang yang berkata, cinta itu suci; bahagia. Namun, rasanya kebahagiaan itu tak nampak di kehidupanku. Sial! 

Setiap hari aku menghitung bahwa sekarang ini sudah tiga tahun lamanya, aku tak mendengar kabarmu. Bahkan, untuk sekadar menyapa pun aku tak mampu. Ya, di dalam hati ini ada rindu yang ingin segera dikeluarkan. Bahkan, kerinduan ini sudah semakin besar untuk ditumpahkan kepadamu. 

"A, kenapa belum istirahat?" tanya Soleh lagi yang sudah seperti wartawan saja karena terus-menerus bertanya kepadaku. 

"Ntar," jawabku lalu duduk kembali di kursi beranda rumah. 

Secangkir kopi yang sedari tadi berada di meja pun terasa dingin masuk ke dalam mulutku. Aku tak mempermasalahkan masalah kopi ataupun cuaca malam ini. Namun, rasanya aku sadar bahwa kehidupan ini harus dijalani dengan apa adanya. Ya, apa adanya saja sehingga keingingan-keinginan yang belum tercapai itu tak akan menyakiti pikiran ataupun lainnya. 

Kemudian malam ini, aku merasakan bahwa keindahan alam itu masih setia membayangi wajahmu. Aku merasakan semua itu walaupun mungkin kamu tak akan mengetahui bahwa di sini ada lelaki yang masih menunggumu. Entahlah! Aku pun bingung harus dengan cara apa lagi menutupi rasa cinta yang sudah tertanam ini. Biarlah! Biarlah, rindu dan cinta ini tertanam di dalam hatiku sampai kamu bisa mengetahui dengan sendirinya.[]


2022


* Cerpen ini terinspirasi dan ditulis setelah mendengarkan lagu Tertanam dari Tony Q Rastafara.

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN