Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Senja dan Kamu


Saya berpikir bahwa senja dan kamu itu akan sulit dipisahkan dari kehidupan ini. Ya, senja itu adalah salah satu momen yang saya sukai, sedangkan kamu adalah wanita yang paling saya kagumi. Kemudian, banyak orang-orang juga yang berkata, senja adalah suatu momen keindahan yang Tuhan ciptakan. Saya pun berpendapat bahwa setuju saja karena ada benarnya juga yang dikatakan orang-orang itu. 

"Apakah kamu, menyukai senja?" tanyamu di kala mata yang telanjang itu mungkin sedang melihat senja. 

Saya hanya tersenyum. 

"Kenapa hanya senyum saja?" tanyamu dengan raut yang terlihat kesal karena pertanyaan yang belum terjawab. 

"Iya." 

"Hmmm. Seperti tak ikhlas gitu ngejawabnya!" ketusmu lalu memalingkan muka yang mungkin saja marah. 

"Apakah aku harus menjelaskan tentang senja dan kamu?" Saya pun memberanikan bertanya kepadamu. 

"Bodolah!!!" Kamu yang masih membelakangi saya. 

"Andaikan kau bisa tahu dan mengerti bahwa senja dan kamu itu adalah candu. Ya, candu kalau tak terlihat selalu dirindukan dan ingin selalu kupandang dengan mata telanjang ini," kata saya pelan yang mungkin tak kedengaran olehmu, "dan tadi kau menanyakan apakah kamu menyukai senja? Tentu, aku menyukainya dengan keindahan-keindahan yang bisa dilihatnya," lanjut saya dengan suara pelan. 

Kemudian, kamu pun memalingkan muka lagi yang menjadikan kita saling berpandangan. Saya malu. Salah tingkah. Ya, semua itu karena tatapan indah darimu yang menerobos masuk ke dalam hati. Saya harus bagaimana? Hati saya pun bertanya lalu setelah itu hanya bisa menunduk saja untuk menyembunyikan malu ini. 

Waktu pun terus kita jalani, hari demi hari, bulan demi bulan. Bahkan, tahun demi tahun. Namun, keindahan itu, kenapa baru sekarang terasakan oleh hati yang terbuka ini? Ya, kita sama-sama duduk di tempat yang sama, menikmati senja di Pantai Pangandaran sampai lupa dengan segala hal. Apakah ini cinta? Ataukah ini yang dinamakan asmara? Entahlah, saya pun belum bisa menjawabnya dengan pasti perihal rasa apa yang ada di dalam hati ini. 

Banyak hal yang telah dilewati di antara hari-hari yang kian beranjak. Namun, keindahan yang saya inginkan ini baru sekarang bisa terwujud. Sekali lagi, senja dan kamu adalah suatu keindahan yang bisa menembus ke dalam jiwa ini. Apakah semua ini hanyalah semu atau bualan semata? Seperti inilah adanya bahwa kamu itu memang segalanya untuk hidup ini yang mungkin belum diketahui oleh dirimu.

"Kenapa menyukai senja, A?" tanyamu yang terlihat penasaran. 

Apakah saya harus menjelaskan secara rinci bahwa keindahan senja itu kalau ditulis bisa menghasilkan ribuan kata? Namun, hati saya pun selalu berkata, jangan diceritakan, cukup saya sendirilah yang mengetahui dan merasakan kenapa senja itu harus disukai. 

"Kenapa diem saja?" tanyamu lagi lalu membenarkan tempat duduk. 

Saya hanya tersenyum. 

"Sudah biasa! Terus saja diem lalu tersenyum!!!" Wanita yang ada di samping saya itu memalingkan wajah kembali. 

Saya tak bisa menceritakan hal-hal semacam ini kepadamu. Saya tak bisa menceritakan kecintaan ini kepadamu. Saya tak bisa menceritakan bagaimana senja dan kamu itu adalah candu. Saya hanya bisa menahan agar tak diketahui oleh dirimu, bahwa seperti itulah dahsyatnya senja dan kamu yang menerobos masuk ke dalam hati. 

Sudah beberapa jam kita duduk di sini, sedangkan senja mulai beranjak pergi. Kemudian, malam mulai merangkak ke permukaan. Ya, kita masih di sini, sedangkan Pantai Pangandaran ini sudah seperti saksi untuk lelaki pendiam yang menyembunyikan perasaanya. 

Banyak orang yang saling bergandengan, mungkin dengan pacarnya ataupun lainnya. Namun, keindahan hal semacam itu pun menjadikan suasana yang indah untuk dilihat oleh mata telanjang. Namun, dirimu masih saja membelakangi saya. Hmm. Saya harus bagaimana? Mana mungkin, saya harus jujur bahwa senja dan kamu itu segalanya. Hmm.

Waktu ini, menjadikan salah satu keindahan yang saya rasakan. Namun, waktu ini pun menjadikan salah satu yang mungkin paling penasaran untuk dirimu. Ya, kamu belum bisa mengetahui dan mengerti bahwa saya pun pernah berkata bahwa senja dan kamu itu adalah candu. Namun, kamu malah bertanya lagi. Hmm. Sampai sana juga saya tak akan mengulangi ucapan yang pernah terlontar bahwa senja dan kamu adalah candu. 

Mungkin, hal-hal semacam ini adalah hal yang sepele bagi orang-orang. Namun, sangat berbanding terbalik dengan saya yang tak ingin mengulangi ucapan agar kamu bisa mengingat-ngingat dan mungkin saja bisa mengenang diri ini.[]


2022

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN