Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Tokoh: Remy Sylado


; Yapi Panda Abdiel Tambayong 


Mungkin, sebagian orang sudah tak asing lagi dengan Remy Sylado. Akan tetapi, mungkin sebagian orang (anak zaman now) merasa asing dengan nama Remi Sylado. Mungkin juga ada yang tak tahu betul siapa, sih, Remi Sylado?

Sekarang, kita akan mencari tahu siapa, sih, Remy Sylado itu? Harus diketahui terlebih dahulu bahwa Remy Sylado lahir di Makassar, Masa Pendudukan Jepang, 12 Juli 1945; umur 76 tahun. Beliau pun seorang aktor, sastrawan, dan wartawan. Bukan hanya itu saja yang melekat dalam diri beliau. Akan tetapi, beliau pun keturunan Minahasa, Sulawesi Utara. 

Remy Sylado sudah memulai menulisnya di umur 18 tahun, beliau menulis kritik, puisi, cerpen, dan novel. Namun, bukan hanya itu saja! Beliau pun menulis drama, kolom, esai, sajak, roman populer, sampai buku-buku musikologo, dramaturgi, bahasa, dan teologi. Bagaimana keren, kan? Seseorang dengan umur 18 tahun sudah berani menulis kritik. 

Harus diakui juga beliau adalah salah satu penulis yang sering memakai bahasanya sendiri. Oleh karena itu, beliau pun bisa terbilang unik dan susah banget ditemukan lagi di era sekarang yang sepertinya ini. Unik, kenapa? Beliau suka mengenalkan kata-kata lama Indonesia yang tak terpakai sehingga di sanalah karya fiksi beliau serasa istimewa. Namun, bukan hanya itu saja, beliau pun suka memakai bahasa daerah di dalam karya tulisnya. 

Bisa juga beliau terbilang nakal sampai menjadi salah satu pelopor Puisi mBeling. Ya, Puisi mBeling bersama kedua temannya, yaitu Jeihan dan Abdul Hadi WM. Beliau bukan hanya fasih dalam berpuisi saja, tetapi karya-karya yang lainnya pun banyak. Oleh karena itu, perjalanan beliau pun patut diketahui oleh anak zaman now agar bisa untuk menambah wawasan dan perngetahuan. 

Tak akan indah kalau tulisan hal semacam ini tidak ada contoh karyanya. Oleh karena itu, di tulisan ini ada beberapa contoh beliau yang bersumber dari internet. Okelah, yuk, kita simak dan baca bareng-bareng!


1/ 


NASIHAT IBU


Nasihat ibu tidak selalu diterima anak

Namun selalu indah mekar dalam merenung

Ibu tidak memberi batu buat anak yang minta roti


Para satria sejati tidak berselisih dengan musuh

Tapi dengan kesempatan yang sembunyi dalam waktu

Seekor domba batu terpeleset di ngarai

Mengerang mengunggu angon membawa tongkat

Yang membutuhkan telinga di dalam hati

Menyaring antara kenyataan dan pernyataan

Geram di saat hilang akal membuat kepala berasap

Sebagai puntung yang terpaksa padam oleh ludah


Ibu mengakhiri lagu ninabobo buat anak

Supaya anaknya terus melek tidak tidur.

Mari menjadi anak sebab Tuhan menyayangi anak.


2/


PERCAKAPAN RAHASIA


Kucuri uang ini saat perut amat lapar

Belikan nasi, kumakan, tapi tetap terasa lapar

Lalu, kucuri lagi

Kumakan lagi

Tapi tetap terasa lapar

Begitu seterusnya hingga terkapar


Aku sadar tanpa khayal

Hidup ini penuh rasa lapar

Lapar uang, kekuasaan, wanita dan sebagainya


Aku berbisik kepada malaikat

Ssssstt….sssssttttt

Jangan bilang siapa-siapa

Ini percakapan rahasia dengan Tuhan.


Terima kasih sudah berkunjung. semoga menginspirasi. Baca juga puisi kupu-kupu


3/


POTRET


Anak-anak berlari-lari, lalu

Bernyanyi, ”Ambilkan bintang, Bu!”, setelah itu

Berkata, ”Pak, ’bu, minta uangnya”.


Semua terdiam tak memperhatikan


”Lapar, belum makan”, wajah memelas


100, 200, 500 dan 1000 rupiah

Senyumlah sang anak, ia pergi

Berlari bernyanyi kembali

Potret bangsa sore ini



4/


PAHLAWAN YANG SOK PAHLAWAN


Yang berjuang dulu

Dan mati dalam perang

Memang disebut pahlawan

(gambar pejuang tanpa pamrih)


Yang berjuang dulu

Tapi hidup senang sekarang

Ingin juga disebut pahlawan

Gambar pejuang dengan pamrih


5/


BERDIRI SEORANG IBU


Sakit

Adalah rasa

Aku tidak pernah mengerti

Mengerti ada air di kelopak mara


Kalau kau sakit

Dan rambutmu putih sudah

Apakah kau seperti aku juga

Membayangkan ajal sebagai karunia


Tanyakan sakit

Pada seorang perempuan

Ketika ia memberi buah zaman

Atas ajaran nenek moyang peri cinta


Berteriak waktu sakit

Supaya jiwa terkuras

Dan ketertekanan

Dan ketakutan


Hidup

menjadi indah

setelah sakit pergi sementara

Dan di depan mata berdiri seorang ibu.


6/


TIADA AIR MATA BAGI SEORANG BEDEBAH


Ia membangun rumah di atas harkat impian

Bertiang dendam berjajar-jajar

Berlantai harap bertingkat-tingkat

Berjendela rindu bergandeng-gandeng

Padahal di atasnya ia Cuma butuh satu atap

Yang menutup rahasia dari kuasa satu matahari

Menembus gudang penyimpan segala rimbeng nestapa


Asal hatinya menangisi esok yang bagian kemarinnya

Muncul sebuah telunjuk menyuruhnya lihat ke puri

Yang terus berdiri walau dipukul gelombang

Di laut menuju tanah tepu bekas Batavia

“Maukah kau mengulangi tinggal di dalamnya

tempat orang-orang memelihara geram dan kesumat?”

suara perempuan , apah Pertiwi, lahirkan gairah

Ia berhenti berharap menemukan perhentian


Di itu puri tinggal merpati berekor-ekor

Bersayap emas berparuh emas berkaki emas

Terbang sampai di lingkar bimasakti

Tapi senang dia di etalase

Ia tangkap merpati-merpati

Dan berubah jadi satu merpati

Mati mimpinya membangun rumah di atas harkat

Dan telunjuk yang pernah menyuruh memilih

Kini menuding-nuding jidat dan matanya

“Upah dosa adalah maut,” suara itu


Ia menjerit meraung gaung berkilo-kilo siapa peduli

Tiada air mata bagi seorang bocah berdebah, hatta!


7/


JERIT SANDAL JEPIT 


Di celah-celah sudut sempit terhimpit

Manusia seperti sandal jepit menjerit-jerit

Pohon-pohon pun tertawa

Tertawa melihat manusia


Ia kembali bersujud


Jiwa terasing dalam dunia bising

Diinjak, remuk, permak

Lalu kiamat

Ia tamat


Lalu, ia kembali bersujud


Di celah-celah sudut sempit terhimpit

Manusia seperti sandal jepit menjerit-jerit

Pohon-pohon pun tertawa

Tertawa melihat manusia.


8/


PERMATA


Seperti permata yang digosok dari cuma batu

Kita tahu kemerdekaan adalah kemewahan

Dari keringat duka bercampur peluh

Menumpahi persediaan rasa sabar


Warna kulit dan tambo silsilah, memang

Gampang mempermainkan krama nasib

Dan kita senang mengingat-ingat borok

Itu Daendels atau Jan Pieterzoon Coen

Zonder menghukum cakal-bakal kita sendiri

Yang menjual tanah mereka kepada si Belanda

Hingga kita dikirakan keledai selama berabad


Jika kita terbelusuk dalam pemiskinan, kini

Lihat, masih ada kemelaratan di tetangga

Terhibur kita dengan melihat ke bawah


Pandang semua masalah selaku pelukis

Menghadapi kanvas-kanvas kosongnya

Dan lukis dengan visi penyerahan

Sebab apa untung dibius rasa bersaing

Toh semua kematian cadangannya ketelanjangan


Permata kita yang asli mesti kita bilang

Ada di matinya kemauan-kemauan darah.


9/


Belajar Menghargai Hak Asasi Kawan


Jika

laki mahasiswa

ya perempuan mahasiswi.


Jika

laki saudara

ya perempuan saudari.


Jika

laki pemuda

ya perempuan pemudi.


Jika

laki putra

ya perempuan putri.


Jika

laki kawan

ya perempuan kawin.


Jika

kawan kawin

ya jangan ngintip.


10/


Menyingkat Kata


Karena

kita orang Indonesia

suka

menyingkat kata wr. wb.


Maka

rahmat dan berkah Ilahi

pun

menjadi singkat

dan tak utuh buat kita.



11/


Nalam Tentang Tikus


Berfoya-foya dianggapnya harus

demikian gaya hidup bini pejabat

Sejak suami berhenti jadi tikus

ia tak punya kesempatan mengerat


12/


Olahraga


olahraga

orang kota

mengangkat barbel

di fitness centre


olahraga

orang desa

memacul tanah

di sawah ladang


yang satu

mencari sehat

karena anjuran

yang lain

menemukan sehat

karena telanjur


13/


Cintaku Tati


cintaku tati

cinta cinta

tita tita

tati tati

ta-ti

ta-ti

ta-i

tai

t

a

I

!


14/


Individualisme dalam Kolektivisme


kau kau kau kau kau kau kau

kau kau kau kau kau kau kau

kau kau kau kau kau kau kau

kau kau kau kau kau kau kau

kau kau kau kau kau kau kau 

kau kau kau kau kau kau kau

kau kau kau kau kau kau kau 


Bagaimana puisi beliau, sangat berciri khas banget, kan? Untuk penulisan atau penyampaian tokoh ini, cukup sekian saja. Jika, ada kata yang kurang enak dibaca, mohon dimaafkan. Sebab, seseorang itu tak ada yang sempurna jadi harus saling memaafkan dan mengingatkan![]

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN