Postingan Terbaru
Cukup! Jangan Bicara!
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Cukup! Jangan bicara lagi!" kata saya di kala kau terus-menerus berbicara.
Saya sudah paham apa yang kau bicarakan di depan ini; tentang rasa; tentang hati; tentang arti kita. Namun, semua itu menjadikan kesedihan mendalam sampai hati saya terluka. Apakah kau mengerti tentang apa yang keluar dari mulutmu itu? Entahlah. Saya tak bisa menduga-duga apa yang sedang kau pikirkan.
Hal yang tersulit bagi saya itu adalah melupakan dirimu. Ya, walaupun semua itu begitu menyakitkan hati ini. Namun, setidaknya sebuah lagu Kenanglah Aku itu berhasil hidup di jiwa ini. Apakah saya salah untuk terus-menerus mengenang dirimu?
Kenangan itu menjadi salah satu yang terburuk bagi saya. Ya, kenangan di kala kau mengucapkan sebuah kata 'pamit' hingga sanubari ini tak bisa menerimanya. Namun, harus bagaimana lagi takdir itu harus bisa diterima walaupun semua itu begitu menyesakkan hati.
*
Saya masih di sini, bersembunyi di antara kesedihan yang sedang dialami. Saya masih di sini, merenungi apa yang pernah terjadi. Saya masih di sini, mencoba kuat agar tetap bisa hidup dan bersemangat lagi. Kau harus tahu, bagaimana kesulitan yang saya alami ini? Kau harus mengetahui, bagaimana kehidupan yang saya alami tanpa dirimu ada di sini?
Semua itu menjadi sebuah perjalanan yang akan terlukis di dalam hati ini. Sampai, saya selalu malas untuk berbicara hingga banyak orang yang bilang, pendiam. Entahlah! Saya memang tak suka berbicara kepada hal-hal yang tak menarik buat saya. Hmm. Semua ini, sangat berpengaruh terhadap kehidupan saya alami. Saya merasa benar-benar kalah tanpa dirimu ini.
"A, kenapa diam saja?" tanya Ibu di kala saya merenung di kursi beranda rumah.
"Tak apa-apa."
Percakapan itu sudah menjadi sebuah candu di kala saya merenung, pasti ada Ibu yang selalu menanyakan hal semacam itu. Kemudian, saya pun tak bisa menjawab apa-apa lagi, selain itu.
Ibu pun hanya bisa terdiam di kala mendengar jawaban yang saya lontarkan itu. Mungkin, Ibu sudah paham tentang perasaan hati anaknya sehingga memilih untuk diam saja. Namun, kedua bola mata saya pun malah menyapu kepada wajah Ibu yang terlihat tampak sedih. Mungkin, Ibu pun khawatir ketika melihat anaknya yang selalu berdiam diri.
Saya pun sangat sulit untuk memecahkan semua masalah yang sedang dihadapi ini. Sampai, air mata pun bisa saja tiba-tiba jatuh ke wajah ini. Sungguh, saya merasa bingung tentang arti kehidupan ini yang terus-menerus menyakiti hati. Kadang, saya pun bertanya-tanya, kapan waktu saya bahagia? Pertanyaan-Pertanyaan semacam itu pun selalu dilontarkan ketika tubuh ini mau beristirahat.[]
2022
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar