Postingan Terbaru
Aku dan Kamu Tak Bisa Bersama
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Lukisan ini menjadi salah satu peninggalan darimu. Aku lemah. Aku tak bisa apa-apa ketika beberapa kalimat dari orangtuamu itu terucap. Aku tak bisa apa-apa lagi ketika kamu sudah dimiliki orang lain. Mungkin, ini adalah salah satu jalan terbaik buatku. Namun, kenapa harus seperti ini? Kenapa rasa sakit itu begitu menghujam dada ini? Pertanyaan semacam itu pun selalu ada di dalam pikiran hingga memborbardir hidup ini.
Malam ini, masih seperti biasanya, aku duduk di depan lukisan hasil karyamu. Ya, hanya inilah yang bisa aku nikmati di kala hening menghatui isi hati. Malam ini, aku berharap, kamu yang jauh di sana bisa mengingat tentang kisah kita yang dulu pernah tercipta. Sampai, malam ini, aku tak menyadari bahwa waktu pun terus berjalan hingga suara ayam pun terdengar olehku.
Benar adanya, malam ini, aku tak tidur. Aku sibuk memikirkan dirimu. Bahkan, ruang kamar pun sudah menjadi candu untuk merenungi semua yang pernah terjadi. Aku dan kamu sudah benar-benar lagi tak bisa bersama. Namun, apakah harus senantiasa melupakan? Apakah tak boleh untuk selalu mengenang? Apakah tak boleh untuk selalu merindukan? Aku benar-benar bingung dengan isi hati yang ada di dalam jiwa ini.
Suara pintu pun terdengar olehku di kala mata belum sama sekali beristirahat. Kemudian, aku pun berdiri dan langsung mengayunkan kaki untuk membuka pintu yang terdengar itu. Ya, itu Ibu yang selalu membangunkan diriku di kala suara azan Subuh sudah berkumandang.
"A, bangun!" Suara yang khas dari Ibu pun terdengar olehku.
Aku hanya bisa menganggukkan kepala lalu berjalan ke arah kamar mandi. Entahlah! Apa yang sedang dialami olehku ini? Bahkan, hati pun terasa tersayat-sayat oleh dirimu yang sudah tak bisa bersama lagi. Mungkin, momen seperti ini adalah momen terburuk yang aku alami hingga hidup pun tak bersamangat lagi.
Tiba-tiba saja, air mata itu menetes di kala cermin yang ada di dalam kamar mandi itu menjadi saksinya. Aku tak kuat menahan rasa sakit. Namun, aku pun tak boleh mengeluarkan semua rasa sakit ini di hadapan Ibu. Aku malu. Aku malu kalau Ibu mengetahui bahwa anak semata wayangnya menangis karena sakit hati.
"A, ngapain saja lama-lama di dalam kamar mandi?!" Ibu pun berteriak dari luar kamar mandi. Ya, saya menyadari bahwa sudah berlama-lama di dalam kamar mandi. Oleh karena itu, mungkin Ibu khawatir dengan keadaanku sewaktu itu. Mungkin, Ibu berfirasat bahwa aku sedang tak baik-baik saja.
*
Sewaktu itu, kita saling berjanji bahwa akan selalu bersama sampai akhir hayat. Namun, perjanjian itu malah ternoda oleh ayahmu yang tak menyetujui kita. Apa ada yang salah denganku? Setiap hari, pertanyaan itu selalu ditanyakan oleh hatiku. Namun, pertanyaan itu tak pernah mendapakatkan jawabannya. Aku jadi bingung. Entah, apa yang menyebabkan ayahmu itu tak menyetujui hubungan kita. Pikiranku jadi seperti layangan yang terombang-ambing ke sana-sini.
Memang, momen indah bersamamu itu adalah momen yang selalu terlukis indah di dalam hati ini. Sampai, kamu pun merasa nyaman. Sampai, kamu pun membuatkan suatu lukisan yang indah ini untuk mengisi kamarku. Sewaktu itu, aku pun merasa bahagia atas keindahan yang kamu ciptakan untukku. Namun ternyata, keindahan itu malah menjadi bumerang untukku di waktu ini.
Masih aku ingat, perkataan yang dilontarkan ayahmu kepadaku ini. Aku masih ingat di kala malam sudah semakin menghitam, ayahmu mengajakku berbicara. Kemudian, beberapa kalimat yang begitu sakit itu terlontar untukku.
"A, maaf! Ayah tak akan menyetujui hubungan kamu sama Aini karena Aini sudah ayah jodohkan dengan anaknya teman ayah!"
Perkataan semacam itu pun yang berhasil menghujam dada. Aku diam di kala itu. Aku sakit ketika mendengar itu. Aku sulit berbicara di kala itu. Aku hanya bisa menunduk dan menahan air mata yang ingin menetes di kala itu.
Sewaktu itu pun ayahmu tak hanya memberikan perkataan semacam itu. Namun, ada perkataan lain yang sekali lagi menyakiti hatiku.
"A, tolong jauhi putri ayah, ya!"
Lagi dan lagi, malam itu seperti malam yang tak berpihak kepadaku. Rasa yang begitu sakit itu sekali lagi memborbardir hati ini. Aku berpikir, bagaimana menjauhi wanita yang dicintai? Bagaimana? Sewaktu itu, aku pun tak mengindahkan perkataan kedua yang dilontarkan ayahmu itu. Aku terus-menerus mencoba untuk memperjuangkan cinta kita. Aku terus berjuang agar kamu bisa bersamaku. Namun, ayahmu begitu keras menjauhkan cinta kita. Aku kesal. Aku marah. Aku kecewa.
Malam ini, kenangan indah itu terpampang jelas di hadapanku. Aku berdoa, semoga kamu bahagia di sana. Aku berdoa, semoga lelaki hasil pilihan ayahmu itu bisa menjadi imam yang baik untukmu. Aku pun selalu berdoa di kala malam menciptakan kesepian untukku, semoga kamu selalu mengingat diriku yang ada di sini.[]
2022
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar