Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Gunung Keling (2014)

Gunung Keling (2014)


Sudah terlalu lama. Kenang-kenangan itu 

berdiam dengan sangat cantik di dalam 

buku yang sampulnya berdebu. Tertulis 

sangat indah dengan gaya grafitti, BM03

(Botak Manis 03); garis keras antarpelajar. 


Ya, kenangan itu begitu indah. Meresap, 

menyatu dengan tubuh seorang lelaki

yang berambut satu sentimeter. Sungguh,

semua itu bak memori yang terbuka lagi.

File-file-nya bergoyang-goyang di buku itu. 

Sampai, seorang lelaki itu menggaruk-garuk

kepala yang tak gatal seperti ada cahaya di atasnya.


Lelaki itu mengingat! Ya, mengingat ketika pagi,

selalu berhadapan dengan manusia berseragam

pembawa mesin cukur rambut. Entahlah! Sewaktu itu,

lelaki itu sering masuk ke dalam helm seperti keong. 

Bersembunyi. Manusia berseragam itu sangat lihai

membantai rambut yang panjang dan tak tahu aturan. 

Sungguh! Banyak juga yang menyesalkan kejadian itu,

sebab bisa saja menghilangkan pesona para lelaki

yang punya wajah tak ganteng-ganteng amet.


Di tempat diam kendaraan, manusia pembawa pentungan

selalu mengecek knalpot yang dibawa para lelaki. Entahlah!

Seorang lelaki itu masih untung karena knalpotnya itu

tak centil sehingga tak banyak gaya. Namun, sangat 

berbeda dengan lelaki lain yang knalpotnya harus rela

dipentung hingga pengong tak berbentuk lagi. 


lelaki lain berceloteh, sial si Pentungan memang gila.

Sedangkan, lelaki itu hanya bisa menikmati setiap adegan

secara langsung penghancur knalpot centil itu.

Knalpot-knalpot itu juga banyak yang berteriak,

kesakitan. Namun, si empunya hanya bisa pasrah

sambil menundukkan kepala; sedih.


Pikiran lelaki itu tampak meloncat ke belakang dengan

santainya. Para manusia berseragam pun terlihat puas,

si Pentungan pun terlihat capai. Lelaki lain pun terlihat

kesal dan marah yang tak punya keberanian.


Setelah itu, kedua tangan lelaki itu memegang kepala. 

Kedua kakinya ambruk, badannya bergoyang-goyang, 

mulutnya pun berteriak hingga seisi ruangan menutup 

telinga lalu lelaki lain tersungkur tak ingat kehidupan lagi.


Ternyata, oh, ternyata lelaki itu tak kuat untuk menahan 

semua pelajaran yang mau masuk ke dalam kepalanya. 

Wajahnya pun tampak memerah, kedua tangannya pun 

malah memukul-mukul kepalanya hingga dibentur-benturkan 

ke tembok ruangan Benkel Teknik Kendaraan Ringan, 

Gunung Keling.


2021

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN