Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Tokoh: Budi Darma

Budi Darma
Foto: Budi Darma/wikipedia.org


B
udi Darma
lahir di Rembang, 25 April 1937 adalah guru besar di FPBS Universitas Negeri Surabaya (dulu IKIP Surabaya). Beliau menyelesaikan pendidikan di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra UGM (1963) dan saat itu juga mendapatkan Bintang Bakti Wisuda. 

Beliau pun pernah mendalami pengetahuan di Universitas Hawaii, Hanolulu, AS (1970–1971). Kemudian, beliau juga meraih MA dari Universitas Indiana, Bloomington, AS (1976) dan meraih Ph.D. dari universitas yang sama (1980). Jabatan Visiting Research Associate pernah diembannya di Universitas Indiana. Nama Budi Darma sempat diabadikan juga dalam Who's Who in The World dan Ensiklopedi Pengarang Indonesia. 

Pada tahun 1968, beliau itu benar-benar merasa menulis. Beliau banyak menciptakan tulisan-tulisan berupa cerpen, novel, esai, maupun makalah-makalah untuk berbagai pertemuan. Dari semua kerja kerasnya, beliau pun menciptakan buku-buku, selain buku antologi cerpen Kritikus Adinan, yakni:


  • Olenka (1983)
  • Rafilus (1998)
  • Ny. Talis (1996)
  • Orang-Orang Bloomington (1981)
  • Solilokui (1983)
  • Sejumlah Esai Sastra (1984)
  • Harmonuium (1995)
  • Serta satu karya terjemahan.


Beliau juga mendapatkan penghargaan-pengharagaan: 


  • Budi Darma dinyatakan sebagai warga Surabaya berprestasi dalam bidang kesastraan selama dua kali berturut-turut (1987–1988)
  • Novelnya, Olenka mendapatkan Hadiah Pertama Sayembara
  • Mengarang Roman DKJ 1980 dan sekaligus memperoleh Hadiah Sastra DKJ 1983. Tahun 1984 dia menerima Hadiah Sastra ASEAN.
  • Penghargaan Sastra Dewan Kesenian Jakarta
  • SEA Write Award
  • Anugerah Seni Pemerintah RI
  • Dan mohon maaf nggak bisa menulis semuanya, kalau pingin melihat selengkapnya, bisa dilihat di Wikipedia. 


Setelah membaca riwayat beliau, kita tak akan puas kalau tak mengetahui atau contoh dari salah satu karya beliau. Namun, dalam hal ini juga, tak bisa sembarangan untuk menuliskan contohnya. Saya pun tak bisa menuliskan contoh secara utuh; cerpennya beliau. Namun, kita bisa melihat sinopsisnya saja tentang salah satu novel beliau. Saya ambil dari novel beliau yang ditulis dengan gaya, penuturan khas beliau dalam membuat karya. Karya ini bisa terbilang absurd, dialog pun minim malah hampir tak ada, tapi ini indah. Dan pembaca bisa diajak berpikir dalam menafsirkan setiap tokohnya. Yuklah! Ini salah satu sinopsis novel beliau yang berjudul Rafilus.


Rafilus

Pengarang: Budi Darma


Rafilus dikatakan pernah mati dua kali. Badan Rafilus katanya tidak terbuat dari daging, tapi dari besi. Tiwar memang sering berpikir melantur. Ia sering membayangkan macam-macam. Oa sering terhantuk ke dalam dunia yang diciptakannya sendiri.

Suatu ketika Jumarup, seorang kaya yang dermawan di Surabaya mengundang Tiwar dalam pesta khitanan anaknya. Memang Jumarup mengundang banyak orang, meskipun tidak dikenalnya. Selain Tiwar, Rafilus juga diundang. Sebagai tuan rumah, Jumarup dan keluarganya justru tidak datang dalam pesta itu. Para tamu hanya dilayani oleh pelayannya. Dalam pesta itu, Tiwar terus mengamati Rafilus. Semakin diamati, semakin tampak keanehan pada Rafilus.

Belakangan diketahui, ketidak hadiran Jumarup pada pesta itu adalah karena sakit parah.

Tiwar suka bertanya kepada opas pos tentang Rafilus. Dari cerita Munandir sang opas pos, ia banyak mengetahui tentang Rafilus, misalnya tempat tinggal, kebiasaan, dll. Konon Munandir sering diperlakukan baik oleh Rafilus. Ia sering diberi makan dan uang. Dari cerita Munandir Tiwas tahu bahwa Rafilus memiliki kekuatan yang hampir sama dnegan Van der klooning, yaitu seorang Belanda yang hidup sendiri seperti Rafilus. Ada juga seorang Belanda lain yang memiliki perlakuan yang berlawanan dengan orang Belanda lainnya yaitu Jaan van Kraal. Ia selalu arogan dengan setiap orang yang datang ke rumahnya, termasuk opas pos yang menyampaikan surat atau wesel kepadanya.

Tiwar secara berkala menerima surat dari Pawestri Keduanya lalu datang ke Surabaya Kota untuk bertemu. Di situ mereka bertemu dan saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu mereka sepakat untuk melangsungkan perkawinan.

Entah perkawinan itu hanya lamunan Tiwar atau benar-benar terjadi tidak menjadi soal bagi Tiwar. Yang penting Tiwar mengetahui asal usul dirinya. Melalui surat surat Pawestri, Tiwar mengetahui bahwa gadisnya adalah seorang anak yang tak jelas siapa bapaknya. Pawestri juga pernah bercerita tentang kesibukan kantor yang membuatnya seperti mesin. Ada juga tentang cerita siapa kedua orang belanda yang bernama Van der Klooning dan Hjaan van Kraal.

Suatu ketika Pawestri meminta kepada Tiwar agar bersedia mempertemukan dirinya dengan Rafilus. Rupanya, Pawestri juga terpesona oleh kenehan tubuh Rafilus. Menurut Pawestri, Rafilus adalah laki-laki yang mampu memberi benih yang ia harapkan. Ia membayangkan anaknya kelak akan lahir sebagai orang yang perkasa. Pawestri berusaha menarik perhatian Rafilus, namun Rafilus sangat acuh terhadap Pawestri.

Tiwar yang ingin tahu lebih banyak tentang Rafilus segera melakukan pencarian. Ia berhasil bertemu Rafilus di rumahnya. Namun hal itu justru makin membuatnya penasaran.

Setelah itu, berbagai peristiwa makin membuat tiwar terlelap dalam pikiran-pikirannya. Ia mulai melantur ke mana-mana. Munandir tewas tergilas kereta. Ia sendiri nyaris tertabrak kereta yang sama. Lalu kecelakaan beruntun. Ada seorang lelaki tertabrak sebuah mobil dan penabraknya kabur begitu saja. Belakangan sang penabrak diketahui bernama Sinyo Minor, yang mati ditabrak Rafilus.

Tiwar mulai mengetahui asal-usul Rafilus. Namun pada saat akan terkuak, Rafilus justru tewas tersambar kereta.

Kematian Rafilus ternyata mengundang masalah lain. Tak ada seorang-pun yang mengenali Rafilus. Semua bingung hendak dikubur di mana. Beruntung datanglah Rabelin. Ia tak mengenal Rafilus, tetapi dia bersedia mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan penguburan Rafilus.

Rafilus hanya diantar beberapa orang salah satunya Tiwar. Pada saat yang sama, Jumarup mendadak mati. Ia juga dikuburkan di sana. Mengingat Jumarup termasuk orang kaya, dermawan dan dikenal masyarakat, pemakamannya diiringi oleh banyak pelayat. Akibat kematian Jumarup, ambulan Raflus Tersisih karena jalan menuju pemakaman itu macet.

Ambulan tidak dapat bergerak. Lalu saat ambulan melewati rel kereta api, medadak datang kereta api dan menyambar ambulan. Semua penumpang di dalam ambulan segera turun. Mayat Rafilus, untuk kedua kalinya tertabrak kereta. Kepalanya terlepas dan tertancap di tiang.


* Sekian saja, ya, untuk edisi tokoh ini. Semoga kita bisa mencari tahu tentang tokoh-tokoh yang lainnya agar pengetahuan kita bisa luas. Hatur nuhun.[]

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN