Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

IBU MUDA YANG MENJADI MUALAF

Wanita berhijab


(Terinspirasi dari kisah nyata)


Seorang pemuda yang berperawakan tinggi, besar, dan sangat gagah itu merantau dari pulau Jawa ke Kalimantan. Ia di Kalimantan bekerja di sebuah perusahaan sawit, sampai-sampai pemuda itu sangat betah tinggal di sana. Seorang pemuda yang setiap harinya dipanggil Wardi, ia semakin senang saja dengan kehidupan yang dialaminya. 

Sekitar satu tahun lamanya ia tinggal di Kalimantan, Wardi bertemu dengan seorang gadis cantik asli sana. Ia selalu mengingat masa awal pertemuan itu, sampai-sampai lelaki yang mempunyai paras ganteng itu mencari tahu rumahnya. Namun, dalam hal mencari rumah, ia selalu kesusahan dengan daerah-daerah yang belum dikuasainya betul. 

Akan tetapi, di saat ia sudah bertemu dengan gadis impiannya. Wardi langsung mendekati gadis yang bernama Nella, lalu ia mengungkapkan rasa yang tumbuh pada pandangan pertamanya itu. Gadis yang mempunyai hidung mancung dan mata sipit itu pun langsung mengiyakan keinginan Wardi untuk menjadikannya pacar. 

Seorang lelaki yang asalnya dari pulau Jawa, tentu ia tidak tahu dengan suatu adat yang masih dipakai di tempat Nella. Lelaki yang berambut cepak itu tampak aneh ketika keluarga Nella menyeret ia untuk segera menikahinya. Namun, Wardi menolak keinginan keluarga pacarnya sehingga mereka melayangkan sebuah denda yang harus dibayar dengan nominal 25 juta. Tentu, Wardi sangat syok mendengar semua itu, sampai-sampai ia merasakan kegalauan yang memuncak. 

"Pak, 25 juta itu denda apa?" tanya Wardi kepada ayahnya Nella. "Aku nggak ngapa-ngapain Nella. Kenapa didenda?" sambungnya dengan terheran-heran. 

"Dalam adat keluarga sini, itu sudah biasa, Nak. Kalau ada yang mendekati, main-main dengan seorang gadis terus gadis itu tidak untuk dijadikan istrinya. Maka, kena denda untuk pelakunya atau pacarnya." Ayahnya Nella menerangkan dengan detail. Wardi pun cukup menyimak dan tangan kanannya menggaruk-garuk kepala. 

Setelah menimbang-nimbang dan terus berpikir setiap harinya, Wardi mengiyakan untuk segera menikahi Nella—sang pujaan hatinya. Namun, dalam acara pernikahannya, lelaki itu hanya bisa memberi tahu orang tuanya lewat telepon. Dari situlah, Wardi merasakan kesedihan yang mendalam di saat waktu pernikahannya. 


***


Menikahi wanita yang berbeda keyakinan, tentu membuat Wardi semakin pusing saja dengan kondisi rumah yang ia tempati. Setiap ia mau keluar rumah, keluarga Nella selalu menanyakan segala hal yang ingin Wardi lakukan. Dari sanalah, ia merasakan ada yang berbeda dengan kehidupannya jika dibandingkan sebelum menikah. 

Setelah mempunyai dua orang anak, Wardi pulang ke Jawa dan itu menjadikan Nella merasakan kehilangan. Sebab, lelaki yang menjadi suaminya itu tidak memberi tahu kepada Nella. Sebuah cinta yang dimiliki oleh wanita beragama Kristen itu menciptakan kerinduan yang mendalam kepada Wardi. Namun, Nella semakin rindu dan anaknya pun terus menanya-nanyakan ayahnya. 

Nella dengan sabar mengurus kedua anaknya yang masih kecil walaupun Wardi sudah meninggalkannya. Namun, orang tuanya selalu melarang kepada Nella agar tidak keluar rumah tanpa persetujuannya. Sampai setiap harinya, Nella hanya berkutat dengan rumah dan mengurus anak-anaknya. Akan tetapi, kerinduan itu semakin memuncak. Oleh karena itu, sisa uang yang diberikan oleh orang tuanya untuk membeli susu bayi pun ia kumpulkan selama dua bulan untuk niat pergi ke Jawa. 

Setelah uang terkumpul, Nella berbohong kepada kelurganya dengan membawa kedua anaknya untuk pergi ke gereja. Akan tetapi, ia malah pergi ke Samarinda untuk menuju pulau Jawa dengan membawa uang sebesar 200 ribu rupiah dengan perasaan yang begitu kacau, apalagi ketika anaknya yang masih bayi menangis. Tentu, membuat ia juga ikutan menangis. Hati Nella sudah bersemayam di Wardi, sehingga seorang wanita itu rela menjual perhiasannya demi bisa bertemu dengan suaminya yang berada di pulau Jawa. 


***


Matahari mulai merangkak naik ke permukaan, langit pun mulai berubah warna. Nella pun sudah sampai di pulau Jawa, lebih tepatnya di Surabaya. Seorang ibu muda yang bersama kedua anaknya itu pun merasakan kebingungan di saat baru sampai Surabaya. Dan Nella pun menangis ketika tas yang ia bawa hilang, diambil orang di terminal yang ada di Surabaya. Semua orang pun mengerumuninya, anak Nella pun menangis. Mungkin saja, anaknya ketakutan dengan orang-orang yang ada di hadapannya.

Orang-orang yang ada di terminal pun memberikan perhatiannya kepada Nella. Sampai, ia pun ditanya untuk menuju ke mana? Dengan alamat yang ia ingat, Nella pun hanya menyebut daerah seingatnya saja. Orang yang ada di terminal pun menitipkan ia dan anaknya ke bus yang bertujuan Yogyakarta. Namun, ternyata mereka masih salah tujuan atau bisa disebut kesasar. 

Anaknya yang terserang demam, mungkin karena efek bepergian dengan jarak yang jauh. Alangkah pusingnya Nella untuk mencari suaminya ke mana. Sebab, alamat yang ia tulis pun sudah hilang bareng dengan tasnya. Ia pun terombang-ambing di terminal Yogyakarta dan hanya bisa berduduk saja sambil menangis. 

"Ibu, tujuannya mau ke mana?" tanya orang-orang yang berada di terminal. 

"Aku nggak tahu. Tas, alamat suamiku, dan uangku pun hilang." Nella meneteskan air mata. 

"Coba ingat-ingat, Bu!" Orang-orang pun sudah sangat ramai mengerumuni Nella. 

Setelah mengingat-ingat, ia pun menyebutkan salah satu daerah yang ada di Jawa Barat. Oleh karena itu, orang-orang yang ada di terminal pun menitipkan ia dan anaknya ke bus yang bertujuan Ciamis. Di dalam bus, ia selalu bengong dan sesekali meneteskan air mata. Dan ia pikir rumah suaminya itu tinggal nyebrang saja dari Kalimantan ke Jawa. Namun, ternyata pikirannya salah. 


***


Bus yang Nella tumpangi pun sudah sampai di terminal yang berada di Ciamis. Namun, kondisi demam anaknya yang masih bayi terus mengalami keparahan. Anaknya yang berumur lima tahun pun hanya menatap sekitaran terminal dengan tatapan yang tampak kosong. Nella pun berteriak-teriak meminta tolong kepada orang-orang yang berlalu-lalang di terminal, sebab bayinya mengalami kejang-kejang. 

Nella pun mendapatkan pertolongan dari orang-orang yang berada di terminal. Sampai, bayinya dilarikan ke rumah sakit dan ia pun mendapatkan pertolongan untuk bisa menelepon suaminya yang berada di pulau Jawa. Ia menelepon dan menceritakan semuanya kepada Wardi bahwa sedang berada di pulau Jawa. Oleh karena itu, Wardi yang berasal dari Kuningan pun langsung pergi ke Ciamis untuk bertemu istrinya.


***


Nella yang sudah tidak sabar melihat suaminya itu, akhirnya bisa bertemu juga di salah satu rumah sakit yang berada di Ciamis. Namun di saat mau pulang, keluarga Wardi menolak untuk Nella sebab bukan muslim.

"Wardi, jangan pulang ke rumah ini! Kalau istri kamu bukan muslim, mah." Ayahnya menolak kedatangan istri Wardi lewat telepon. 

Setelah diperbolehkan pulang oleh rumah sakit. Wardi pun langsung mengajak istri dan anak-anaknya untuk pulang ke rumah. Namun, ia juga memberitahukan semua penolakan yang ayahnya berikan kepada Nella.

Di saat berada di salah satu bus jurusan Ciamis-Cirebon. Wardi terus berpikir dan istrinya pun sama-sama berpikir. Sampai, mereka pun turun dulu di daerah Cikijing yang menyambungkan antara Ciamis dan Kuningan. Turun di waktu magrib, sehingga Wardi pun langsung buka puasa bersama di salah satu masjid yang ada di Cikijing. Setelah buka puasa dan salat berjemaah. Nella yang berada di luar masjid pun berbicara kepadanya bahwa ia mau masuk Islam. Air pun menetes dari mata Wardi sampai membasahi wajah, lelaki itu sangat terharu dengan ucapan yang didengarnya. 

Lelaki yang menjadi istri Nella pun bertanya-tanya kepada orang yang berada di masjid samping jalan raya Cikijing. Dan orang-orang yang berada di masjid pun menyuruh mereka untuk pergi ke salah satu ustad yang mempunyai pesantren di Cikijing bagian timur. Wardi beserta istri dan anak-anaknya pun langsung jalan menuju ustad yang direkomendasikan kepadanya. 

Setelah sampai di rumah ustad, Wardi beserta keluarganya ditanya-tanya dulu sampai Nella bilang mau masuk Islam. Oleh karena itu, sebab waktu yang sedang bulan Ramadan. Maka, Nella pun disuruh untuk diam dulu di rumah ustad sampai selesai salat Tarawih. Sesudah salat Tarawih, langsung saja Nella dijemput oleh suaminya untuk masuk ke masjid dan dibimbing untuk membaca kalimat syahadat serta jemaah pun menjadi saksinya. 

Setelah semua itu, Wardi pun mengajak keluarganya untuk pulang ke rumahnya dengan membawa bukti sebuah kertas yang berisi Nella sudah sah masuk Islam dan ditandatangani oleh ustad, saksi, serta stempel. Agar, ayah dan keluarganya percaya bahwa Nella sudah menjadi mualaf.[]


2020

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca