Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Tidak Bisa Mengucapkan Cinta


Telah lama, aku menginginkan hatimu menjadi teman hatiku. Bahkan, tidak hanya sekadar menjadi teman. Namun, ingin sekali bisa menciptakan satu kesatuan yang utuh tak bisa dipisahkan. Aku paham! Ini tidak akan semudah mencetak gol dalam permainan sepak bola! Ini juga tidak akan semudah mendapatkan poin dalam permainan bulu tangkis! Aku tahu! Mendapatkan dirimu itu sangat susah. Bahkan, lebih susah dari makan tahu goreng dadakan yang lewat depan rumah-rumah. 

Setiap pagi, sudah terbiasa aku memanaskan mesin empat piston roda empat yang mempunyai bodi warna merah itu. Kendaraan itu seperti tempat ternyaman buat memandang wajahmu. Ya, aku hanya bisa memandang dan mengagumi dengan diam-diam. Ayu, nama yang sangat indah dan pas sekali dengan wajahmu. Kalau kata orang-orang, kamu bagaikan emas yang disimpannya di lemari, terus dijaga-jaga dengan ektra ketat. Berbanding terbalik denganku seperti tembaga yang tidak pas bersanding dengan emas yang dijaga ketat itu. 

"Mang, mobilnya sudah siap?" tanya Ayu yang sudah berpakaian rapi. 

Aku mengangguk. 

"Kita berangkat sekarang, ya!" ajak Ayu. "Langsung ke kantor saja, ya!" lanjutnya. 

Aku yang sudah berada di belakang kemudi pun memakaikan sabuk pengaman. Kemudian, mengatur posisi mobil untuk maju, terus pedal gas kuinjak perlahan-lahan. Keempat roda pun berpusing-pusing di jalanan hingga sampai ke kantor tempat kerjamu. 

Wanita berpakaian sopan yang duduk di belakangku pun keluar dari mobil dengan tangan membawa sebuah map berwarna biru tua. Entah, apa isi dari map itu? Kamu pun mengayunkan kaki menuju dalam kantor. Duh, aku hanya bisa memandangmu dari roda empat yang bermesin ini, sampai benar-benar masuk ke dalam kantor itu. 

Saat mau keluar mobil, kamu berkata, "Pulang saja! Entar ke sini lagi!" Aku mengangguk kembali. Hanya itu yang bisa aku lakukan saat kamu bicara. Maklum, jantung terus berdetak sangat cepat saat menghirup aroma wangi dari tubuhmu yang masuk ke hidung. Harumnya itu seperti roti mahal yang ada di etalase toko, hanya bisa dihirup, dilihat kalau belum bisa memilikinya. 

Selama kurang lebih tiga puluh menit, aku mengendarai kendaraan bermesin itu pulang lagi ke rumahmu. Akhirnya, sampai juga dengan selamat, tanpa ada goresan sedikit pun. Keluar dari mobil, terus mengistirahatkan anggota tubuh di kursi beranda rumah dengan tangan masuk ke dalam saku untuk mengambil sebungkus rokok bersama korek gasnya. Kemudian, aku letakkan benda itu di meja samping kursi tempat duduk. 

Bayanganmu pun selalu berputar-putar di otak, sampai aku tak bisa membendungnya. Entah, apa ini namanya? Jiwa jadi dirundung ingat kamu terus. Melihat ada sebuah buku bersama pasangannya di meja samping dudukku. Iya, aku hanya bisa melukiskan bayanganmu lewat puisi atau sajak, sampai hati ini hanyut oleh semua tentangmu. 

Aku mempunyai niat untuk mengungkapkan rasa kepadamu lewat puisi atau sajak. Oleh karena itu, setiap berhasil membuat puisi atau sajak untukmu. Aku baca lagi, sampai benar-benar indah. Namun, dari yang pernah kubuat, semuanya berakhir di tong sampah; jelek; gagal. Mungkin, cecak yang menempel di dinding pun ogah melihat puisi yang aku tulis. Aku pun seolah-olah menjadi pengecut yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk memilikimu. 

Jam sudah pukul 15.30, waktunya aku menjemputmu dari pulang kantor. Jalanan pun sudah terpenuhi kendaraan, seperti ular yang merayap. Aku pun harus ekstra sabar dari kemacetan yang melanda kota. Ini semua bukan salah manusia, tetapi perkembangan zaman yang semakin maju. Jadi, orang-orang terlalu mudah untuk memiliki roda empat bermesin di zaman modern ini. 

Lagu Cinta di Pantai Bali dari Sejedewe pun mengalun merdu di radio roda empat bermesin yang berasal dari Musik FM. Duh, enak sekali masuk ke dalam telinga, sampai kepala menjadi bergoyang. Sial! Aku kesal dengan kentut roda empat bermesin pembawa kargo yang ada di depanku. Knalpotnya pun mengeluarkan asap yang tebal hingga terlihat warna hitam berterbangan di area itu. Klakson pun aku tekan-tekan untuk mencirikan kemarahan kepada roda empat bermesin itu. Namun, sang sopir di sana biasa saja. Mungkin, sopir itu tidak mendengar teriakan dari mulut roda empat bermesin yang aku kendarai. 

Setelah, keempat roda kendaraan itu berpusing-pusing di jalanan. Akhirnya, aku sampai juga di depan kantormu. Namun, kamu sepertinya akan kecewa denganku yang harus menunggu.

Maaf, ya! 

Aku langsung keluar dari roda empat yang bermesin itu, lalu mengayunkan kaki menuju arahmu. Kamu berdiri di depan pintu masuk kantor. Entah, apa yang sedang merasuki aku yang tembaga jelas-jelas tidak akan pernah bersatu dengan emas. Namun, Sewaktu itu, aku langsung memegang tanganmu dan ada rasa yang ingin diucapkan. Setelah bulat mata yang aku miliki memandang wajahmu dengan serius. Hatiku jadi tidak karuan, jantung pun semakin dag-dig-dug, dan otak ingin menyalurkan perkataan lewat mulut. Namun, sewaktu itu, kamu mengeluarkan pertanyaan terlebih dulu: 

"Ini ada apa?" Aku jadi diam seperti patung yang menempel di keramik sambil memegang tanganmu. Ingatanku pun jadi tersentak, bahwa aku bisu; tidak bisa berbicara. Mana mungkin, aku mengeluarkan rasa hatiku yang ingin memilih hatimu menjadi pasangan sampai akhir hayat. Aku kalah oleh keadaan![]


2020

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN