Postingan Terbaru
Pragmatik dan Implikatur Percakapan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Apa pernah mendapatkan atau membaca percakapan seperti ini:
Kita seduh dulu kopinya terus yuklah mengingat kembali pelajaran yang sudah diajarkan biar tak lupa. Benar, kan?
Ini masalah tentang 'Pragmatik dan Implikatur Percakapan'. Langsung saja, ya! Pragmatik di sini dirumuskan sebagai telaah makna menurut si pembicara atau penulis. Secara lainnya juga, pragmatik berkaitan dengan penafsiran makna ujaran di dalam konteks. Sering juga makna ujaran dalam konteks tidak dapat ditafsirkan hanya berdasarkan makna kata-kata yang diucapkan.
Coba kita lihat dari contoh no 1, di sana terdiri percakapan antara a dan b. Coba kita lihat lagi jawaban si (b) itu tidak menjawab pertanyaan si (a) jika kita hanya melihat kata-kata yang digunakan. Namun, si (a) akan menafsirkan bahwa si (b) sudah makan. Si (a) tahu bahwa sudah kebiasaan, kucing diberi makan sesudah si (b) makan.
Nah, kita coba lihat lagi contoh no 2, di sana juga terdiri percakapan antara (a) dan (b). Percakapan sepasang kekasih antara (a) dan (b) yang mana si (a) mengajak jalan-jalan kepada si (b). Pertanyaan si (b) itu bukanlah karena mau mengajak jalan-jalan harus selalu menghadap dulu kepada ibu. Tuntutan itu adalah untuk meminta izin terlebih dahulu agar tak melanggar aturan. Dalam konteks seperti itu, pertanyaan si (b) "Apa kamu sudah menghadap Ibu?"
Nah, tulisan ini sudah mau sampai akhir. Dalam kedua contoh itu (1 dan 2) tampak bahwa pesan yang disampaikan "sudah makan" pada no (1) dan pertanyaan "Apa kamu sudah menghadap Ibu?" pada no (2) bukan berdasarkan makna kalimat, tetapi melalui penafsiran berdasarkan konteks ujaran. Jadi, prinsip dasar menafsirkan ujaran adalah bahwa semua ujaran yang ditunjukkan kepada lawan bicara relevan. Makna berupa tafsiran percakapan di atas disebut Implikatur Percakapan.
Sumber: Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
....
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar