Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Pragmatik dan Implikatur Percakapan

 


Apa pernah mendapatkan atau membaca percakapan seperti ini:

1/
a: "Ani, apa sudah makan?" 
b: "Ani sudah kasih makan kucing."

2/
a: "Selamat pagi, Ani. Kita jalan-jalan, yuk!" 
b: "Apa kamu sudah menghadap Ibu?" 
a: "Sudah, Ani."

Kita seduh dulu kopinya terus yuklah mengingat kembali pelajaran yang sudah diajarkan biar tak lupa. Benar, kan?

Ini masalah tentang 'Pragmatik dan Implikatur Percakapan'. Langsung saja, ya! Pragmatik di sini dirumuskan sebagai telaah makna menurut si pembicara atau penulis. Secara lainnya juga, pragmatik berkaitan dengan penafsiran makna ujaran di dalam konteks. Sering juga makna ujaran dalam konteks tidak dapat ditafsirkan hanya berdasarkan makna kata-kata yang diucapkan.

Coba kita lihat dari contoh no 1, di sana terdiri percakapan antara a dan b. Coba kita lihat lagi jawaban si (b) itu tidak menjawab pertanyaan si (a) jika kita hanya melihat kata-kata yang digunakan. Namun, si (a) akan menafsirkan bahwa si (b) sudah makan. Si (a) tahu bahwa sudah kebiasaan, kucing diberi makan sesudah si (b) makan.

Nah, kita coba lihat lagi contoh no 2, di sana juga terdiri percakapan antara (a) dan (b). Percakapan sepasang kekasih antara (a) dan (b) yang mana si (a) mengajak jalan-jalan kepada si (b). Pertanyaan si (b) itu bukanlah karena mau mengajak jalan-jalan harus selalu menghadap dulu kepada ibu. Tuntutan itu adalah untuk meminta izin terlebih dahulu agar tak melanggar aturan. Dalam konteks seperti itu, pertanyaan si (b) "Apa kamu sudah menghadap Ibu?"

Nah, tulisan ini sudah mau sampai akhir. Dalam kedua contoh itu (1 dan 2) tampak bahwa pesan yang disampaikan "sudah makan" pada no (1) dan pertanyaan "Apa kamu sudah menghadap Ibu?" pada no (2) bukan berdasarkan makna kalimat, tetapi melalui penafsiran berdasarkan konteks ujaran. Jadi, prinsip dasar menafsirkan ujaran adalah bahwa semua ujaran yang ditunjukkan kepada lawan bicara relevan. Makna berupa tafsiran percakapan di atas disebut Implikatur Percakapan.

Sumber: Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

....


Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN