Postingan Terbaru

Batu Hitam yang Terluka

Gambar
Ilustrasi| Pexels.com/Kàssia Melo di pertigaan yang pernah kita jumpai  aku melihat kembali batu tulis itu  yang kini sudah berwarna hitam pekat  dan tulisan kita tak jelas lagi kini, tak ada lagi saksi kita di batu hitam yang penuh kenangan  di pertigaan tempat dulu kita berjanji  di depan tulisan yang dulu dicintai batu hitam itu benar-benar terluka  karena sudah terpecah setengah  antara lambang hati yang pernah kita ukir  di bawah tulisan cinta yang satu hati rasanya, kita menanamkan luka  yang amat dalam dan kini berbunga  bunga hitam yang penuh kegelapan  di antara jiwa-jiwa kita yang semakin berjauhan  aku merenung di depan ini,  menafsirkan semua luka di batu itu  ada getir, ya, ada getir yang terasa merasuk hingga masuk ke dalam hati yang sudah alfa  untukmu; untuk dirimu yang meninggalkan 2024

Mengejar Kebahagiaan

Mengejar Kebahagiaan


Langit sudah sore, waktu pun terus berputar dalam dimensi kehidupan manusia ini. Suara bacaan Al-Qur'an yang berasal dari speaker masjid sangat menggema di langit jantung ibu kota. Kau duduk di kursi taman dengan mengisap sebatang rokok dan bajumu basah penuh keringat. Suara kendaraan yang berlalu-lalang, membuat asap tebal sungguh merajalela di ibu kota ini. Kau diam sambil memandang sebuah map yang berwarna biru, tanganmu terus mengetuk-ngetuk kepala, sampai ada seorang yang mendekatimu.

"Nak, ada apa denganmu?" tanya seorang lelaki tua itu yang mendekatimu.

"A--apa?" Kau terlihat kaget, ketika lelaki tua itu berada di sampingmu dan bertanya.

"Ada apa denganmu?" tanya lelaki tua itu sekali lagi. "Kenapa nggak pulang ke rumah?"

"Aku pusing! Sudah beberapa perusahaan yang aku datangi, tetapi tidak ada satu pun yang mau menerimaku." Kau menjawab dengan dibarengi air yang ada di matamu menetes membasahi wajah. "Dan aku di ibu kota ini merantau. Jadi, nggak punya tempat tinggal," tambahmu dengan tangan kiri memegang map.

"Oh seperti itu. Kamu, harus tetap semangat, ya!" ucap lelaki tua itu dengan langsung duduk di sebelahmu.


***


Malam kian merangkak naik, suara kendaraan semakin nyaring seolah-olah mengejek kau yang berjalan kaki. Kau tertunduk ketika ada satu kendaraan mobil yang mendekatimu.

"Inilah ibu kota, Bung!" teriak salah seorang lelaki yang berada di dalam mobil itu. 

Mobil itu melaju lagi dengan sembarangan saja, sehingga air yang tergenang di lubang jalanan muncrat ke arah bajumu. Kau menggelengkan kepala dengan wajah yang tampak marah.

"Goblog sia ... awas kau!" Kau berteriak dengan nada keras, sambil menunjuk-nunjuk mobil yang telah mengotori bajumu.


***


Kau sudah mengganti baju dengan pakaian yang bersih, suara azan Isya berkumandang di langit malam ibu kota. Kau duduk di dalam masjid dengan tangan kanan memegang tasbih, orang yang memakai serban menepuk punggungmu dari belakang. 

"Nak, kamu dari mana?" tanya orang yang memakai serban dan langsung duduk di sampingmu.

"Aku dari kampung, Pak. Boleh nggak aku nginep di sini satu malam?" Kau pun balik tanya. 

"Boleh saja, Nak. Tujuan kamu ke sini mau apa?" 

"Aku ingin bekerja di kota ini, Pak. Namun, sampai saat ini belum dapat juga," jawabmu sambil memutar-mutarkan tasbih di jari tangan kanan. 

"Nak, harus kamu ingat! Dunia ini jangan digenggam, tetapi yang harus digenggam itu adalah akhirat. Jadi, kamu harus terus berdoa dan berikhtiar, pasti Allah akan mengabulkan semua keinginan dan harapanmu!" Orang yang memakai serban itu memberikan kuliah singkat kepadamu.

"Iya, Pak. Terima kasih," ucapmu. "Dan terima kasih juga sudah mengizinkan aku nginep di sini," tambahmu. 

Orang yang memakai serban itu langsung mengajakmu untuk salat.[]


18/12/19

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Salar de Uyuni, Cermin Raksasa yang Ada di Bolivia

Lelaki yang Patah Hati

Di Balik Jendela Kaca

SEMBUH ITU KEINGINAN